Bab 5

871 48 2
                                    

Apa yang membuat manusia itu begitu menginginkan kebahagiaan? Untuk bahagia mereka begitu berusaha mengorbankan apapun untuk meraihnya meski hanya akan dinikmati sesaat, bagaimana jika selama mereka hidup hanya diisi untuk memperjuangkan kebahagiaan namun tak kunjung dapat bahkan sampai dirinya tiada?
tidak kah mereka sadari bahwa bahagia bisa datang dari dirinya sendiri
Namun itu semua jauh lebih baik daripada bergantung dengan menaruh harapan untuk bahagia pada seorang manusia, karna kenyataannya manusia sendirilah yang membuat mereka menderita

Sudah sekitar dua minggu dirinya tinggal berdua dengan sahabat kuningnya, namun itu tak jauh berbeda dengan tinggal dipenjara yang membedakan hanyalah tempat tidur yang tidak keras seperti tempatnya dikurung, ya hanya itu.
Dua minggu yang lalu atau kebih tepatnya saat dirinya pindah ke rumah ini naruto membuat aturan sendiri untuknya
'kau tidak diizinkan untuk keluar tanpa sepengetahuanku dan kau hanya dapat keluar sekali dalam seminggu itupun harus ditemani'
Ditambah sikap naruto yang semakin hari semakin dingin bahkan saat mereka tak sengaja bersentuhan tangan naruto seketika langsung menjauh seperti dirinya adalah kotoran. Tapi memang benar bukan? Dirinya memang kotor, bukan oleh debu namun oleh dosa dan rasa jijik, jangankan bersentuhan mau menatapnya saja tidak.
Namun dirinya tak bisa membenci temannya alasannya pun tak tau

Pertanyaannya adalah apakah kau bisa membenci orang yang kau cintai? sebesar apapun dia menorehkan luka kau akan tetap menemukan alasan untuk memaafkannya, walaupun kau berusaha untuk membencinya dengan mengingat semua luka itu. Meyakinkan diri sudah melupakannya dengan bersembunyi dibalik kata mati rasa, namun ketika dia datang kembali kau akan tetap menerimanya dan melupakan luka itu. Kenyataannya cinta itu luka bagi mereka yang terlalu tulus

"Naruto, dalam minggu ini aku tak pernah keluar dan sekarang aku ingin meminta izin untuk keluar sebentar" pagi ini dirinya terbangun dan menemukan naruto sedang duduk santai disofa ruang tengah, merasa heran karna biasanya pemuda itu hanya pulang saat malam hari dalam seminggu terakhir ini

"Kemana"tanyanya tanpa melihat wajahnya melainkan ramen didepannya yang sudah habis itu

"Pemakaman uchiha"

"Untuk apa?" Lagi-lagi tanpa melihatnya"hari ini tak bisa aku ada janji dengan hinata"

"Aku hanya merindukan mereka itu saja dan kalau tak bisa kau bisa gunakan bunshinmu, tenang saja aku tak akan berbuat apa-apa"

"Tidak bukan itu tapi bagaimana jika mahluk itu datang lagi?"kali ini permata biru itu menatapnya

"Tak usah khawatir aku bisa...

"Kenapa kau tak pernah menurut saja padaku? Apa karna aku terlihat bodoh didepanmu hingga kau tak pernah mau mengikuti perintahku?" Tanyanya dengan nada yang sedikit tinggi menahan amarah, sasuke pun hanya diam tak menjawab dia bukan takut oke dia hanya menghindari pertengkaran tak berguna, itu saja

"Hah...maaf, aku pergi"ucapnya berlalu begitu saja

Ceklek

Pada akhirnya dirinya akan kembali sendirian tapi mengapa dirinya tampak sedih bukankah itu yang diinginkannya saat kecil? Tidak, lebih tepatnya sejak pembantaian itu


~~~~~

Naruto kini sedang berjalan tak tentu arah, dirinya berbohong soal akan jalan dengan hinata karna sebenarnya dia hanya sedang menjauhi sahabatnya, tapi mengapa? Setelah mengetahui fakta itu naruto entah mengapa membenci dirinya sendiri sebodoh itukah dirinya sampai tak mengetahui penderitaan sahabatnya?

"Sial..!" Menendang kerikil guna melampiaskan kekesalannya

"Kau kenapa? Oh biar ku tebak kau pasti kesal karna pernikahanmu ditunda akibat kekacauan dipenjara itu bukan?"entah darimana kiba tiba-tiba ada dihadapannya, ahhh dirinya terlalu larut dalam pikirannya tanpa sadar orang itu mengikutinya

HancurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang