Bab 138 Ketemuan Dengan Istri Orang

4.4K 6 0
                                    

Reno POV

Malam ini terasa sangat sunyi, siapa pun aku tidak punya. Bahkan istri, anak kandung telah berada dalam dekapan sang ayah. Entah kenapa, belakangan hari Pratama mudah sekali sakit. Sampai-sampai aku yang kena imbas dari ayahku sendiri, padahal semua cara telah di lakukan agar dia sehat kembali dan bersemangat. Tetapi ketika datang ayah, dia malah sembuh dan seolah-olah mau saja ikut.

Sekarang aku bisa aja, selain anak istri pun sudah di ambil oleh ayah. Semua dia ambil, memang ini adalah kesalahan aku. Menyia nyiakan ketika dulu, sampai perceraian itu datang dan terucap. Bahkan Sri pun tidak peduli lagi dengan aku, malam yang sangat menyebalkan dengan berjuta ujian serta cobaan datang silih berganti.

Tak berapa lama aku pun memasuki ruang kamar, duduk di atas dipan dan membuka ponsel. Tanpa di sengaja, aku mendapatkan pesan singkat dari seorang wanita yang datang melalui akun instagram, wanita cantik dan sepertinya sudah janda. Tetapi tidak tahu entah gadis atau janda, karena badannya sangat seperti janda. Lalu banyak foto sudah aku lihat, dan ada anak serta lelaki.

Kemungkinan kalau itu adalah suaminya, memakai seragam lengkap seorang angkatan laut. Tetapi entah kenapa aku tertarik, kami pun berkenalan. Panjang kali lebar kami bertukar nomor WA, setibanya di chat tersebut akhirnya aku membalas semua yang dia katakan. Dan kami pun sepakat hendak bertemu malam ini juga, kesempatan yang tidak mungkin datang dua kali.

Wanita cantik itu mengajak bertemu di sebuah bar yang biasa aku datangi ketika masih punya mobil dan rumah, sekarang aku tidak pernah datang ke sana. Namun, karena aku masih punya uang, memungkinan akan cukup kalau hanya untuk makan dan minum. Akhirnya aku balas iya, daripada suntuk di rumah, dan pemandangan hanya ada Bi Ira dan Bi Inem, aku sudah tidak mau sama pembantu tua.

Akhirnya aku ganti baju, dan memakai pakaian ayah yang ada di dalam lemari ini. Ternyata ini adalah pakaian bekas miliknya yang sudah tidak di pakai lagi, akan tetapi aku tidak tahu ayah menyimpan kunci mobilnya di mana. Seraya membereskan badan, dan penampilan pun sudah seperti anak lajang pada dasarnya. Semua sudah wangi, bahkan aku tampak lebih gagah saat ini menduda.

Ternyata penampilan mampu merubah diriku, bahkan lebih tampan dari biasanya. Lalu, aku pun berjalan menuju kamar ayah. Menoleh samping kanan serta kiri, dan tidak ada siapa pun. Perasaan aman itu datang menyergap, ini adalah pertama kalinya aku mencoba untuk keluar malam. Padahal aku selalu di berikan amanah untuk menjaga rumah.

Ayah berpikir kalau aku adalah anak kecil lagi, dan tidak punya nafsu serta tidak mau di jepit wanita. Sekarang aku tiba di kamar ayah, masuk dengan berjalan lambat dan mencari di mana laci lemari. Akhirnya laci pun ada di samping sebuah kaca berdandan, aku membukanya perlahan. Lambat lambat, terlihat ada kunci mobil. Dengan berbagai mereka, dan akhirnya aku ambil kunci BMW.

Mobil ini terletak di garasi bersebelahan dengan brio dan honda jazz lainnya. Dengan cepat aku mengambil kunci terssebut dan ke luar sangat lambat, agar tidak ada suara. Setelah menapak lambat, tibalah aku di ruang tamu. Dan Bi Ira ke luar kamar, dia berjalan ke meja makan.

'Astaga! Aku harus segera sembunyi,' kataku dalam hati.

Setelah aku bersembunyi, dia meneguk minuman. "Udah malam juga, akhirnya selesai. Inem pasti udah tidur, aku pun mau tidur lah, udah lelah banget sekarang," ucapnya berkata sendirian.

'Hmm ... sana pergi kamu Bi, aku mau ke luar malam. Kalian jaga rumah ya, aku mau mampir ke rumah istri orang, semoga saja berhasil,' kataku dalam hati.

Seraya berjalan kencang, Bi Ira pun pergi dan menuju ke kamarnya. Lalu, aku bersiap siaga untuk ke dalam garasi mobil. Ternyata mobil berbaris rapi di sana dan tinggal pilih, akhirnya BMW adalah pilihanku. Percuma banyak mobil kalau tidak di gunakan, batinku. Kini tibalah aku di luar gerbang, seraya menuruni mobil akhirnya aku menutup gerbang sedikit rapat.

"Oke, lets go ...," kataku berucap.

Di sepanjang jalan aku membalas chat dari wanita itu, dan sekarang dia malah menelepon sembari memerlihatkan video call.

[Hallo, Mas, kamu udah di mana sekarang?] tanyanya padaku.

[Ini aku lagi di jalan, mau ke tempat yang kamu minta. Oh, ya kamu udah di mana ini?] tanyaku lagi.

[Aku juga udah OTW mas, kamu sendirian kan?] tanyanya lagi.

[Iya lah, aku mau bertemu kamu kok, masa ajak temen. Entar ada yang gangguin kita, makanya aku mau berdua aja sama kamu.]

[Ah, kamu bisa aja mas. Oh, ya, kita minum nanti mas?]

[Hmm ... ya iyalah, masak udah sampai sana gak minum.]

[Baiklah, aku sudah di jalan, sampai ketemu di sana ya Mas!]

[Baik, sampai bertemu juga ya.]

Ponsel pun mati, aku yang sudah berada dekat dengan bar, kemudian lebih tancap. Kini tibalah aku di teras bar itu, dan ada seorang wanita berambut panjang, aku pikir itu adalah dia, membawa sebuah ponsel dan sangat seksi. Lalu, dengan cepat aku mengambul ponsel dan mengirimkan chat padanya. Dia pun hanya membaca saja, entah berada di mana dia sekarang.

Setibanya di depan pintu, wanita berambut panjang pun datang menghampiri.

"Hallo ganteng, kamu mau masuk ya?" tanyanya.

"Iya, aku mau masuk. Kamu siapa ya?" tanyaku balik.

"Aku adalah wanita yang menjaja di sini, menawarkan jasa loh mas. Kena gigi uang kembali, lewat depan boleh, lewat belakang diskon 10% kamu tinggal pilih," paparnya menjelaskan.

"Kalau dari dua-duanya?" tanyaku.

"Tergantung kamu mas, kalau kamu puas baru di bayar," katanya memaparkan.

Tak berapa lama, wanita itu mengirimkan pesan kalau dia ada di dalam dengan memakai baju warna merah muda. Aku salah orang, sekarang aku berjalan meninggalkan wanita ini.

"Mas, gak jadi? Bisa diskon loh, buat kamu tembak dalam pun gak masalah," jelasnya berteriak.

"Entar kamu mati kalau di tembak, aku mau cari yang lebih hot di dalam," pungkasku sambil berjalan masuk.

Setibanya di dalam ruangan bar, tidak ada wanita berbaju serba merah muda. Sudah menoleh ke semua ruangan, kemudian ada yang melambai di tengah bangku yang penuh.

"Mas, sini ... aku di sini ...," teriaknya.

"Oh, ternyata dia di sana," kataku, dengan sangat gagah aku berjalan maju dan menemuinya. Kini tibalah aku di sampingnya, dan kami saling bertatap wajah satu sama lain.

Aku tersenyum, di balas senyum olehnya. Lalu dia pun melipat kedua tangan, dan menatap ponselnya.

"Ternyata lebih tampan yang asli," katanya sedikit berbisik. "Silakan duduk mas," ucapnya menambah.

"Oke, terima kasih, emangnya gak masalah kalau mas duduk di sini?" tanyaku, dan wanita di hadapan salah tingkah seperti wanita yang hendak di masukin.

Bersambung ...

Kecanduan Kontol MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang