Setelah kejadian tadi,Freya membawa Gito ke ruang pengobatan untuk mengobati luka yang ada di sudut bibir Gito.
"Awss"ringis Gito saat Freya tak sengaja menekan lukanya.
"Eh aduh maaf panglima,aku akan lebih berhati hati"ucap Freya,raut wajahnya benar benar khawatir sekarang.
Panglima Gito tersenyum tipis"Tidak apa apa tuan putri"ucapnya.
Untungnya luka di sudut bibir Gito tak terlalu parah,sehingga membuat Freya lebih mudah mengobatinya.
"Selesai"ucap Freya dengan senyum bangga yang terukir di wajahnya saat ia sudah selesai mengobati luka Gito.
Freya pun kembali menaruh peralatan medisnya ke dalam lemari yang berada tak jauh dari posisi mereka sekarang.
Panglima Gito yang melihat itu hanya tersenyum tipis saja,ia tak berharap banyak pada wanita yang berada di depannya ini,karena bagi Gito,kalaupun iya,Freya menyukainya, perbedaan di antara mereka terlalu jauh.
Bahkan ia berfirkir, seseorang yang menyandang gelar Kanjeng Raden Putri Freyana Jayawardhana sangat tak pantas dengannya yang hanya menyandang gelar seorang panglima,jauh berbeda.
"Panglima"Panggil Freya saat menyadari bahwa Gito sedang melamun.
Gito pun tersadar dari lamunannya saat Freya memanggil namannya"iya ada apa Kanjeng Gusti putri?,ada yang bisa saya bantu?"tanyanya sambil menatap Freya.
Freya tersenyum sambil berjalan mendekat ke arahnya"tidak panglima,hanya saja aku ingin bertanya padamu"ucapnya lalu duduk kembali di samping Gito.
"Tanyakan saja Kanjeng putri,saya akan menjawabnya"ucap Gito.
Freya kembali tersenyum"Apakah kau pernah mencintai seseorang sebelumnya panglima?"tanyanya sambil menaikkan satu alisnya menatap sang panglima.
Gito terdiam sejenak,lalu kemudian menyunggingkan senyuman tipisnya"Dulunya pernah"jawab Gito.
Freya nampak terkejut mendengar jawaban Gito"wah beruntung sekali wanita itu"ucapnya dengan senyuman di akhir kalimatnya.
"Tidak juga"ucap Gito lalu berdiri dari duduknya,kemudian berjalan ke arah rak yang berisikan buku buku lama,lalu mengambil satu di antaranya.
Freya menyerngit mendengar jawaban Gito"kenapa begitu?"tanyanya yang masih setia menatap semua pergerakan Gito.
Gito menutup buku yang sempat ia baca"Dia pengkhianat!"ucapnya.
Mata Freya membulat sempurna mendengar itu"aku minta maaf Panglima,aku tidak tau itu"ucapnya.
"Tidak apa apa Kanjeng putri"ucap Gito lalu tersenyum di akhir kalimatnya.
Freya yang mendengar itu entah kenapa hatinya semakin tersentuh,ada beberapa hal yang membuatnya kagum dengan panglima Gito,bukan hanya lihai dalam bersenjata,tapi panglima Gito juga memiliki darah ksatria yang mengalir di tubuhnya,lelaki sejati pikirnya.
Dan tanpa aba aba,Freya langsung memeluk tubuh gagah milik Gito dari belakang tanpa sepengetahuan Gito.
Brakk
Saat Gito ingin berbalik melepaskan tangan Freya dari tubuhnya,tiba tiba saja ada benda yang jatuh di sekitar ruangan itu,yang membuat Gito dan Freya terperanjat kaget.
Gito dengan sigap langsung melepas pelukan Freya, kemudian berjalan ke arah suara benda jatuh itu.
Buruknya,saat ia sampai di sana ternyata ia tak menemukan apapun,tapi firasatnya mengatakan bahwa ini bukanlah ancaman atau semacamnya, melainkan sepertinya ada seseorang yang baru saja masuk dan tak sengaja melihat Freya yang sedang memeluk tubuhnya,sehingga membuat orang itu kaget dan buru buru pergi dari sini,dan tanpa sengaja orang itu menjatuhkan sebuah barang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Panglima Adiwilaga
Fiksi Sejarah"Jika memang tuan putri mencintai saya,lebih baik jauhi saya demi kebaikan bersama" "Tapi saya sungguh sungguh dengan kata kata saya" ____ "Saya sudah pernah bilang kita tidak akan bisa bersama,anda dan saya jauh berbeda tuan putri!!" Yang penasaran...