My Home

528 70 8
                                    

*
*
*

Lama Winwin menatap lamat wajah Renjun, ia baru menyadari Renjun sedikit mirip dengan Jaemin, kenapa ia tak menyadarinya lebih awal.

Ia merasa bodoh karena tak menyadari perasaannya selama ini, rasa kekosongan yang tak ia mengerti kala itu selama bertahun tahun, seolah menghilang sejak Awal pertemuannya dengan Renjun.

"Ini Mama, Sayang.." Winwin hanya bisa berbicara dalam hati, jika ia beritahu Renjun apa anak itu akan menerimanya, sebagai ibu kandung.

Setelah berbagai macam hal buruk menimpanya, apa Renjun akan memaafkan dirinya dengan mudah.

Tangan Renjun berada digenggaman Winwin, tangan kecil halus itu Winwin berikan ciuaman bertubi tubi.

"Maaf tidak bisa, melihat tumbuh kembangmu, selama ini nak" Winwin tau kata maaf tak dapat mengubah apapun apa yang telah terjadi.

Tapi sebagai gantinya, ia akan mengabulkan apapun yang Renjun inginkan, yang sebelumnya tak pernah Renjun dapatkan.

"eugghh.." Melihat tanda tanda Renjun akan bangun Winwin segera menghilangkan jejak air matanya, yang membasahami wajahnya.

"Ada apa tante, Tante baik Baik aja? , " tanya Renjun polos, saat terbangun yang pertama dilihat Winwin menatapnya dengan berbeda, matanya sedikit memerah.

"Tidak..papa hanya mungkin kelilipan saja" Winwin menggeleng, membersihkan wajahnya. Meski berusaha menutupi tetap saja orang yang lama menangis akan tetap terlihat bekasnya.

Renjun mengangguk mengiyakan saja, bangun dari baringnya untuk memeluk Winwin.

Winwin membalas pelukan Renjun erat, wajahnya mendongak menatap langit langit kamar. Air matanya mengenang lagi dipelupuk mata.

"Kenapa Rasanya sesakit ini, apa aku sanggup jujur tentang siapa sebenarnya dia,aku terlalu malu" ratap Winwin dalam hati. Bibirnya sudah bergetar tapi segera lihat, supaya tangisannya tak pecah kembali.

"Aku tak sanggup melihat kebencian dimatanya"

"ijinkan tante peluk Renjun sebentar lagi,? " pinta Winwin, mengeratkan kembali pelukannya saat Renjun hendak melepasnya.

Renjun termenung bagaimana kelanjutkan hidupnya setelah ini, dia harus kembali pada Ayahnya, atau tetap disini dan terus sendirian.

Jika kembali, Renjun memikirkan perasaan Jaemin yang pasti akan merasa kasih sayangnya terbagi padanya.

Disisi lain Renjun berpikir apakah ia sanggup hidup dirumah Neneknya ini sendirian.

Tanpa orang orang tau Renjun memang terbiasa Sendirian, karena keadaan, Nenek adapun Renjun seperti itu bahkan tak jarang menangis diam diam dalam kamarnya.

"Pelukan Bibi ini sangat nyaman, dan hangat sekali. Injun rasanya tak ingin melepasnya," Batin Renjun.

"Jika ada Ibu apa seperti ini juga rasanya,?"

Renjun jadi membayangkan bagaimana jika seandainya dari dulu dia mempunyai Ibu, mungkin akan menjadi orang paling bahagia dunia.

Winwin melepas pelukannya, Menatap lembut pada Renjun " Kita pulang ya?"

Renjun terdiam, ia masih ingin disini dirumah Nenek " Kenapa harus pulang ini rumah aku bi" Ucap Renjun sedih.

"Aku ingin disini saja, kalau Bibi mau pulang tidak papa aku berani kok sendirian," ucap Renjun polos.

Dengan menyimpulkan senyumnnya, Winwin menyalipkan rambut trurai Renjun pada daun telinga.

"Tidak Sayang, Renjun akan sendirian disini Tante tak bisa meninggalkanmu sendirian.. Hemm, Kalau begitu tante juga akan tetap disini jika Renjun tidak mau,"

HOME   [RENJUN GENDERSWITCH ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang