{Happy Reading}
Ivana berlari saat gerbang sekolah hampir saja ditutup, beruntungnya gadis itu masih bisa masuk dan akhirnya tidak jadi terlambat. Ivana bergegas menuju kelasnya yang terletak di lantai dua.
Ivana memasuki kelas 11 Ipa 2, saat masuk guru belum tiba jadi ia masih sempat. Gadis itu duduk di bangku ke tiga, di sampingnya ada Alisha selaku sahabat Ivana.
“Tumben bel udah bunyi baru datang?” heran Alisha karena sahabatnya tidak biasa terlambat.
Ivana lebih dulu mengatur nafasnya karena merasa lelah akibat berlari. “Iya, aku bangun kesiangan. Semalem begadang.”
Alisha mengernyit dan terheran karena sahabatnya tidak biasanya seperti itu.
“Ngapain begadang?”
Ivana tidak langsung menjawabnya, gadis itu teringat dengan penyebab dirinya begadang, dimana ia larut saat membaca buku catatan milik mendiang kakaknya.
Melihat Ivana malah diam seperti orang melamun, Alisha menepuk pundak sang sahabat sampai Ivana tersentak.
“Kok malah ngelamun sih? Kenapa?”
“E-enggak kok.”
Alisha memicingkan mata, menatap selidik sang sahabat yang tampak memiliki beban pikiran.
“Va, aku ini sahabatan sama kamu udah lama. Kita kan udah janji bakal menceritakan apapun yang jadi beban pikiran kita,” cakap Alisha.
Ivana tidak lupa dengan itu, ia dan Alisha memang saling berjanji untuk sama-sama terbuka atau mau membagi sedikit permasalahan atau beban pikiran.
Ivana menghela nafas panjang terlebih dahulu. “Aku nemu buku catatan punya kak Intan, terus aku baca isinya dan ternyata itu … outline cerita fiksi yang dia buat,” jelas Ivana pada akhirnya.
“Terus?”
“Aku ingat jika kak Intan pernah berpesan tentang cerita fiksi yang lagi tulis.”
“Dek, kakak boleh minta tolong gak?” Intania terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Ivana yang sejak tadi menemani, menganggukkan kepala.
“Kamu tau kan kakak lagi nulis cerita novel?”
“Iya.”
“Dek, kakak mau minta tolong sama kamu untuk lanjutkan karya yang sedang kakak tulis itu. Kakak gak tau bisa bertahan atau nggak, jadi tolong lakukan apa yang kakak minta ini.”
Kedua mata Ivana berkaca-kaca saat bayangan ketika ia mendampingi sang kakak muncul. Ia masih tidak bisa menerima dengan ikhlas jika sang kakak kini sudah pergi untuk selamanya.
“Dia mau a-aku lanjutkan cerita yang dibuatnya,” ujar Ivana sembari mengusap air mata yang membasahi pipi.
“Tapi, aku gak bisa.”
“Loh, kenapa Va? Sayang banget tau cerita buatan kakakmu itu gak dilanjutkan.” Alisha termasuk gemar membaca novel baik online maupun cetak sama hal seperti Ivana. Oleh sebab itu ia juga membaca karya fiksi buatan Intania.
“Kamu kan tau aku gak pernah nulis cerita fiksi. Aku gak bisa Sha.”
“Justru ini jadi tantangan untuk kamu Va. Mencoba hal baru yang belum pernah kamu lakuin.”
Ivana diam berpikir, ia tidak yakin dengan dirinya sendiri bisa melanjutkan cerita fiksi yang dibuat oleh Intania.
“Kamu bisa belajar soal kepenulisan, supaya bisa memudahkan kamu saat nulis cerita.”
Ivana tidak yakin dan kurang percaya diri. Ia merasa dirinya kurang kreatif dan imajinasinya tidak luas. Mengingat cerita sang kakak merupakan cerita fantasi dimana imajinasi benar-benar harus dimainkan agar bisa menciptakan sebuah dunia fantasi yang membuat pembaca seolah pergi ke dunia fantasi itu.
Alisha merangkul sang sahabat. “Va, percaya sama diri kamu sendiri. Kamu pasti bisa, yakin deh. Kakak kamu juga sebelumnya pasti gak bisa tapi akhirnya dia bisa sampe punya banyak pembaca,” tuturnya mencoba menyemangati sang sahabat.
“Kamu percaya aku bisa?” tanya Ivana dan langsung di angguki Alisha.
Jika seperti itu, memang sudah seharusnya Ivana mencoba. Lagipula ada amanah sang kakak yang harus ia jalani semata-mata agar Intania senang di atas sana.
***
Ivana pulang bersama Alisha yang kebetulan ingin main ke rumah Ivana. Kedua gadis remaja itu baru saja tiba di kediaman Ivana, segera masuk ke dalam rumah.
Baru saja masuk, Ivana berpapasan dengan sang mama yang menyeret koper besar. Gadis itu memperhatikan sang mama yang sepertinya akan pergi.
“Mama mau kemana?”
Julia memandang putrinya dengan lekat kemudian menarik Ivana ke dalam pelukan dan saat itu juga terdengar isak tangis dari Julia.
Ivana yang mendapat perlakuan ini merasa bingung dengan sang mama, ia bahkan merasakan betapa erat Julia memeluk dirinya.
“Mah ada apa?” Ivana merasa jika terjadi sesuatu yang membuat mamanya seperti ini.
Julia melepas pelukan, tangannya mengusap kedua pipi sang putri lembut. Menatap Ivana sendu dengan kedua mata berkaca-kaca.
“Iva, maafin mama yah, mama bukan ibu yang baik untuk kamu. Mama pesan, tetaplah jadi anak yang baik dan jaga kesehatan yah,” ucap Julia sama sekali tidak di pahami putrinya.
Julia mundur, meraih koper besarnya lalu menyeretnya keluar dari sana.
“Mah, mama mau kemana?” Ivana mengikuti kemana sang mama pergi. Bisa dirinya lihat Julia memasukkan koper besar ke mobilnya sendiri.
“Mah?” panggil Ivana, perasaannya tidak tenang, ia takut terjadi sesuatu antara kedua orang tuanya.
“Jaga diri kamu, mama janji akan berkunjung untuk menemui kamu.” Julia pun masuk ke dalam mobil, hingga tidak lama mobil melaju pergi
Ivana memandang mobil sang mama dengan tatapan rumit, gadis itu bergegas masuk dan mencari sosok papanya.
“Pa, papa!” serunya tetapi sang papa belum juga terlihat.
Alisha turut mengikuti kemana sahabatnya itu pergi. Ivana terus mencari sampai ia menemukan sang papa berada di teras belakang, berdiri di depan kolam ikan.
“Pah?” Ivana berjalan menghampiri.
Irfan menoleh dan melihat putrinya.
“Pah, mama mau kemana? Apa ada sesuatu di antara kalian?” tanya Ivana mendesak.
Irfan tidak langsung menjawabnya, menatap sang putri dengan ruat datar.
“Jawab Pah! Aku yakin ada masalah di antara kalian berdua, apa itu?”
Irfan masih belum menjawab pertanyaan Ivana. Pria tua itu menghadap ke arah kolam ikan, memperhatikan ikan hias berharga jutaan rupiah yang ia miliki.
“Pah!” Ivana sedikit berteriak karena kesal sang papa masih diam.
Irfan menghela nafas panjang, ia kembali menghadap ke arah sang putri.
“Kami akan … bercerai!”
Tbc
💮💮💮
KAMU SEDANG MEMBACA
Ivana Story [Revisi]
Teen FictionIvana kehilangan kakak tercintanya lalu orang tuanya bercerai. Hidupnya perlahan mulai terasa hampa, tetapi ia berusaha tetap baik-baik saja. Gadis remaja yang selama ini hanya ingin kehangatan keluarganya, tetapi sulit ia dapatkan. Perpisahan orang...