4✨ | Bulan Merah

8 3 2
                                    

Bima menusuk pemimpin serigala yang terakhir dari belakang, lalu ia segera berlari ke arah tubuh Maya yang sudah tergeletak di atas atap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bima menusuk pemimpin serigala yang terakhir dari belakang, lalu ia segera berlari ke arah tubuh Maya yang sudah tergeletak di atas atap. Dengan cepat, Bima menggendong tubuh Maya dan membawanya turun.

"Maya! Sadar Maya!" Teriak Bima sambil memukul-mukul pipi Maya. Tubuh Maya sudah lemas, ujung kuku-kukunya juga sudah membiru, wajahnya pucat, dan matanya perlahan-lahan redup. Bima tidak ingin percaya, dia telah kehilangan Maya. Padahal Maya adalah high-elf, bagaimana mungkin dia mati dengan bodoh. 

"Petal! Petal! Tolong Maya!" Bima kehabisan akal, ia hanya bisa berteriak keras sambil memeluk tubuh Maya yang perlahan-lahan kehilangan hangat tubuhnya.

"Petal!"

"Apa sih!?" Jantung Bima melompat ketika Petal muncul.

"Maya, tolong Maya." Petal yang kesal karena waktu tidurnya terganggu hendak protes ke Bima. Namun, semua protes itu segera ditelan oleh Petal ketika melihat tubuh kaku Maya yang berada di dalam dekapan Bima.

"Astaga! Ada apa dengan Maya!? Kenapa bisa sampai seperti ini!!!" Petal terbang mendekati Maya. Ia tidak bisa merasakan kehidupan di tubuh Maya, hingga membuatnya khawatir setengah mati. Bima segera membaringkan tubuh Maya terlentang di tengah jalanan yang sepi. "Apa kau bisa membantunya?" Tanya Bima berharap.

Petal terbang mengitari tubuh Maya, berusaha meyakinkan diri bahwa Maya yang dia lihat adalah Maya yang dia kenal tak terkalahkan. Petal menabur bubuk pixie dan membaca mantra, tapi tubuh Maya tidak menunjukkan reaksi apapun.

Apalagi, yang bertugas sebagai healer di grup mereka justru Maya. Petal tidak bisa berbuat banyak ketika jiwa Maya benar-benar telah meninggalkan tubuhnya. Dicoba berkali-kali juga tidak memberikan dampak apapun pada Maya. "Gawat, gawat! Maya sudah tidak tertolong lagi, HUAAA!!!" Ujar Petal kepalang kabut.

"Tidak mungkin, luka yang sebelumnya bahkan lebih parah." Bima menolak gagasan bahwa Maya telah tiada, tapi semuanya sudah terlambat.

Malam itu, desa Hampton yang selalu ramai setiap kali bulan menyinari langit menjadi tenang, temaram tentram. Tidak ada lagi hiruk-pikuk untuk menemani burung hantu bernyanyi. Hanya terdengar, tangisan Bima dan Petal yang telah kehilangan Maya.

***

Bima terus menyusuri jalan setapak sambil menarik gerobak bersama dengannya. Jalan-jalan yang mereka lalui berbatu, menanjak, dan menurun. Namun, Bima sama sekali tidak berniat melepaskan gerobak tua yang sudah reyot itu.

"Kita tidak tahu, apakah yang dikatakan oleh kakek itu benar. Kalau kita dibohongi gimana? Waktu yang kita habiskan menjadi sia-sia," oceh Petal yang duduk di bahu Bima.

Kakek yang dimaksud oleh Petal adalah orang asing tak dikenal, yang memberikan mereka saran untuk pergi ke sebuah rumah gubuk. Kakek itu berkata, 'disana ada penyihir yang telah hidup ratusan tahun dan memiliki sihir untuk kembali menghidupkan seseorang.'

Dongeng Sesudah TidurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang