00:00:24

38 2 35
                                    

Aku udah di depan gerbang rumah kamu

Kamu mau keluar sendiri atau aku yang masuk?

Barra! Aku gak main-main yah

Aku itung satu sampai lima

Satu

Dua

Tiga

Empat

Sialan!

Tunggu gue!

Dinar mengusah napas. Beberapa menit kemudian gerbang besar nan tinggi itu bergeser, muncul sosok Barra dengan raut muka sangar.

"Ngapain sih lo kesini, hah!" Barra ingin membentak tapi ia tahan.

"Aku pengen ketemu papah kamu! Aku mau minta pertanggung jawaban kamu."

Barra tak ingin orang rumah melihat kehadiran Dinar disini. Ia membawa paksa Dinar pergi ke tempat lain mengendarai motor.

Di gang sempit dan gelap, Barra turun seraya membanting helm. "NGOMONG APA TADI LO?"

Entah keberanian darimana Dinar balas teriak. "AKU MAU KAMU TANGGUNG JAWAB!"

"KAN GUE UDAH BILANG ABORSI ANAK ITU, ANJING! LO GAK DENGER, HAH?! LO MAU SEMUA ORANG TAU KALO LO HAMIL!" Barra menginjak kaki Dinar. "Mau lo dikeluarin dari sekolah?"

"Aku udah ngelakuin itu! Semua patangan ibu hamil udah aku cobain dari tradisional sampe obat tetep aja gak manjur, Kak!" Dinar meremas perutnya. "bayi ini tetep bertahan."

"Lo aja yang gak becus! Pokoknya gue gak mau tau anak itu harus mati!" bentak Barra.

Dinar menunduk teringat ucapan seseorang. "Cukup zina dan fitnah orang! Aku gak mau ngebunuh! Aku mau pertahanin bayi ini!"

Gadis itu mendongak, menatap kilatan amarah mata Barra.

"KALO KAMU GAK MAU TANGGUNG JAWAB! AKU BAKALAN BIKIN VIDEO PENGAKUAN! DAN BESOK AKU BAKALAN DATANG KE RUMAH KAMU SAMA KEDUA ORANG TUA AKU!" ancam Dinar.

Barra terkesiap mendengarnya.

"LO GILA, YA?!"

"IYA, AKU EMANG UDAH GILA MENDEKATI DEPRESI MALAH! AKU UDAH GAK PEDULI APAPUN, AKU MAU KAMU NIKAHIN AKU!"

Biasanya Dinar tidak berani membentak, marah ataupun membalas pada Barra, tetapi ntah kenapa hari ini keberaniannya muncul.

Ucapan Dinar sepertinya tidak main-main bikin Barra cemas. Ia tidak mau usahanya untuk menutupi semua ini terbongkar begitu saja dan ayahnya tau kalo Dinar mengandung anaknya pasti pria itu bakalan ngamuk padanya.

"Sayang!" panggil Barra lembut, ia meraih kedua tangan Dinar mengelusnya.

"Lepasin!" Dinar menangkis sentuhan cowok itu.

"Hei," seru Barra. "aku janji bakal nikahin kamu! Tapi gak sekarang, Sayang. Tunggu aku sampe keluar sekolah dulu yah? Cuma beberapa bulan lagi kok."

"Dan beberapa bulan lagi perut aku bakalan makin gede!" sarkas Dinar. "itu cuma alasan kamu doang, kan, biar bisa lulus sekolah terus kuliah keluar negeri."

Suara Dinar tercekat untuk mengatakan hal ini. "dan tinggalin aku?"

Barra terdiam, bagaimana bisa gadis itu mengetahuinya?

00:00:30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang