Alam memandangi terus villa yang ditempati Lunar dari kejauhan.
"Air, aku disini dengan perasaan yang sama."
"Tapi ... Kita jadi asing." Pikiran Alam melayang ke kejadian tadi, melihat kedatangannya Lunar tak menatapnya sama sekali.
"Kamu move on jalur ilfil yah?"
Ponsel Alam berdering, telepon dari Ibunya. Alam tak niat menjawab pasti Barra telah mengadu.
Ibunya spam chat dan terus menelepon buat Alam lagi-lagi mengalah, mengangkatnya. Daripada jadi masalah.
"Mah, Alam capek! Alam lagi gak mau ribut!" keluh Alam.
"Barra udah ceritain sama mamah semuanya! Kamu jangan macem-macem, Alam! Jangan ada niat tolongin, Lunar!" Jerit Dara dibalik telepon.
"Alam udah gak kuat nahan rasa bersalah ini, Mah! Setiap malem Alam gak bisa tidur gara-gara drama ini! Alam juga gak tega liat orang yang Alam cintai ngalamin penderitaan kaya gini!" Alam tumpahkan perasaannya selama ini. Berharap ibu luluh dan membiarkannya membongkar rahasia.
"Jadi kamu lebih tega liat mamah menderita?" Terdengar Dara menghela napas. "Mamah yang lahirin kamu Lam bukan Lunar!"
"Kalo mamah anggap Alam anak! Dengarin pendapat Alam, cerein suami toxic mamah itu! Gak perlu bikin alasan nikahin bokap Barra buat nafkahin Alam!" Nafas Alam tak beraturan karena terbawa emosi.
"Alam sanggup nafkahin diri sendiri ataupun mamah."
Dara tertawa kecil. "Dari hasil kerja di cafe itu? Mana cukup, Lam."
"Cukup, Mah! Kalo gaya hidup mamah gak setinggi langit!"
"Sejauh itukah Lunar ngerubah kamu, Lam? Sampai anak mamah sekarang jadi pemberontak? Yaudah, kalo kamu mau mihak Lunar. Mamah pastikan kepulangan kemah kamu bakalan disambut sama jasad mamah."
00:00:18
Seluruh murid SMA Cintabangsa kini tengah diabsen oleh guru-guru. Mereka hari ini selesai mengadakan acara kemah tiga hari tiga malam.
Setelah selesai mengabsen, semua murid dibebaskan memilih tempat duduk bersama siapa saja, mau beda jurusan atau beda angkatan.
"Kamu sebus sama aku yah, Kak?" Manja Ambar memeluk lengan Alam.
"Kak? Jawab, dong! Jangan didiemin pacarnya." ngambek Ambar.
Alam melirik dengan sudut mata. "Kalo aku bilang gak boleh pun kamu akan tetep maksa kan? Kan aku gak dikasih hak buat nolak semua permintaan kamu."
Ambar cekikikan, menjawil pipi kekasihnya. "Ih, gemes banget pacar aku."
"Idih, si najis." Cemooh seseorang dibalik Ambar.
Ambar berpaling muka, mendapati Gisellma dan Orin tengah memandangnya dengan tatapan jijik.
"Apa, sih, anjir! Gak jelas!" cerca Ambar.
"Mandi lo! Bau pengkhianatan lo ganggu indra penciuman gue!" caci Gisellma.
"Mandinya yang bersih biar gak kegatelan sama cowok orang! Kalo gak punya air pake bensin mandinya biar gue tinggal nyalain korek," sembur Orin.
Kedua cewek itu saling pandang lalu berteriak."MENYALA PELAKOR." Sarkasme.
Ambar maju. "Ngomong apa lo? Mau gue viralin mantan osis tapi kelakuan anarkis?"
Orin menyeringai. "Netizen mana yang bakalan percaya sama omongan pelakor!"
"Enak aja lo kalo ngomong!" murka Ambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
00:00:30
Teen FictionVideo 30 detik itu viral dan seketika hidupku berubah kelam. "Anjir, videonya mantep, bro, bikin durasi yang panjang." "Padahal ceweknya kaya orang bener mukanya." "Cantik, sih, tapi sayang lont4." "Gak tau malu banget sumpah begituan di uks, modal...