Bab 1 - Kepergian

30 4 0
                                    

Halo 🙌

Selamat datang di cerita ini.
Aku harap kalian menyukainya
Jika ada kesalahan dalam penulisan, silahkan berikan kritik & saran dalam bahasa yang sopan dan baik ☺️

Selamat Membaca 🥑

Sekalipun kau telah pergi
Aku tak peduli
Nyatanya kau selalu di hati
Kan dikenang sampai aku pun mati

~Ivana~

  Suasana duka menyelimuti kediaman sebuah keluarga bernama keluarga Jovanka, mereka kehilangan putri sulung mereka untuk selamanya. Prosesi pemakaman sudah dilakukan beberapa menit yang lalu, anggota keluarga masih meratapi kepergian seorang Intania Sherina Jovanka yang tiada di usia ke-21 tahun.

Beberapa pelayat sudah mulai membubarkan diri, tersisa beberapa sanak saudara yang masih berada di kediaman Jovanka. Disudut ruang tamu terdapat seorang gadis remaja dengan pakaian hitamnya yang menangis sembari memeluk erat bingkai foto.

Dia adalah Ivana Sherly Jovanka merupakan putri sulung Irfan Jovanka dan Julia Marisca Jovanka. Ivana sangat terpukul atas kepergian kakak tercintanya, Intania sosok yang selalu ada untuk Ivana, kakak yang menjadi pelindung dan penyayang bagi Ivana.

Kini bagi Ivana tidak ada lagi pelukan hangat kakaknya, tidak akan pernah ada lagi nasihat bijak serta candaan dari sosok Intania. Semua kenangan indah bersama kakaknya hanya tinggal memori, tidak akan terulang kembali.

Netra indah gadis itu berlinang air mata, isak tangisnya terdengar memilukan, tetapi tak membuat beberapa kerabat menenangkannya. Keluarga Ivana memang tidak akrab dengan saudara lain di sebabkan mereka jarang mengikuti acara perkumpulan jika diadakan.

Ivana terdiam sesaat, ia memandang bingkai berisi foto dirinya dan sang kakak yang saling berpelukan sembari tersenyum manis ke arah kamera.

"K-kak, sekarang aku sendirian. Kenapa ka-kakak tinggalin aku?" gumamnya sembari mengusap foto Intania.

"Kalau aku butuh pelukan kakak gimana? Aku sedih nanti siapa yang bakal hibur aku?" Ivana tidak dapat membendung kesedihan mendalamnya, jika boleh ia tidak ingin ikhlas dengan kepergian sang kakak.

Dunianya seolah runtuh sebab tidak ada lagi sosok hangat seperti kakaknya. "Kalau boleh, aku mau ikut kakak aja!"

Tangisnya kembali pecah, bingkai foto ia dekap dengan eratnya. Kerinduan akan semakin terasa kedepannya yang pasti membuat Ivana merasa rapuh dan lemah.

Ditengah suasana duka yang masih menyelimuti, Julia bangkit dari duduknya kemudian menghampiri sang suami yang tengah merenung di dekat jendela. Tangannya terangkat memukul lengah kekar Irfan.

"Semua karena kamu, Mas!" serunya.

Irfan menatap tidak paham sang istri, pria tua itu mengernyit bingung. "Maksudmu?"

"Intan meninggal karena kamu! Kamu penyebab Intan pergi!"

Merasa tidak terima, Irfan berdiri menatap tajam istrinya dengan tampilan tampak kacau karena terus menangis. Beberapa saudara tampak mengalihkan pandangan ke arah sepasang suami istri tersebut.

"Jangan sembarangan jika bicara, Julia!" Irfan tentu merasa tidak terima dengan ucapan sang istri.

"Aku tidak bicara sembarangan, tapi kenyataan. Andai saja kamu tidak mengirim pesan padanya bahwa kamu terjebak di kantor maka Intan tidak akan menyusulmu lalu dia kecelakaan dan akhirnya tewas!"

Kecelakaan adalah penyebab Intania tiada, sempat dilarikan ke rumah sakit, tetapi sayang nyawa gadis itu tidak tertolong.

Irfan terdiam sejenak, ia ingat kejadian malam kemarin dimana menjadi hari naas baginya sebab sang putri mengalami kecelakaan karena ingin menyusul dirinya.

"Dia seharusnya masih hidup bersama kita jika kamu tidak mengirim pesan padanya. Seharusnya jika kamu memang terjebak, minta bantuan rekan kerjamu bukan putrimu!" sergah Julia dengan derai air mata membasahi pipi.

Intania yang mendapat pesan jika Irfan akan pulang larut sebab terjebak di kantor yang telah dikunci, memilih untuk menyusuli sang papa untuk menolongnya. Akan tetapi, dalam perjalanan, sepeda motor yang Intania kendarai tertabrak sebuah truk yang melaju kencang mengakibatkan tubuh gadis itu terpental dan mengalami luka cukup parah.

"Tapi aku tidak memintanya datang, aku hanya mengabari saja," tampil Irfan.

"Seharusnya jangan kamu kabari dia, dia itu terlalu polos sampai rela menyusul papanya yang terjebak!"

"Lalu aku harus kabari siapa? Kamu? Bukankah malam kemarin kamu hanya sibuk dengan acara butikmu itu? dan kamu tidak ada di rumah!" seru Irfan berhasil membungkam Julia.

Beberapa saudara melihat pertengkaran tersebut, mereka beranggapan jika Julia maupun Irfan sama-sama egois karena selalu mengabaikan anak-anak mereka.

"Tetap saja, semua karena kamu, Mas! Intan pergi karena kamu!" teriak Julia histeris.

Ivana yang terganggu dengan pertengkaran kedua orang tuanya, bangkit menghampiri. "Kalian sama saja! Saling menyudutkan persoalan kak Intan!"

Ucapan Ivana mengalihkan atensi semua orang yang ada disana. Gadis itu berjalan dengan langkah lemas, bingkai foto selalu ia peluk erat.

"Kenapa kak Intan susulin papa? Asal Mama tau, karena dia sangat menyayangi papa walau papa jarang peduli! Dia khawatir papa kenapa-napa dan memilih menyusul," terang Ivana.

"Kepergian kak Intan bukan salah papa tapi sudah takdir. Kalaupun mau menyalahkan jangan lupa Mama salahkan juga diri Mama sendiri." Ivana berhenti sejenak, menatap kedua orang tuanya. "Salahkan diri kalian karena tidak terlalu memperdulikan kami berdua selama ini!"

"Kesibukkan membuat kalian lupa jika kami perlu perhatian dan kasih sayang kalian. Dalam benak Papa dan Mama, hanya ada pekerjaan dan pekerjaan saja. Tapi, kak Intan tetap menyayangi kalian sampai dia rela susulin Papa yang katanya kejebak di kantor!"

Ivana pun pergi dari sana meninggalkan kedua orang tuanya yang hanya bisa terdiam. Julia dan Irfan sama-sama tersentak mendengar ucapan putri bungsu mereka, tatapan Ivana menunjukkan perasaan kecewa yang mendalam.

"Iva ...."

Tbc

Jangan lupa baca kelanjutan kisah Ivana di chapter berikutnya 🙌

Jangan lupa vote dan komen yah, kalau nggak nanti aku cubit nih 🤏

Ivana Story [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang