Bab 6

661 117 17
                                    

Tadi, setelah pulang dari ruang pengobatan, Putri Freya mengajak Panglima Gito untuk sekadar berjalan jalan di taman depan kerajaan Adiwilaga.

Awalnya Gito menolak, karena dia harus menemui raja Adiwilaga yang tiba tiba memanggilnya. Tapi, karena Freya bilang akan menemaninya menemui sang raja nanti, pada akhirnya ia menyetujuinya.

"Kanjeng putri, ini sudah lima menit sejak Kanjeng putri mengajak saya kesini. Saya harus menemui raja kanjeng putri, bisakah saya pergi?"tanya Gito dengan wajah was-was nya, takut Freya malah memarahinya.

Namun, dugaannya salah, justru Freya kini malah tiba tiba merangkul tangannya sambil tersenyum menatapnya"Ayo, akan ku temani"ucapnya.

"Tapi Kanjeng putri–"

"Aku sudah berjanji padamu tadi panglima, jadi biarkan aku menepati janji itu"ucap Freya. Tak menunggu jawaban Gito, Freya langsung menarik tangan Gito agar ikut bersamanya.

**

Sampailah mereka kini di ruangan pertemuan. Hanya ada Gito, Freya, Shani, Adiwilaga, dan Veranda disana.

Saat awal Gito masuk keruangan itu, entah kenapa ia merasakan suasana yang sangat berbeda, bahkan hatinya sendiri merasa tak tenang. Padahal, jika ia fikir fikir, ia tak membuat kesalahan sama sekali. Tapi kenapa disini suasananya sedikit tegang.

Disisi lain, sepasang mata masih saja terus memandangi kedua tangan yang masih bertautan itu. Siapa lagi kalau bukan Shani. Ia terus saja memandangi kedua tangan yang masih bertautan antara Freya dan Gito.

Entah kenapa perasaan kesal dan jengkel muncul di hatinya, seolah ia tak terima jika Gito di pegang pegang oleh orang lain.

Ia masih terus menatap tajam kedua tangan itu. Sampai, sang ayah berdehem yang mengakibatkan kedua tautan itu terlepas, membuatnya tersenyum kecil melihat itu.

"Ekhemm"

Gito yang baru sadar bahwa sedari tadi Freya menggandeng lengannya pun dengan perlahan melepas gandengan itu, kala mendengar sang raja bersuara.

"Panglima Gitoranda hadir yamulya, Ada apa yamulya memanggil saya?"ucapnya seraya sedikit membungkukkan badannya, memberi hormat pada sang raja.

"Panglima, apakah kau ingat?, beberapa hari lalu aku memintamu untuk menjaga putriku bukan?"tanya Adiwilaga.

Gito nampak berfikir sejenak, menerawang kembali ke kejadian beberapa hari yang lalu, kemudian ia mengangguk.

"Iya yamulya?, apakah saya memiliki kesalahan atas tugas itu?"tanyanya.

Adiwilaga tersenyum mendengar itu, lalu berdiri dari kursi kebesarannya, dan berjalan ke arah Gito dan juga Freya.

"Tidak panglima, jutsru aku memintamu untuk lebih mengawasi putriku lagi"ucap Adiwilaga.

Gito menyerngitkan dahinya heran mendengar ucapan rajanya ini"Maksudnya yamulya?, maaf, saya tidak mengerti"ucapnya.

Adiwilaga terkekeh kecil mendengar itu"Kau ku tugaskan untuk menjadi pengawal pribadi putriku"ucapnya.

Gito membelalakkan matanya kaget mendengar ucapan sang raja barusan"Maaf sebelumnya yamulya, kenapa harus saya?, banyak pengawal lain yang lebih berpengalaman daripada saya, dan saya rasa, saya jauh di bawah mereka"ucap Gito. Ia berusaha menjelaskan sejujur-jujurnya. Karena ia tak mau para pengawal lain malah berasumsi yang tidak-tidak padanya.

"Saya yang meminta!"timpal Shani tiba tiba dari arah belakang. Dan tanpa mereka sadari, kini Shani sudah berada di samping kanan ayahnya, dan Veranda di samping kiri Adiwilaga.

Mendengar itu tentu membuat Gito kagetnya bukan main, entah kenapa ia merasa sekarang jantungnya seakan berhenti berdetak, entah itu karena ia merasakan cinta, atau hanya perasaan gugup saja, tak ada yang tahu.

Panglima AdiwilagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang