>27<

54 20 0
                                        

Assalamualaikum
Selamat malam, apa kabar? Hari ini aku kembali update hehehe....
Ceritanya masih panjang kok, nikmati saja perjalanan mereka ya :)

Selamat membaca
Jangan lupa vote and komen

27. Penjelasan

Adira menghela napas lega, seperti beban tak kasat mata yang ada di pundaknya terangkat dengan sempurna. Dia merasa benar-benar lega karena sudah berkata dengan tegas. Dia juga kembali berjalan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Adira menjadi lebih percaya diri. Dia sudah tidak mendengarkan bisikan orang-orang yang membicarakannya. Karena itu hanya akan membuat dia sakit dan memperlama proses ini.

Dari pintu masuk ke kantin, Adira bisa dengan mudah menemukan kedua sahabatnya yang sudah menantikan dirinya. Ketika pandangan mereka bertemu, Adira bisa melihat dengan jelas Adesya melambaikan tangan agar Adira segera mendekat.

"Assalamualaikum," salam Adira. Dia juga langsung meminta maaf, "Maaf ya kalian nunggu lama."

"Wa'alakumussalam," jawab Adesya dan Syafa.

"Enggak kok. Kita juga baru sampe kan Fa?" jelas Adesya dengan meminta mendapat pada Syafa yang langsung di setujui. "Hem. Duduk dulu, mau pesen minum sekalian? Kita udah pesen duluan," tawar Syafa.

Adira yang sudah duduk langsung menolak dengan halus sambil mengeluarkan botol minum miliknya. "Enggak. Aku bawa minum," ucap Adira dengan menunjukkan botol minumnya.

Adira menatap kedua sahabatnya yang duduk dengan tenang menunggunya berbicara lagi. "Kalian kenapa?" tanya Adira pura-pura lupa jika dia harus bercerita tentang berita yang sudah menyebar luas.

Wajah Adesya berubah masam dalam hitungan detik, "Gak usah bercanda. Buruan ceritain Ra," desak Adesya.

"Jangan buat singa betina ini bangun," tambah Syafa dengan nada rendah tapi langsung membuat Adira khawatir bukan main.

"Aku cerita. Tapi kalian harus janji gak akan buat onar, oke?" tanya Adira mencoba menawarkan keuntungan masing-masing.

"Janji!" seru Adesya dan Syafa.

Adira mengangguk senang karena kedua sahabatnya sudah berjanji. Dia mulai bercerita.

"Kalian udah baca semua beritanya?" tanya Adira sebelum memulai bercerita.

Mereka mengangguk.

"Syukur kalo kalian udah baca seluruhnya. Jadi yang dibilang di berita itu emang bener, kejadian Kak Dylan nembak aku waktu kami di perpus."

"Yang gue sama Syafa sholat?"

"Bukan," jawab Adira. "Sebelum itu, udah agak lama kok. Tapi ya itu baru boming sekarang kan?"

"Iya. Aneh kali," ucap Adesya.

"Tapi aku gak terima kak Dylan. Jadi poin setelah kak Dylan nembak itu, kalian tau itu salah banget."

"Syukur gue kira lo terika beneran, Ra," ucap Syafa yang merasa sangat lega.

Adira hanya tersenyum.

"Lo suka sama Kak Dylan?" tanya Adesya dengan hati-hati.

"Tapi bukan harus memiliki kan?" tanya Adira balik pada kedua sahabatnya. Pertanyaan yang Adira lontarkan terdengar ambigu karena mudah disalah pahami.

"Tapi lo harus hapus perasaan itu Ra," ucap Adesya.

"Kenapa?" tanya Adira tidak mengerti. "Suka kan fitrahnya manusia. Jadi wajar aja, Sya. Yang gak wajar itu, dengan alasan suka atau cinta ngajak pacaran. Itu baru salah."

Terima Kasih Dylan✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang