00:00:11

52 1 12
                                    

Ini tidak dalam bayangan Lunar. Gadis itu kira teman-teman Osisnya akan sama.  Mencaci dan menghakimi seperti yang lainnya .

Ternyata salah, justru mereka antusias menyambut kedatangannya.

Berebut menanyakan kabar Lunar, bersikap biasa aja seolah-olah tidak terjadi apapun.

"Lunar ....!" teriak mereka yang paling heboh Orin dan Gisellma.

Satu-satu mereka memeluk Lunar dari adik kelas sampai kakak kelasnya.

"Eh, jangan berisik bego! Nanti Rigen denger! Gue cekokin lilin juga lo semua lama-lama," omel Delon.

"Ah, berisik lo! Lagi ketemu kangen juga. Bukanya lo kangen juga sama Daniello," kesal Gisellma.

"Iya, kangen. Ntar didalem gue peluk terus kokop dia," balas Delon.

"Dih." Daniello menampol Delon pelan. tapi reaksi Delon hiperbola.

Secara Dramatis, cowok itu oleng
kesana-kemari, petakilan padahal kue ulang tahun yang sudah ditancapi lilin menyala itu dipercayakan padanya.

Daripada jatuh Orin menghentikan aksi gila cowok itu. "Diem gak lo! Sebelum gue paluin lo ke tanah biar menyatu sama alam."

"Iya, nanti kuenya jatoh gimana?!" amuk Orin.

"Tinggal ambil lagi apa susahnya? Kecampur tai sama kremesan tanah gak ngaruh wir." Delon membalas, acuh.

Lunar tertawa pelan, sudah biasa melihat kelakuan kakak kelasnya itu. Sama seperti yang lainnya.

"Udah, udah berantem mulu, mending kita masuk." Saran Daniello yang disepakati mereka semua.

Setelah berkoordinasi dengan Ibunya Rigen, mereka diperbolehkan masuk.

Kini mereka sudah di depan kamar Rigen. Orin memberi aba-aba sebelum membukanya.

"SELAMAT ULANG TAHU—" Nyanyian gembira tertahan, shok melihat Rigen setengah telanjang hanya memakai kolor pink hello Kitty.

Rigen mengambil selimut menutupi badannya. "Main masuk saja! Booking dulu!"

00:00:11

"Mana nih manten ceweknya." Tau-tau Rigen datang sudah berpakaian santai, kolor yang sebelumnya dia pakai diganti padahal Delon mau ceng-cengin.

"Lo kira kita rombongan jamaah," sahut Delon.

"Rombongan mempelai, dong! Kenapa jadi rombongan jamaah! Mau umroh lo?!" sinis Orin.

Lunar tersenyum, ini benar-benar kondisi yang menyenangkan.

Dikelilingi orang baik macam mereka membuat hati Lunar yang selama ini terasa berat kini rasanya sedikit meringan.

Daniello yang sejak tadi mengamati gadis itu ikut tersenyum, senang.

"Tiup tuh lilin, kita udah gak mood nyanyiin." Delon melihat semua anggota Osis yang ikut kerumah Rigen sebagai perwakilan. Kalo ikut semua kaya mau tawuran.

"Bener gak?" sorak Delon.

"Bener!" jawab mereka serempak.

"Ditiup apa dijilat nih?" goda Rigen.

Delon yang kesabarannya setipis tisu dibelah seratus, marahlah. "Dijilat terus lo celupin muka lo."

Rigen tertawa. Cowok itu tidak melakukan saran Delon. Ia mengipasi lilin itu sampai padam lantas berdoa.

Di pertengahan doa, sebelah mata Rigen memandang Daniello terus Lunar lalu terpejam lagi.

Rigen membuka mata sontak orang-orang kompak mengaminkan doa Rigen yang entah apa yang dia dipanjatkan.

00:00:11

Rumah Rigen kini tersisa hanya inti osis, Orin, Giselma, Delon, Daniello dan Lunar.

"Niel, tau gak bentar lagi Rigen sertijab pelepasan ketua Osis. Ntar lo kasih  bintang 1 nyah hasil kinerja dia, nanti gue kasih linknya." Delon mengajak kerjasama Daniello.

Rigen melempar lilin pada Delon yang duduk di seberangnya. "Lo tuh harusnya. Sekretaris osis tapi gak guna."

"Kapan emang?" tanya Daniello.

"Seminggu lagi," balas Delon.

"Andai aja Lunar gak dikeluarin, pasti jadi kandidat terkuat jadi ketua Osis," sela Orin.

"Ini semua gara-gara si Barra berengsek itu. Red flag parah tuh orang. Baru nemuin gue manusia toxic dan problematik kaya gitu." Gisellma sampai bergidik merinding terbayang muka cowok itu.

"Gue bingung dah, kenapa cowok kek Barra bisa ada didunia ini? Kek buat apa coba? Nyempetin dunia aja gak, sih?"  sambung Gisellma.

"Biar jadi cermin buat orang lain biar gak tolol kaya dia," timpal Rigen.

"Tapi gue yakin Lunar dan Daniello bisa ngelewatin ini. Mereka kuat, anti mental yupi," melow Orin, sungguh ia prihatin dengan masalah yang menimpa Lunar dan Daniello. Pasti berat rasanya.

"Mahkotamu king sedang transit di dc cakung," gamblang Rigen.

"Kek paket gue tuh."

Rigen berdehem bikin semua fokus tertuju padanya.

Cowok itu tersenyum nyebelin sambil menengadahkan tangannya. "Mana kadonya?"

Semua mata memutar kompak, jengah. Satu persatu mereka menyerahkan kado mereka pada Rigen.

Yang paling Rigen notice kado dari Delon sangat ringan buat ia curiga.

Penasaran Rigen membuka kadonya.

Delon cuma tengok aja tanpa mencegah.

"Anjir, lo ngado apaan, Del? Kagak ada isinya! Dapet hikmahnya doang ini mah,"gerutu Rigen.

Cowok itu mengguncangkan kotak kado itu, takutnya nyempil tapi nihil.

"Coba sebutin wish lu!" Delon bersuara.

"Gue pengen uang satu miliar, mobil ganteng, pesawat, helikopter, hotel, apartemen, tiket jalan-jalan ke seluruh dunia." Pinta Rigen tak main-main.

"Amin," sahut Delon.

Daniello, Lunar, Orin, Gisellma tertawa. Mereka ngerti maksud Delon. Tapi, otak Rigen yang penuh memori dan harusnya segera dibersihkan itu ngelag, ia masih bingung.

"Apaan sih maksudnya?"

"Ya, itu, kadonya. Amin! Dia bagian aminin wish lu." Daniello menjelaskan.

Rigen akhirnya ngeuh. "Anjir lu! Mana ada kado ngaminin doa. Lagian kalo doanya bareng sama lo, tuh doa macet dilangit kehalang dosa-dosa lo."

"Lo belum tau doa anak yatim-piatu itu manjur?" tutur Delon membuat Rigen tersedak ludahnya sendiri.

00:00:11

"Seneng gak?" tanya Daniello seraya membantun melepaskan tali helm.

Daniello mengantar Lunar pulang tak sampai di rumahnya langsung.

Bukan, bukan Daniello takut akan dipukul lagi oleh ayah Lunar tapi sebaliknya. Cowok itu malah takut Lunar yang diapa-apain.

"Banget,"jawab Lunar.

Daniello tersenyum, ia memberikan paper bag berwarna pink pada Lunar.

"Apa?" tanya gadis itu.

"Buat kamu."Tangan Daniello hinggap ke puncak kepala Lunar, mengusapnya.

"Makasih udah bertahan, kamu kuat, kamu hebat. Bertahan sebentar lagi. Ini pesan dari tuhan dan aku perantaranya."

00:00:30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang