26.

7 2 0
                                    

Suara bell terdengar menggema diseluruh penjuru SMA Pelita. Seluruh siswa - siswi bersorak gembira. Mereka berbondong-bondong keluar dari kelas masing - masing. Seolah bagaikan kumpulan burung  yang keluar dari dalam sangkar dan menuju kebebasan.

Ya begitulah mereka, merasa sekolah adalah sebuah penjara untuk sementara, yang didalamnya terkadang membuat sengsara namun tak menutup kemungkinan terdapat banyak kenangan berharga.

Keeran sudah siap diatas motor dengan helem  yang telah terpasang dikepalanya. Keeran masih menunggu teman - temannya yang kesusahan mengeluarkan motor dari tempat parkir. Keeran kebetulan mendapatkan tempat parkir yang tidak menyusahkan dirinya  oleh sebab itu, Ia sudah siap terlebih dahulu.

Setelah semua temannya lengkap mereka pun melajukan motor ke arah gerbang sekolah dan  menuju jalan raya dibantu dua satpam sekolahnya yang bertugas membantu para siswa menyebrang jalan yang sore ini begitu padat.

Ketika di perempatan jalan Keeran dan teman - temannya terpisah karena,arah menuju rumah mereka berbeda. Ketika Keeran tengah fokus mengendarai motor dengan tenang Ia melihat pengendara motor di belakangnya sedikit mencurigakan.Ia merasa seolah diikuti oleh pengendara motor tersebut. Sedari tadi Ia mencoba berfikir positif sembari menambah kecepatan laju motornya namun, Ia semakin was was karena terlihat dari kaca spion pengendara tersebut juga ikut menambah laju kecepatan motor yang di naiki seolah Ia tidak ingin kehilangan jejak targetnya.

"Duh, gimana yaa mau ngebut tapi jalan lagi rame banget," gumamnya lirih dengan kecemasan yang tercetak jelas dari raut wajahnya.

Akhirnya dengan sedikit keberanian Keeran memutuskan untuk menambah kecepatan laju motornya dan menyalip beberapa kendaraan sana sini yang tidak pernah Ia lakukan selama hidupnya.

Ia bisa bernapas lega setelah memasuki kawasan perumahan yang Ia tinggali. Ia kembali melajukan kendaraan dengan kecepatan normal. Sesampainya di rumah Ia segera menyimpan motor di garasi dan berjalan kearah pintu rumah untuk segera masuk ke dalam.

Sesampainya di dalam kamar Keeran segera mencari ponsel untuk mengabari seseorang tentang kejadian yang dialami sore ini.

[Jev gua barusan pas pulang diikutin sama orang mencurigakan].

Selesai mengirim pesan tersebut Keeran menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus merilekskan pikiran tanpa menunggu balasan dari sana.

Disisi lain Jevan yang baru saja sampai di rumah nya mengernyitkan dahi setelah membaca pesan yang Ia terima dari Keeran.

Temannya itu mengatakan baru saja diikuti oleh orang mencurigakan.

[Seriusan?]
[Tapi lo aman kan?]

Karena tak kunjung mendapatkan balasan, Jevan memutuskan untuk melanjutkan langkahnya memasuki rumah yang pintunya terlihat sedikit terbuka. Hal tersebut menandakan seseorang baru saja membuka pintu namun tidak menutupnya dengan sempurna.

Sesampainya di ruang tamu Ia mendengar percakapan yang dilakukan sang Papa dengan seseorang melalui telephone yang tersambung.

"Jadi bagaimana sudah tau tempat tinggal anak perempuan yang bersama Jevan kemarin?" tanya  beliau.

"Maaf bos kami kehilangan jejak," ujar orang di seberang telephone dengan nada sedikit ketakutan.

"Bodoh!!"

"Saya gak mau tau pokoknya besok kalian harus sudah dapat informasi dimana anak itu tinggal," katanya dengan amarah yang sedikit tertahan sembari menutup telephone sepihak tanpa perlu mendengar tanggapan dari sana.

"Jadi ini ulah Papa," ujar Jevan dengan nada rendah menahan amarah yang begitu terlihat dari raut wajah yang ditampilkan.

"Apa tujuan Papa nyuruh orang buat ngikutin temen Aku?" Jevan menatap Papa nya yang tengah menatapnya dengan tatapan tajam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang