bagian 44

2.2K 154 37
                                    

"Udah dong jangan nangis terusss...." Xavier menatap sendu wanitanya, kekasih hatinya yang terus mengeluarkan air matanya. Bahkan saat Ruby membubuhi obat di pipinya yang lebam tangisan itu makin menyayat hati. Xavier rasanya mau ikut menangis.

"Gak tau. Air matanya keluar sendiri. Kamu gapapa? Sakit banget, yaa?" Setelah selesai mengobati lalu menutup kotak obat Ruby menatap dalam wajah yang mulai membengkak itu. Xavier begitu mengerikan dengan luka lebam dan goresan di sudut bibirnya. Mahakarya papa Surya. Mungkin kalau gak ditahan oleh Zafran, Xavier bisa-bisa masuk rumah sakit.

Sekarang papa Surya sudah menenangkan diri di kamar.

"Apasih. Segini doang mah gapapa kali. Lagian aku emang pantes dihajar sih," ujar Xavier dengan cengiran layaknya anak anjing yang menggemaskan. Berusaha menenangkan Ruby yang masih saja terisak.

Ruby malah meninju tepat di dada Xavier yang tadi terkena amukan Surya, dengan pria itu yang berusaha menahan rintihannya. Takut Ruby makin nangis kejer. "Gapapa? Sampai bengkak gini loh muka kamu. Papa agaknya keterlaluan kasih pelajaran." Ruby tak habis pikir papa Surya sampai marah besar hanya karena dirinya berciuman dengan Xavier. Kejadian dulu yang lebih parah tapi papa Surya masih bisa bersikap tenang dan menerima.

"Utututuu... Sayangku. Aku beneran gapapa. Ini hal wajar yang dilakuin seorang ayah buat lindungin anak perempuannya. Maaf ya, aku gak bisa nahan diri tadi. Kalau aja aku gak kebablasan sampai cium kamu kemana-mana pasti kejadian tadi gak bakalan ada."

"Salah aku juga. Kita sama-sama salah, tapi papa limpahin semua kesalahan ke kamu doang," bibirnya mengerucut lucu. Pipinya juga menggembung dengan mata yang berlinang. Ruby begitu menggemaskan di mata Xavier. Cewek siapa sih?

"Jelek banget pipinya kayak ikan buntal," seraya mengusap pipi kekasihnya dan langsung diberi tatapan maut oleh Ruby. Bahkan sudah ancang-ancang ingin memberi Xavier pelajaran tapi langsung tak jadi karena keduluan pipinya dikecup dengan suara 'muach' yang kencang. Ruby melongo lalu terdiam salting.

"Tapi pipinya juga lucu kayak buah persik."

Baik Xavier dan Ruby mereka berdua makin menunjukkan kemesraan tingkat akut. Dunia serasa milik berdua. Seolah lupa di sudut lain, di sisi kanan sofa mereka ada sepasang suami istri yang melihatnya menggeleng tak habis pikir. Yang harusnya mesra-mesra disini tuh jelas Zafran dan Berlian yang memang statusnya suami istri. Halal lagi. Ini, anak kemarin sore lagaknya kayak gak pernah diciduk aja. Beneran gak kapok mereka.

"Anjing lo Xav! Minimal mikir lah. Barusan udah dikasih jatah sekalian bonus tendangan papa Surya lo masih aja nyari kesempatan. Dasar Anggara! Yang disalahin siapa? Betul! Keturunan Prayudha lagi," seru Zafran yang mengeluarkan seluruh kekesalannya. Membuat Xavier dan Ruby menyadari bahwa di ruang keluarga ini ternyata masih ada Zafran dan Berlian. Yang sekarang menatap jengah keduanya.

Jadi, setelah aksi Surya yang menghajar Xavier, Zafran segera membawa sepupunya itu untuk bangkit dan dirinya dudukkan di sofa. Ruby yang berada dalam pelukan Berlian pun segera menghampiri Xavier yang akhirnya bisa lepas dari Surya. Dan Surya tanpa kata segera menepi dengan menenangkan dirinya di kamar pribadi.

Ruby malah menangis kencang karena melihat keadaan Xavier yang begitu payah. Zafran hanya bisa berdiri dengan terdiam.

Lalu Berlian yang cekatan segera mengambil kotak obat. Memberikan pada Ruby agar adiknya itu segera mengobati Xavier. Lalu duduk tepat dimana Ruby membelakanginya. Disusul Zafran yang duduk di sebelah istrinya.

Membiarkan Ruby mengobati Xavier sambil tersedu-sedu lalu kesal karena mereka berakhir melihat dua anak adam dan hawa itu berakhir menyajikan romansa. Disaat Berlian dan Zafran yang jarang sekali menunjukan kemesraan terang-terangan seperti Ruby dan Xavier.

𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang