Beberapa menit menunggu akhirnya makanan yang kami pesan pun datang dengan sangat cepat, di atas meja ini tersusun rapi semua menu tersebut. Aku melihat tidak ada kurangnya sama sekali, kemudian Julia dan ayah mertua pun saling mengambil makanan satu sama lain.
"Silakan makan sayang, silakan makan ayah," ucapku pada keduanya yang sedang menatap menu malam ini.
"Tetapi ini sangat banyak sekali mas, bagaimana kami mau makan? Soalnya bingung mau mulai yang mana," jawab sang istri.
Karena keduanya tidak mau memulai makan, aku sajalah yang menulai makan dengan mengambil sebuah menu yaitu jamur goreng dan ada juga bumbu ayam grilled, lalu keduanya mengikuti aku yang sedang makan dengan sangat lahap. Menu pun tersentuh juga, berdasarkan lirikan kalau Julia dan juga ayah mertua memakan menu yang sama dengan akh saat ini.
Seraya menahan tawa, kami pun saling diam dan fokus pada sebuah makanan. Dengan menggunakan sebuah sendok garpu, dengan bantuan lagi sumpit ala Jepang akhirnya aku gunakan dalam memakan menu di malam hari ini. Semetara Julia dan ayah malah kebingungan dalam memakai sumpit ini.
Alhasil mereka pun tidak menggunakan sumpir untuk makan malam. Lalu, keduanya malah menggunakan tangan saja sebagai wadah mengambil sebuah ayam grilled beukuran satu ekor. Aku yang sudah memakan lebih dulu, lalu merasa kan sangat enak karena banyak hal menu baru di sini. Minumannya juga terasa, sampai membuat kami terdiam tanpa kata.
"Ayah ... makan yang banyak, kalau mau tambah silakan tambah lagi ...," kataku dalam berucap.
"I-iya, ini juga masih ada. Kalau nanti mau tambah, pasti akan tambah dan lesan lagi," jawab sang ayah mertua.
Akhirnya sang waktu bergerak sangat cepat, aku dan yang lainnya menyudahi makan malam ini. Dan kami sama-sama meneguk minuman lemon tea sangat hangat. Dan setelah ini tujuan kami adalah ke sebuab toko obat untuk membelikan kompres di sebuah apotek besar yang ada di kota.
Perlengkapan lainnya juga perlu di beli, karena Pratama tidak membawa pempes saat datang ke rumah. Takutnya kalau malam akan pipis di celana dan pasti akan memangis karena tidak nyaman. Dengan mendudukkan badan beberapa menit, akhirnya kami bangkit dari kursi dan hendak menuju ke dalam mobil.
"Sayang, kamu ajak ayah dan Pratama ke mobil ya. Karena mas mau bayar makanan dulu," kataku pada sang istri.
"Iya mas ... jangan lama-lama bayarnya, karena kami udah gak mau di mobil lama-lama," kata sang istri.
"Sip ...," jawabku.
Mereka pun pergi dan menuju ke sebuah mobil di teras depan, sementara aku mendekat ke salah satu tempat pembayaran. Dan harganya juga sudah ada di sebuah bill pembayaran, dengan menggunakan sebuah scan lewat ponsel akhirnya terbayar lunas. Kali ini aku merasa sangat senang, dengan adanya keluarga baru begitu sederhana tidak mau makan di tempat mewah.
Padahal sekarang aku yang membawa mereka ke tempat mewah, agar semuanya dapat merasakan menu ini satu persatu di kota. Karena hampir semua kafe yang ada di kota sudah kami singgahi, sehingga kami tidak akan datang ke tempat yang sama untuk kedua kalinya. Setibanya di dalam mobil, aku masuk dari pintu sebelah kanan.
Dengan mendudukkan badan di atas kursi, kali ini aku menyalakan kendaraan. Dan para keluarga sudah menunggu kalau kami akan pergi ke salah satu tempat lagi, dan tujuan selanjurnya adalah belanja baju serta perlengkapan Pratama. Di mall yang ada di kota sebagai tempat paling nyaman kalau hendak memilih perlengkapan pakaian.
"Mas, sekarang kita mau ke mana ini? Apakah langsung pulang atau gimana?" tanya sang istri bertubi-tubi.
"Malam ini mas mau ajak belanja pakaian di kota, karena mas mau belikan ayah baju dan celana baru. Sepatu, dan yang lainnya. Malam inj ayah bebas pilih, sesuai dengan selera," kataku menjawab.
"Ini sudajmh sangat banyak Adi, kita sudah menghabiskan banyak uang. Lagian ... baju ayah masih banyak yang bagus kok," kata sang ayah sangat merendah.
"Sudahlah ayah ... ini hanya sesekali, nukan tiap bulan dan tiap hari. Intinya ayah harus pilih pakaian yang bagus, akan aku bayar malam ini. Kamu juga sayang, harus pilih baju paling enggak satu pasang ya," kataku dalam berucap.
"Ta-tapi ... tapi mas ....."
"Gak ada tapi-tapian sayang, ini adalah permintaan mas. Udah deh, jangan pikirin mas bayar nya pakai apa, semua itu udah mas pikirkan lebih dulu kok," jawabku.
"Punya mantu yang banyak uang begini ya Julia, tiap beli gak perlu mikir keuangan, karena semua bisa di beli kapan pun yang di mau," sergah ayah dari belakang.
"Bukan begitu ayah ... membahagiakan keluarga adalah yang utama, kalau uang masih bisa di cari. Kalau kesempatan ini, gak mungkin kita temui lagi. Tapi semoga saja akan terus begini, sampai kita benar-benar melakukan yang terbaik sebagai amal ibadah."
"Amin ... asal jangan berubah ya Adi, janji kamu akan kami ingat sampai kapan pun. Karena kau sudah membuat ayah bangga dan semakin percaya sama kamu, kalau keluarga ini akan baik-baik saja kamu yang bawa," titah sang ayah.
Aku pun tersenyum, akhirnya keduanya sangat percaya padaku. Setelah sebelumnya di patahkan oleh Reno, akibat gagalnya dalam membina rumah tangga. Namun, sekarang telah berbalik lagi menjadi sangat aman. Hati ini selalu berkata, kalau selamanya momen ini benar-benar terjaga, sampai kapan pun.
Tak berapa lama tibalah kami di salah satu tempat untuk belanja, mall terbesar dengan lima lantai ini adalah tempat favorite orang-orang yang hendak belanja. Walau pun kadang ada yang hanya sekadar numpang jalan-jalan saja, itu adalah tergantung dari mereka. Hampir semua ada di sini, baik keperluan skunder mau pun tersier.
Tetapi kami selalu belanja sesuai keperluan saja, tidak membeli yang sudah kami miliki. Sambil berjalan masuk, ayah mertua pun bersama dengan Julia di atas kursi roda. Sementara sang cucu ada di gendongan aku. Dengan sangat cepat kami pun mendekat ke salah satu tempat penjualan pakaian, dan Julia serta ayah memilih pakaian.
Aku menyentuh lengan sang istri, dan dia menoleh. "Kenapa mas?" tanyanya sangat penasaran.
"Mas mau ke ruang sana ya, beli kaos kaki buat Pratama. Kamu sama ayah di sini pilih bajunya ya," kataku dalam menjawab.
"Iya mas, aku akan di sini. Tapi jangan lama-lama ya, karena aku gak mau menunggu lama-lama, takutnya gak bisa pulang," kataku.
"Kalau tersesat akan ada yang mengarahkan kok sayang, tenang aja semua di pantau di sini. Intinya pilih aja baju dan celana buat ayah, mas mau ke dalam dulu ya sayang."
"I-iya mas, hati-hari bawa Pratama dia lagi sakit loh mas ...," kata istri sangat khawatir.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kecanduan Kontol Mertua
AdventureSeason 2 dari novel berjudul: 3 Miliyar Sekali Entot