"Sky, apa yang terjadi?"
Sky mendongak dan matanya bertemu dengan Cleo--orang yang bekerja bersamanya. "Nothing," jawabnya sembari memutar kursi putarnya ke kiri dan kanan.
"Ku lihat dari tadi kau aneh. Senyum-senyum tak jelas. Apa semua ini ada hubungannya dengan Marc?"
Sky memutar bola matanya. Marc lagi, Marc lagi. Semua orang menanyakan Marc, apa memang dulu ia terlihat segila itu dalam mengejar Marc? Tidak taukah mereka bahwa saat ini ia sedang merasakan ciuman Nathan?
Ya Tuhan, Sky benar-benar tidak bisa melupakan malam itu. Apa yang terjadi di beach club lalu berlanjut di kamar hotel setelah teman-teman Nathan pergi, sungguh sampai sekarang Sky masih teringat bagaimana rasanya ketika mereka saling melumat dan menyesap. Sebuah ciuman perpisahan yang lembut, dalam, dan menuntut. Nathan adalah pencium yang handal.
Sky reflek menggigit bibirnya sendiri. Jika saja ada bantal di kantor ia pasti sudah menenggelamkan wajahnya yang semerah kepiting rebus di sana.
"Kalau bukan Marc lalu siapa?" tanya Cleo sembari menggerakkan alisnya naik turun, menyebalkan.
"Cukup, Cleo. Kita harus meeting sekarang."
***
"Bisakah kau tinggal?"
Mata biru dan hazel itu bertemu. Keempat tamunya sudah kembali ke kamar masing-masing, tinggal Nathan yang ingin berpamitan.
"Maksudku, ini sudah terlalu malam, sebentar lagi pagi," tambah Sky.
"As your wish."
"Sky," ucap Nathan lirih bahkan terdengar seperti desisan.
Detak jantung Sky semakin meningkat saat Nathan mendekatkan wajahnya dan kakinya menendang pelan daun pintu hingga tertutup rapat.
Sesaat Sky terbuai menerima kelembutan yang Nathan berikan. Kedua tangannya sudah melingkari leher Nathan. Tanpa melepaskan panggutannya Nathan mengangkat tubuh Sky dan menggendongnya seperti anak koala dan mendudukkan Sky di atas meja makan yang terbuat dari kayu tebal.
"Maafkan aku, jika kau merasa aku belum mengimbangimu." Sky mengusap pipi Nathan dengan punggung tangannya.
"Apa yang kau katakan? Jadilah milikku, Sky."
Sky menyelam ke dasar mata Nathan. Mencoba menemukan satu saja celah untuk menghindar namun yang ia temukan hanyalah kesungguhan dan ketulusan.
"Kau pria yang baik, Nathan. Aku tidak ingin menjadikanmu pelarianku. Kau juga belum mengenalku."
"Bahkan jika harus jadi bayang-bayang Marc, aku tidak peduli."
"Pria gila." Sky terkekeh hingga sudut matanya berair. Melihat hal itu tangan Nathan terulur dan menyusutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gezellig || Nathan Noel Romejo Tjoe-A-On || Marc Marquez
FanfictionMarc itu cinta mati Sky. Namun sayang cinta Sky ditolak dan ia mendapati Marc sudah menggandeng kekasih barunya. Rasa sakit hatinya membuat Sky pergi untuk menepi. Bali adalah tempat yang dipilihnya. Alih-alih menjauhkan diri dari semua yang berbau...