Part 7 'Siapa Yang Lakuin?'

380 62 65
                                    






























TEMEN ADEK



























Sebuah mobil hitam melaju dengan kencang di jalanan malam itu. Kondisi jalan yang sedikit ramai tidak membuat mobil itu mengurangi kecepatannya. Si pengemudi, Minho, terus memacu mobilnya di jalanan. Memanaskan aspal jalan untuk mengejar waktu.

Setelah mendapat telfon dari Mama April yang mengatakkan jika Jisung tiba-tiba kritis, Minho segera membatalkan penerbangan dirinya. Risa juga meminta Minho untuk segera kembali saat itu juga.

“Pak, mending bapak langsung ke rumah sakit aja. Biar saya yang gantiin bapak buat ketemu sama Bu Santi. Saya akan berusaha yakinin Bu Santi buat kerja sama ini.”

Sekertarisnya itu memang bisa di andalkan. Selain bisa mengerti situasi dan kondisi sekitarnya, dia juga ahli mengurus pekerjaan di perusahaan. Bahkan pekerjaan bossnya yang tidak sempat di kerjakan jika bisa di selesaikan dengan baik. Minho percaya jika Risa bisa melakukannya.

Dan sekarang, yang perlu di lakukan oleh Minho adalah segera ke rumah sakit. Dia ingin memastikan kondisi Jisung. Dia berharap si tupai akan baik-baik saja saat dia sampai di sana.

“Jisung,”

Minho sangat khawatir. Dia berulang kali menekan klakson mobilnya untuk membuat mobil yang lain membuka jalannya. Kakinya terus menginjak pedal gas. Tangannya yang terasa dingin karena rasa khawatir yang begitu jelas, meremat kuat stir mobilnya.

Entah sudah beberapa kali mobil Minho hampir menyerempet mobil lain. Mendapat klakson kuat dari mobil lain karena hampir membahayakan orang lain. Minho tidak peduli dan terus memacu mobilnya.

Ddrrtt!! Ddrrtt! Ddrrtt!!

Minho mengambil ponselnya yang tergeletak di bangku co-pilot. Dia melihat layar ponselnya yang menampilkan panggilan masuk dari Mama April. Minho mengangkat telfon itu dan meletakkan ponselnya di atas dashboard mobilnya.

“Halo, ma.”

“Minho, kamu dimana?” Suara Mama April terdengar panik di ujung sana.

“Aku lagi dijalan, ma. Sebentar lagi sampe rumah sakit. Mama yang tenang, ya.”

“Minho, hiks hiks, mama takut. Mama khawatir sama Jisung.”

“Iya, aku bentar lagi sampe, ma. Mama disana sendiri? Felix mana?”

“Adek kamu udah pulang sore tadi. Minho, mama takut hiks. Gimana kalau Jisung hikss hikss.”

“Ma, mama jangan mikir yang aneh-aneh. Mama harus tenang. Berdoa buat kesembuhan Jisung. Aku bentar lagi sampe. Mama yang tenang dulu, ya. Jangan mikir aneh-aneh. Oke?”

“Mama tunggu kamu, Ho. Kamu cepet ke rumah sakit, ya.”

“Iya, ma. Mama tunggu disana, ya. Bentar lagi udah sampe.”

Telfon itu terputus setelahnya. Minho benar-benar panik sekarang. Mendengar mamanya yang sudah terisak menangis di ujung telfon, membuat Minho tidak bisa tenang. Selama menelfon pun, dia berusaha setenang mungkin. Dia tidak ingin membuat Mama April menjadi semakin panik. Minho harus bisa menenangkan mamanya disaat seperti ini.

“Aku harus cepet ke rumah sakit.”

Minho mulai menginjak kembali pedal gas mobilnya. Melajukan mobil semakin cepat di jalanan. Dengan perasaan yang panik dan khawatir, dia mencoba fokus dengan jalanan malam di depannya. Kondisi jalanan juga sudah mulai sepi setelah dia keluar dari jalan tol. Membuat Minho semakin kencang memacu mobilnya.

Temen Adek || MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang