00:00:19

59 1 3
                                    

Tiga hari berlalu, suasana rumah tidak mengenakan bagi Lunar. Ayahnya tidak mau bicara padanya dan kedua adiknya ikut mengasingkannya. Mereka acuh, bahkan tak menanyakan kenapa tangan Lunar diperban. Setidak peduli itu.

Namun, hari ini diruang keluarga, Lunar interogasi.

"AKIBAT KELAKUAN KAMU! NAMA KELUARGA KITA TERCORENG, NAR!"

"DARI KAKEK BUYUT KITA GAK PERNAH ADA KASUS CEWEK HAMIL DILUAR NIKAH! BARU KAMU!"

"DITAMBAH VIRAL KARENA VIDEO MESUM, MASUK BERITA TV, ARTIKEL, MEDIA SOSIAL! MALU,NAR! MALU?!"

"KASIHAN AYAH KAMU, NAR! DIA DIANGGAP GAGAL NGEDIDIK ANAK!" hardik Pramudia.

Lunar melirik Ayahnya yang terbaring dikasur membelakanginya.

"GAK MALU NYEBARIN BADAN SENDIRI, HAH?!"

"SEKALIAN SANA KAMU TELANJANG TERUS JALAN-JALAN KELUAR, PAMERIN!"

Lunar mengepal tangan dipangkuan. Sumpah Lunar sudah muak disudutkan seperti ini.

"Dari kemarin Lunar udah bilang! Kalo Lunar gak hamil, Om! Itu cuma salah paham!" Perdana, Lunar berani bersuara. Gadis yang dikenal penurut ulung kini melawan.

"Lunar berani testpack buat buktiin!"

Perlawan Lunar membuat Pramudia naik pitam. "Gak butuh testpack! Bukti poto kamu didepan dokter kandungan aja udah menjelaskan semuanya!"

"KENAPA OM PERCAYA SAMA SEPOTONG KEJADIAN!" pekik Lunar.

PLAK?!  Tamparan keras mendarat dipipi Lunar oleh Reno adik ayahnya paling pendiam.

Lunar memegangi pipinya yang kebas diiringi air matanya yang tak bisa ia tahan lagi.

"Kalo orang tua lagi ngomong jangan ngelawan apalagi teriak!" bentak Reno.

"Lunar cuma menyuarakan fakta!"

"AKU PENGEN DIDENGERIN!" jerit Lunar. 

Plak. Lagi-lagi pipinya ditampar.

"Ngomong sekali lagi. Om abisin kamu disini!" ancam Reno.

Istri Reno menenangkan suaminya.  "Jangan main tangan, Mas!"

Lunar menjelaskan sesuatu tapi dianggap melawan padahal ia hanya ingin menyuarakan isi pikirannya dan kenyataan. Ia dipaksa bugkam dengan segala omongan menyakitkan mereka.

Dunia mencacinya sekarang keluarganya juga merendahkannya. Sakitnya tak main-main.

"Kita udah bikin rencana buat nikahin kamu sama seorang pemuda dikampung," tegas Reno.

Bola mata Lunar melebar. "Lunar gak mau!"

"Harus mau! Kamu pengen anak ini lahir tanpa ayah, hah?" sentak Pramudia.

Kepala Lunar ditempeleng. "MIKIR KEDEPANNYA GIMANA?! EMANG KAMU BISA NAFKAHIN DIA! GAK ADA SATU PUN PERUSAHAAN YANG MAU NERIMA KAMU MESKIPUN KAMU PINTER! JEJAK DIGITAL BENER-BENER NGARUH!"

"JANGAN BERGANTUNG SAMA AYAH KAMU TERUS! AYAH KAMU GAK SELAMANYA ADA DIDUNIA," sambung Pramudia.

Lunar mengigit bibirnya, tangannya bergetar menahan gejolak di dadanya yang sesak, ia mengusap air matanya yang merembes keluar menggunakan punggung tangan, mencoba mengeluarkan suara disaat tenggorokannya tercekat.

"L–lunar ma–masih p–pen–gen ss–seko–lah," ucap Lunar dengan suara terbata-bata.

"Nyesel 'kan sekarang? Perjuangan kamu belajar mati-matian gapai cita-cita kamu jadi dokter berakhir sia-sia."

00:00:30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang