{Happy Reading}
Ketika lagi menyapa Ivana yang sudah siap sekolah, berjalan menuruni satu persatu anak tangga menuju lantai satu, lalu ia pergi ke ruang makan dimana sang papa sudah duduk lebih dulu.
“Pagi, Pah,” sapanya dengan senyum lebar.
“Pagi juga Iva.” Irfan menatap intens sang putri, entah mengapa ia melihat ekspresi wajah Ivana tampak senang.
“Kok kelihatan senang, ada apa?”
Ivana tersenyum, “Gak ada apa-apa kok. Aku hanya berusaha untuk senang agar bisa melupakan masalah yang ada di keluarga kita.”
“Pah, aku akan dukung apapun keputusan papa soal perceraian. Aku gak melarang apa-apa, semua terserah papa. Yang penting papa tetap di samping aku, itu sudah cukup buatku,” ujar Ivana menahan air mata.
Irfan tersenyum lembut, ia menarik tangan Ivana lalu menggenggamnya. “Terima kasih Iva, kamu memang pengertian.”
Ivana hanya tersenyum simpul. Kemudian sepasang ayah dan anak itu pun memakan sarapan bersama.
Setelah sarapan, Ivana lekas berangkat ke sekolah diantar supir. Awalnya Irfan yang akan mengantarnya tetapi gadis itu menolak, dia meminta agar papanya segera berangkat kerja saja daripada terlambat.
Beberapa menit kemudian, Ivana sudah tiba di sekolah.
“Va, gimana ceritanya?” Alisha yang melihat sahabatnya memasuki kelas segera bertanya.
“Gimana apanya?”
“Itu, kan kemarin kamu nulis ceritanya sendiri, jadi bisa?”
“Bisa kok, cuma tetap aja aku dapat komentar kalau tulisan .”
“Va, jangan dulu bacain komen deh. Kamu tuh jadinya suka down dan gampang nyerah. Lebih baik kamu fokus dulu nulis, jangan dulu pedulikan komen, paham?” papar Alisha seperti biasa selalu bisa memberi solusi.
Alisha ada benarnya. Sudah seharusnya Ivana hanya fokus menulis saja dulu.
“Iya iya, aku gak akan kayak gitu. Aku bakal fokus untuk nulis dulu.”
***
Waktu terus berjalan, hari demi hari di lewati. Semua berlalu begitu saja, orang tua Ivana sudah bercerai. Julia juga berniat mempersiapkan pernikahan yang akan diadakan dua bulan lagi. Wanita itu benar-benar lupa diri dan tidak lagi peduli pada Ivana, gadis malang yang harus menerima keputusan saat orang tuanya bercerai.
Ivana memang sedih dengan perceraian kedua orang tuanya, tetapi sekarang semua sudah terjadi. Tidak ada lagi yang bisa Ivana hentikan. Setidaknya kini Irfan memiliki cukup waktu untuk memperhatikan, menemani dan menyayangi Ivana.
Pria tua itu tidak lagi hanya fokus pada pekerjaan. Ia berjanji akan membuat Ivana tetap bahagia walau keluarga ini sudah terpecah.
Ivana juga perlahan melupakan rasa kecewa atas perceraian orang tuanya. Gadis itu kini hanya fokus pada sekolahnya serta pada naskah cerita milik sang kakak yang sedang ia tulis.
Tidak terasa cerita yang Ivana tulis sudah sampai bab 30 tetapi ada hal yang menyurutkan semangat menulis Ivana.
Beberapa komentar masuk pada bab yang ivana publish, komentar yang mengatakan jika alur berantakan, penulis seolah kehilangan gaya menulisnya. Penempatan kalimat dan tanda baca juga tidak jelas, pembaca merasa kecewa.
Menulis sejauh ini bukan hal mudah bagi Ivana, apalagi komentar yang ia baca cukup mengganggunya. Gadis itu sedang berada di kamarnya, baru menyelesaikan bab ke 31, tetapi dia malah terpaku dengan komentar yang ada di bab-ban naskah yang dirinya tulis.
Kebanyakan komentar yang masuk adalah kritikan pedas, bahkan pembaca juga ada yang secara terang-terangan meminta penulis untuk berhenti menulis saja karena penulisannya yang benar-benar berubah drastis menjadi buruk.
Ivana menutup laptopnya. Gadis itu mencoba untuk tetap sabar setelah membaca semua komentar yang masuk. Tidak ada pujian untuknya, semua mengatakan jika kualitas tulisan Ivana buruk.
Hal ini membuat Ivana terpuruk, karena setelah ditelaah, bukankah pembaca menjadi memberi kritikan pedas pada Intania selaku penulisnya.
“Tulisan kakak bagus, yang jelek ini hasil tulisanku, Kak,” lirih gadis itu dengan kedua mata berkaca-kaca.
Ivana tidak tahu harus apalagi sekarang. Para pembaca tidak menyukai yang dirinya tulis, mereka banyak menuliskan komentar pedas yang membuat Ivana terbebani dalam pikiran.
Rasanya dia ingin menyerah saja, dia tidak mau malah menjatuhkan karya buatan mendiang sang kakak. Kakaknya selalu bermimpi menjadi seorang novelis hebat, memiliki banyak karya memukau.
Jika karya yang satu ini di hancurkan kualitasnya oleh Ivana, bagaimana nasib karya lainnya?
“Kak, aku harus gimana?” lirihnya dengan penuh kesedihan.
Ivana bangkit lalu berjalan menuju ranjang. Ia segera naik ke atas ranjang kemudian menenggelamkan wajah di antara celah bantal. Sampai pada akhirnya tangisan Ivana mulai terdengar, gadis itu cukup sensitif sehingga saat mendapati komentar pedas yang masuk di bab cerita yang dirinya buat menjadikan gadis itu begitu sedih.
Lantas, apakah Ivana akan berhenti saja karena takut tidak sanggup untuk meneruskan cerita yang kakaknya buat.
Drtt drrt
Ponsel Ivana bergetar, ada sebuah panggilan masuk. Walau malas dan masih sedih, Ivana tetap menerima panggilan yang ternyata dari Alisha.
“Halo”
“Va, kamu buka ig deh
terus liat akun kakakmu.”Ivana mengernyit heran, namun ia tetap melakukan apa yang dikatakan sahabatnya.
“Apaan sih?”
“Baca komentar di postingan cerita white black magic.”
Ivana kembali melakukan apa yang sahabatnya sebutkan, sampai akhirnya ia membaca kolom komentar yang ada di postingan sang kakak.
Ivana terdiam membaca komentar yang ditulis, apa ia tidak salah? Mendapati komentar pedas dan jelek yang mengatai cerita satu ini kualitasnya semakin menurun.
“A-apa ini?”
Tbc
💮💮💮
KAMU SEDANG MEMBACA
Ivana Story [Revisi]
Teen FictionIvana kehilangan kakak tercintanya lalu orang tuanya bercerai. Hidupnya perlahan mulai terasa hampa, tetapi ia berusaha tetap baik-baik saja. Gadis remaja yang selama ini hanya ingin kehangatan keluarganya, tetapi sulit ia dapatkan. Perpisahan orang...