Bab 137 Ngentot Sama Istri Sampai 2 Ronde

8.6K 17 6
                                    

"Enggak kok sayang ... kamu tenang aja ya, mulai besok kita pergi bareng ke perusahaan. Soalnya ... di sana sudah mas rancang ruangan khusus buat kita berdua, meraka akan di dalam ruangan sendiri-sendiri," kataku seraya merayu.

"Iya, pokoknya mas atur ajalah, aku hanya ikut suami," jawab sang istri sambil memeluk tubuhku erat.

Kami berpelukan satu sama lain, dan kali ini aku merasa bangga dan bahagia. Bukan karena mendapatkan uang, akan tetapi lebih dari itu. Ditambah lagi, kalau sekarang punya seorang istri penurut serta bisa memberikan warna baru dalam kehidupan ini. Seraya memeluk, aku pun mengecup keningnya. Pratama sudah ternyenyak tidur di atas dipan, serta ayah juga sudah tidur juga.

Sementara aku masih membuka mata, dan ini adalah kesempatan ambil jatah malam dengan istri. Mumpung momen nya pas, apalagi sekrang sudah seminggu belum olahraga malam. Kemungkinan Julia mau, soalnya dia sudah gelisah dan mengelus dadaku saja sejak tadi. Dengan mencium pipinya beberapa kali, aku pun memberikan kode lewat tangannya.

"Sayang ... bangun, kamu udah tidur ya?" tanyaku perlahan berbisik.

"Iya mas ... kenapa?" tanyanya menjawab lembut.

"Mas mau minta jatah malam ini, boleh enggak sayang?" tanyaku lagi dengan merayu.

Istri menoleh kanan dan kiri, dia pun menatap wajahku secara spontan. Dalam keadaan sunyi, Julia pun mengangguk. Ternyata semudah itu merayunya, sudah lama tidak ganti oli, kemungkinan sudah sangat ingin di ganti.

"Tapi pelan-pelan ya mas ... aku takut kalau ayah sampai dengar," katanya dengan berbisik.

"Iya, entar mas pelan-pelan kok masukinnya," kataku lagi.

Kami bersiap-siap, dan istri pun membuka semua yang dia pakai. Lalu, aku memasang kuda-kuda hendak menyerang. Secara perlahan, kembali aku menatap kepala yang akan masuk. Dan dengan membaca doa agar setan tidak ada, perlahan pun akhirnya masuk ke dalam. Lambat lambat, dan sangat lambat.

Ternyata sudah masuk semua, Julia meringis sembari menarik selimut yang panjang dan putih, lalu aku memposisikan badan di daun telinganya.

"Sayang, sakit?" tanyaku.

"Udah enggak begitu mas," jawabnya.

Perlahan akhirnya kami pun melakukan hal suami dan istri di malam ini, ketepatan juga aku sudah merasa ingin bercinta. Sekarang hanya satu minggu satu kali, biasanya kalau baru menikah hampir tiap malam. Bahkan Julia yang pinta, setelah terbiasa kalau aset milikku sebesar ini, secara berhari-hari dapat di imbangi oleh sang istri. Perasaan yang awalnya merasa gelisah, sekarang menjadi sangat nikmat.

Apalagi ketika bergoyang, ke luar dan masuk. Beberapa saat barulah aku memperkencang goyangan itu sampai mengeluarkan suara, bahkan Julia kesakitan dan dia pun seperti orang yang sangat tidak tahan. Namun, aku masih dalam posisi sangat enak. Malam demi malam yang kami lalui ini adalah demi harmonis rumah tangga, tanpa pernah menolak, Julia mau dan memberikan.

Hanya ketika dia datang tamu saja tidak mau memberikan, kalau aku tiap malam pun mau. Apalagi di jepit sangat rapat seperti ini, sudah pasti membuat melayang. Durasinya pun tidak mau lama-lama, takut kalau Julia pingsan lagi seperti malam pertama. Karena memperlancar pekerjaan, dan mencari solusi dari banyaknya pikiran adalah seperti ini. Sehingga aku selalu menantikan malam Jumat sebagai malam yang wajib.

Sunnah di bilang orang-orang selalu kami rasakan, walau pun menurut dokter kami tidak akan punya anak, karena Julia sudah di nyatakan tidak bisa punya anak. Itu pun kami berusaha, agar dia minum vitamin. Walau hanya 20 % dari yang telah di tetapkan oleh dokter, tetapi aku tetap berusaha sekuat tenaga agar dapat menjadikan benih itu anak. Karena aku juga masih mau punya anak kalau di berikan tuhan lewat rahim istri.

Memang selama ini aku telah banyak menyebarkan benih, baik pada wanita ABG dan wanita lain di luar sana. Akan tetapi belum ada yang datang dan meminta pertanggung jawaban sebagai kehamilan. Karena aku sudah membayar dengan harga mahal untuk satu malam, itu adalah biaya dari transaksi yang di tetapkan langsung oleh sang pemberi jasa.

Kemudian aku pun mencium kening Julia, dia membuka mata dan kedua tangannya memegang pinggangku yang sedang bergoyang licah. Mencangkul apem wangi sang istri, yang kalau tiap malam aku pegang sebelum tidur. Ternyata kami punya hobi yang sama sebelum tidur, saling memegang aset pasangan.

Itu adalah hal yang rutin kami lakukan, ketika bercanda malam sebelum tidur. Sebagai seorang suami, aku selalu menyempatkan waktu berkata walau hanya beberapa menit, agar tidak ada rasa bosan.

"Mas ... enak banget, em ...," kata sang istri.

Mendengar suara itu, aku semakin ganas dalam bergoyang, dan pada akhirnya beberapa menit setelah beraktivitas malam, telah berada di ujung dari kepala. Kini semakin cepat, dan aku lun semakin cepat.

Tak berapa lama, ke luar juga. Rasa lemas pun datang, membuat napasku menjadi ngos-ngosan menatap Julia dangan wajah yang berantakan. Bahkan rambutnya pun, telah morat-marit ke sana dan ke sini, membuat aku sangat lega. Perlahan, aku mencabut si jago dari dalam dan si putih pun memenuhi tempat.

Sang istri yang kala itu berada di samping langsung menoleh, dia memerhatikan aku, kami saling tersenyum. Mungkin ketika membayangkan ekspresi wajah satu sama lain setelah berada di ujung, dia mencium pipiku dan tidur di badan ini. Aku memeluknya, seraya menyusu di atas dipan.

"Enak sayang?" tanyaku sangat lembut.

"Banget mas, aku mau lagi ...," katanya mengajak.

"Yakin, kamu mau lagi? Entar gak bisa berjalan sayang?" tanyaku padanya.

"Mas ... aku mau lagi, yuk," ajaknya lagi.

"Boleh, siapa takut. Kamu kira mas gak mau, pasti mau dong ...," kataku dengan gagah.

Akhirnya kami ambil ronde kedua, karena Jukia mau lagi dan ingin lebih dalam merasakan. Aku berada di posisi sama, dalam dekapan malam yang sangat dingin, sekarang telah berubah menjadi sangat hangat.

"Keluarin dulu sayang, biar gak penuh banget," kataku padanya.

Lalu sang istri mendorong ke luar, dan setelah bersih, barulah aku menggunakan lidah untuk membuatnya sisa-sisa itu menghilang. Kalau masih ada sisa, tidak enak dan akan semakin licin, sehingga aku pun harus mengeringkan dulu beberapa saat.

Setelah selesai, kami memulai lagi dengan hal yang sama. Perlahan aku kembali memasukkan, dan rasanya sangat membuat melayang. Julia pun meringis, dia menarik selimut. Dengan cepat aku mengambil tangannya dan meletakkan di leherku, dia pun menatp wajahku dengan sangat saksama.

Suara yang di keluarkan pun begitu keras, sampai pada akhirnya aku mencium bibirnya agar dia tidak terlalu keras dalam berdesis, walau pun akhirnya Julia menahan suara itu yang hendak ke luar, takutnya kalau suara kami di dengar ayah mertua, dan dia juga ikut menjadi ng4ceng serta ingin col! di dalam kamar.

"Enak sayang?" tanyaku.

"Enak mas ...," jawabnya.

Bersambung ...

Ada yang mau ngentot sama penulisnya gak? Kalau ada yang mau ngentot, silakan chat aja WA penulisnya: ( 083143785787 )

Bebas boleh cowok boleh cewek, yang mau aja...

Kecanduan Kontol MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang