00:00:03 + cast

108 2 28
                                    

"Jangan ngarang! Pak didin sendiri yang laporan pada saya kalo kemarin kalian berdua berbuat mesum di UKS!"

Mendengar itu sontak Daniello dan Lunar terperangah

"Pak—" Ucapan Lunar terpotong dengan gebrakan meja mendadak dari Pak Chiko.

"Bagus yah! Udah berbuat mesum terus kalian sebarkan sendiri perbuatan kalian ke sosial media. Udah nyebur jadi sekalian basah aja, gitu?"

Daniello mengcekram tangan tak kuasa menahan amarah, ia bangkit hendak menghampiri Pak didin tapi cegah Rigen.

"Pak maksudnya apa ini? Kenapa bapak bikin keterangan palsu?! Pak saya udah percaya loh sama bapak."

Pak didin tidak menjawab malah memalingkan wajahnya.

"Tenang, Niel!" Rigen mendudukan Daniello secara paksa.

"Pak, dengerin penjelasan kami dulu sebentar aja," ucap Lunar memberanikan diri.

"Iya, Pak. Bapak juga harus mendengarkan pembelaan mereka dulu," sela Rigen.

Pak Chiko menyetujui.

Walau susah Lunar menceritakan semuanya dengan tenang. Dari awal sampai akhir tanpa ia tambah-tambahkan maupun kurang-kurangi. Dia bicara apa adanya sesuai fakta.

Ia juga menjelaskan bahwa Instagram pribadinya di bajak dan satu-satunya orang yang tau kata sandinya cuma Ambar—sahabatnya.

Saat menyebut nama Ambar suara Lunar bergetar, Daniello bisa melihat raut kecewa dan sedih milik gadis itu.

Barra, Dinar, Alam, Ambar dipanggil keruangan itu.

Situasi semakin runyam, saat kebohongan demi kebohongan lain muncul.

Barra yang mengaku di jam segitu sedang bermain bersama temannya.

Dinar mengaku sudah pulang dan paling plot twist-nya Alam mengaku dirinya kemarin tidak pulang bersama Lunar. Ambar pun mengaku tidak tau menahu soal ini.

Hati Lunar mencelos, dadanya sesak, kerongkongannya sakit, dan matanya memanas menahan air matanya yang coba dia tahan.

Lunar tak percaya dengan penuturan Alam kekasihnya sekaligus Ambar sahabatnya. Ini part paling menyakitkan bagi Lunar.

"SEKARANG MAU PEMBELAAN APALAGI? UDAH JELAS SEMUANYA!" bentak Pak Chiko.

Lunar menghajar Barra dan Alam, saat akan menampar Ambar, tangan Lunar mengapung tak sanggup.

Lunar terduduk di dekat Alam dan Ambar. Air matanya tak bisa ia bendung lagi.

Gadis itu menangis sejadi-jadinya dengan suara tangisan yang memilukan hati.

Lunar tak peduli banyak orang disini, ia tak bisa membohongi lagi hatinya bahwa ia kecewa. Pengkhianatan manusia dua favoritnya tahun ini.

Lunar mengusap air matanya, mendongakkan kepala menatap Ambar.

"Bar, poto itu. Itu poto video call kita. Gue cuma berani gitu cuma sama lo, kenapa lo screenshot." Gadis itu bangkit. "dan, yang satu-satunya tau kata sandi Instagram gue cuma lo. Kita tukar akun satu sama lain."

Lunar beralih menatap Alam. "Kalo kemarin kita gak pulang bareng terus siapa yang ngajak aku kemarin ke alun-alun, beli permen kapas, sama kasih gue kalung ini?" Lunar menunjukan kalung berbentuk kupu-kupu pada Alam yang hanya diam, menunduk.

Tak mendapat respon dari Alam, Lunar mundur.

Matanya kini beralih pandang pada Barra. Tangan Lunar mengepal, menonjok Barra lagi dengan semua kekuatan tersisa yang ia punya. "DASAR COWOK BRENGSEK! LO APAIN TEMEN-TEMEN GUE!"

00:00:30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang