7

354 27 353
                                    

Grace tersedak minumannya sendiri. Menyebabkan Richard yang kini duduk di hadapannya terlihat khawatir saat menghampiri dan berpindah duduk di samping istrinya itu.

"Kau baik-baik saja?" Pria tampan itu mengusap pelan pundak Grace sementara tangan yang satu lagi mengelus sayang pada perut istrinya yang semakin membesar.

Grace mengangguk yakin mengabaikan suaminya. Perempuan itu justru kembali sibuk berbicara melalui ponselnya. "Kau yakin dia orangnya? Bukan mantan kekasihmu yang lain yang tidak ku ketahui?"

"Grace Williams!" Sherina terdengar sebal membuat temannya itu tertawa.

"Hanya memastikannya saja, Nyonya." Grace berkata di sela tawanya. "Lagipula kalau tidak salah kau memang hanya punya satu mantan kekasih selama bertahun-tahun tinggal disini."

"Dia bukan mantan kekasihku, Grace."

Grace memutar bola matanya jengah. Mengabaikan ketika Rick mengisyaratkan bahwa ia penasaran dengan yang mereka bicarakan. "Dia rela mengambil jalan memutar hanya untuk mengantarmu pulang ke asrama setiap hari. Demi Tuhan, dia bahkan rela menunggumu di depan asrama sialan itu hanya supaya dia menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun untukmu, Sherina. Tunggu." Sebuah pemikiran tiba-tiba terlintas di otak dokter umum itu. "Kenapa itu sekarang terdengar seperti penguntit?"

"Sayang." Dari ponselnya Grace mendengar suara Sadam mendekat. "Lagi teleponan sama siapa sih sampai harus ngumpet di kamar mandi segala?"

"Oh ini lagi teleponan sama Grace."

"Oh ya?" Sadam terdengar senang disana. "HAI, GRACE!"

"Sayang, jangan teriak-teriak."

Grace tertawa pelan membayangkan bagaimana saat ini temannya itu tengah menatap galak pada suaminya yang manja.

"Sorry-sorry. Eh, turun yuk? Yang lain udah pada nungguin loh."

"Kamu duluan aja deh nanti aku nyusul. Aku ngobrol dulu sama Grace."

"Ya udah jangan lama-lama nanti aku kangeen."

"Genit."

"BYE, GRACE! SAMPAIKAN SALAMKU PADA RICK!" Sadam sekali lagi menyapa dengan suara keras.

"Grace." Sherina kembali terdengar. "Nanti saja aku menghubungimu lagi. Sampaikan salamku pada Rick." Perempuan itu bahkan tak memberi kesempatan pada Grace untuk menjawabnya ketika ia tiba-tiba memutus sambungan itu secara sepihak. Membuat Grace mendengus kesal menatap ponselnya.

"Ada masalah dengan Sherina dan si Tuan Cinta Pertama?" Richard memastikan ketika istrinya itu kini sudah membetulkan posis duduknya. Pria itu kemudian kembali ke tempat duduknya sendiri setelah memastikan bahwa istrinya itu sudah duduk dengan nyaman.

Grace meraih pisau dan garpu itu lalu mulai memotong steak di hadapannya tersebut. "Untuk saat ini sepertinya masih baik-baik saja seperti biasa. Tapi entahlah esok atau lusa." Ia mengangkat bahunya acuh kemudian menelan potongan steaknya dengan anggun. Meresapi setiap bumbu dengan lidahnya dan bergumam pelan ketika ia merasa makanan itu cocok dengan lidahnya.

"Apa maksudmu berbicara seperti itu? Kau yakin mereka baik-baik saja?" Richard terlihat terlalu khawatir. Membuat istrinya itu sekali lagi menghela nafas.

Grace meletakkan alat makannya pelan lalu menggunakan kedua tangannya untuk bertopang dagu. "Kau ingat Reno?"

"Reno?" Richard mengernyit bingung. Mencoba menggali ingatan terdalamnya tentang nama tersebut. "Maksudmu Reno Pradipta si mahasiswa teladan itu?" Katanya yang mendapat anggukan dari Grace. "Terakhir ku dengar dia langsung kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikannya disini."

FOR YOU 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang