|| 18

104 7 0
                                    

Di tempat lain Namping menyandarkan kepalanya di pundak sempit Kong.

Matanya yang ramping terpejam, sementara orang yang di sandarin bahunya sedang menyalin makalah dari laptop miliknya.

Kelas teknik mahasiswa tahun pertama itu masih lumayan ramai, sibuk bermain ponsel dan menggosip di belakang sambil menunggu tuan si pengajar namun belum ada tanda-tanda profesor datang.

"Apa kau sangat mengantuk?". Kong bertanya sambil membenarkan gagang kacamatanya tanpa menoleh pada temannya yang menempel seperti cicak.

"Tidak". Namping menegakkan tubuh untuk dia luruh kan di depan meja dan membiarkan kepalanya bertumpu di sana.

"Beli kopi sana". Ujar orang yang hari ini paling sibuk.

Pria putih berpipi gembil itu mengerucutkan bibirnya dan mengambil bolpen, memutarnya perlahan di atas meja dengan malas.

"Sebenarnya aku sangat pusing...kepalaku mau pecah rasanya".Jawabnya pelan.

"Au?? Kenapa tidak bilang, seharusnya kau berbaring saja di kamar".

"Hei, tapi dahimu tidak panas". Kong melanjutkan ucapannya setelah menempelkan punggung tangannya di pelipis lebar Namping.

Pria itu menyingkirkan jemari pendek Kong, matanya beralih membalas tatapan rusa orang di depannya.

"Ibuku tadi pagi menelepon. Dia berkata bahwa phi ku di pecat, untuk sementara aku tidak di beri uang olehnya". Kong menutup laptopnya, juga melepas kacamatanya sebelum menghadap kepada Namping.

"Kenapa aku tidak tau ibumu menelepon?".

"Kau sudah pergi bersama temanmu tadi".

"Oh itu Kim. Tidak apa-apa Nam kau bisa memakai uangku dulu untuk membayar uang semester bulan ini".

"Aku tidak mempermasalahkan itu, mungkin aku bisa membayarnya dengan gajiku. Yang ku pikirkan sekarang bagaimana ibu di sana? Bagaimana jika phi ku masih menganggur, bukankah mereka akan kesulitan... ".

Namping masih membayangkan suara sedih ibunya tadi pagi, wanita cantik itu sedikit menahan tangisanya agar putra bungsunya tidak mendengar tapi Namping tau betul bagaimana ibunya yang rapuh itu.

Semenjak ayahnya meninggal kehidupan mereka berjalan tidak begitu menyenangkan, hal itu mempengaruhi kesehatan ibunya.Namping tidak ingin ibunya terus-menerus membebani pikirannya dengan masalah-masalah baru.

"Jangan berkata seperti itu, phi mu sangat menyayangi ibumu. Dia pasti akan segera mendapatkan pekerjaan".

Kong memberinya tepukan lembut di punggungnya sebanyak tiga kali, temannya ini tidak tau banyak tentang kehidupan pribadinya. Kong hanya mengetahui beberapa hal, karena Namping sendiri jarang bercerita tentang keluarganya. Tapi bocah itu tetap menghargainya selama ini.

Laki-laki dengan pipi bulat itu menatap gamang pemandangan di depannya, pikirannya sedang tidak berada di sini.

"Aku sangat terkejut mendengarnya, tiba-tiba tempat bekerjanya mengalami penurunan keuangan. Beberapa dari mereka terpaksa harus mencari pekerjaan lain"

"Heiii, jangan bersedih na. Apa kau tidak yakin dengan phi mu sendiri? Selama ini dia tidak pernah gagal membantu keluarga kalian, lihat bahkan kau bisa kuliah sampai sini. Keren teman!". Namping tau ucapan Kong hanya bunga penghibur untuknya, namun anak itu tetap tersenyum agar orang di depannya merasa baik.

Sebaliknya Namping tersenyum kering, justru dia tidak ingin memilih jalan hidupnya sampai sejauh ini.

"Aku berpikir ingin mengakhiri ini semua... "

LOVE LANGUAGE - [KengNamping]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang