1✨ | Berakhir

30 6 2
                                    

"Hahaha! Lihat! Lihat! Kau tidak bisa terbang lagi!" tawa Maya bergema di tengah-tengah hutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hahaha! Lihat! Lihat! Kau tidak bisa terbang lagi!" tawa Maya bergema di tengah-tengah hutan. Kejadian yang baru saja menimpa mereka terus menggelitik perut Maya. Siapapun dari mereka tidak akan menduga, Petal yang biasanya lincah melayang kesana-kemari, kini terhuyung-huyung tak bisa terbang, karena sayapnya terbelenggu oleh lumpur kering.

Petal si peri kecil itu lantas menggerutu dan segera menghampiri Bima. Andaikan Bima tidak berpikir untuk melewati lumpur hisap itu, pasti mereka tidak akan melalui kejadian memalukan ini. Akibat kelalaian Bima dan Maya, keduanya terperosok ke dalam lumpur. Petal yang berusaha menolong malah ikut terjebak ke dalam lumpur. Beruntungnya, ada petualang lain yang lewat di wilayah itu. Kalau tidak, mungkin mereka akan terus terjebak di dalam lumpur, sambil mengharapkan rombongan pedagang lewat.

"Semua karena kau! Dasar Bima bodoh!" geram Petal dengan suara melengking nan lucu. Alih-alih merasa bersalah, Bima justru ikut menertawakan Petal. Padahal badan Bima dan Maya juga tertutupi lumpur kering, sama seperti Petal.

"BIMAAA!!!" Petal memukul wajah Bima dengan tangannya yang mungil, sama sekali tidak memberikan Bima rasa sakit. Bahkan hanya terasa menggelitik. Petal yang semakin kesal, mengentakkan kakinya di udara serta melipat kedua tangannya membelakangi Bima.

Dengan nafas tersengal-sengal, Maya menghapus bekas air mata yang membasahi pipinya, sementara tangannya meremas perutnya yang berdenyut kesakitan. "Sudah, sudah, sebaiknya kita singgah di desa berikutnya," ujar Maya mencoba membujuk Petal.

"Terserah." Maya segera bangkit berdiri dan menarik sayap Petal yang kecil ke telapak tangannya.

"Ayolah, aku hanya menggodamu saja, jangan marah." Maya mengusap pucuk kepala Petal dengan jari telunjuknya. Namun Petal masih tetap cemberut, karena dia tidak bisa terbang sebelum membersihkan lumpur kering itu dari sayapnya. Maya berinisiatif memberikan kode pada Bima untuk segera bangkit.

"Ayolah, jangan marah. Baiklah, aku yang salah, aku bodoh. Puas?" goda Bima.

Bima meraih busur milik Maya, dengan cekatan ia juga mengikat pedangnya di pinggang. Hari sudah senja, mereka perlu waktu untuk beristirahat. Apalagi, tenaga mereka sudah habis karena berteriak minta tolong setengah hari ini. Mereka juga butuh membersihkan diri. Jika mereka berjalan 5 km lagi, mereka akan tiba di desa Hampton, sebuah wilayah bebas yang terlepas dari pengaruh kekaisaran. Tujuan mereka saat ini menuju ibukota kekaisaran Celestine, yang terletak dua desa lagi dari Hampton.

"Mari, lanjutkan perjalanan," ujar Maya setengah semangat. 

Dengan hati-hati Maya menempatkan Petal ke dalam tas daun yang biasa ia gunakan. Bima segera melemparkan busur milik Maya dengan gesit. Bersama-sama, mereka bangkit menapaki jalan dengan penuh sukacita.

***

Maya tenggelam menikmati acara mandi yang menenangkan melepas penat yang menusuk hingga ke tulang-tulang. Ia berendam di dalam bak sambil mengolesi sabun licin dengan riang di atas kulitnya. Sudah dua minggu sejak terakhir kali dia bisa memanjakan diri. Petal juga sedang melakukan hal yang sama dengan Maya, berendam dan bermain-main di dalam gelas yang penuh dengan air berbusa.

Dongeng Sesudah TidurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang