第 114-2 章

236 32 0
                                    

"Anggap saja ini sebagai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anggap saja ini sebagai....merebut kembali kehidupan yang diambil Everett darimu. Aku satu-satunya Everett yang tersisa sekarang. Ini adalah... tindakan keadilan terakhirmu terhadapku."

Setelah hening beberapa saat, aku perlahan berbicara.

"...Aku tidak tahu, Hessen. Aku tidak yakin, apakah ini hanya untuk kepuasanmu...? bukan penyesalan yang tulus... Aku tidak percaya orang bisa berubah semudah itu."

"Baiklah, pikirkan sesukamu. Asalkan jangan mati dengan penyesalan! Tolong... ugh... ambillah ingatanku. Dan hiduplah. Kau... pantas mendapatkannya."

Napas Hessen semakin sesak. Akhir hidupnya juga sudah dekat. Aku berdiri diam, memandangnya, lalu aku mendekat ke arahnya dibantu oleh Zen.

"Cepat, lakukan... Lily. Sebelum aku mati..."

...Aku tidak bisa memahaminya.

Secara emosional, aku tidak dapat memahaminya.

Dalam pikiranku, aku tahu mengapa Hessen melakukan ini.

Alasan aku tidak bisa menerimanya, meski aku tahu alasannya, mungkin karena keenggananku.

Saat aku berdiri di depan Hessen, yang saat ini semakin dekat dengan kematian, aku diam-diam menatapnya.

Hessen Everett.

Salah satu penyiksaku, seseorang yang seharusnya aku benci.

Aku tidak akan bisa melepaskan kebencian ini dengan mudah, atau memaafkannya.

Tidak sekarang.

"...Aku tidak memaafkanmu, Hessen."

"Tidak masalah, jangan maafkan aku..."

"Saat aku berada di Mansion Everett, aku merasa terancam olehmu. Lebih dari sekali. Aku benar-benar ingin kau mati."

"......"

"Aku tidak yakin apakah kau benar-benar menyesali tindakanmu, mangkanya itulah alasanmu melakukan ini. Yang jelas... kau benar."

Hessen, yang dari tadi melihat ke bawah, mengangkat pandangannya ke arahku. Matanya dipenuhi air mata yang tak tertumpah.

Air mata yang tidak ingin kumengerti maksudnya.

"Hidupku dirampas oleh keluarga Everett. Hidup yang seharusnya menjadi milikku, kau mengambil semuanya."

"....Ya."

"Jadi, aku akan menganggap ini sebagai hukuman bagi keluarga Everett yang terakhir, kau, Hessen."

"....."

Hessen menutup matanya dan mengangguk. Seolah merasakan akhir hidupnya, seolah dia melepaskan segalanya dengan ini.

Tepat sebelum hidupnya benar-benar memudar, Somnia melingkari dirinya dan mengumpulkan ingatannya.

Segera, memori selama dua dekade mengalir ke dalam diriku.

Aku hanya menerima gelombang memori itu tanpa emosi, tanpa emosi atau pun simpati.

[ Selamat, Lily. Kau bisa hidup setidaknya dua dekade lagi. Tapi, kalau kau menjaga kesehatan dengan baik, mungkin bisa lebih lama lagi.. ]

Somnia berbicara dengan senyuman polos dan mulai mengubah ingatan Hessen menjadi kehidupan bagiku.

Sensasi hangat mulai menyebar dari inti tubuhku, dari hati.

Itu adalah sensasi hidup yang sangat nyata.


* * *

Pertempuran Salisbury berakhir dengan kemenangan bagi pasukan sekutu.

Keluarga Everett yang dikalahkan dan sisa-sisanya segera dieksekusi atau ditangkap, dengan persidangan Duke Alvinith dijadwalkan berlangsung dalam beberapa hari.

Duke Alvinith terus menegaskan bahwa putrinya telah dibunuh di Valentino.

Namun, klaimnya tidak menemukan dukungan atau bukti di mana pun.

Raja Radel dengan tegas menolak tuduhan Duke Alvinith.

'Bahkan jika kau mengklaim bahwa keikut sertaanmu dalam Everett adalah karena alasan itu, hal itu tidak mengurangi kejahatan yang telah kau lakukan'

Itu adalah pernyataan yang adil.

"....Apakah ada surat lagi dari Raja Radel?"

Theodore yang sedang berbaring di tempat tidur, bertanya dengan santai. Mata birunya mengamatiku dengan seksama. Tatapannya menyedihkan, seperti kemarin dan hari ini. Aku menghela nafas dan menjawab.

"Aku akan mengurus balasannya, jadi kau bisa istirahat."

"...Aku minta maaf karena menjadi seperti ini."

"Tidak perlu meminta maaf. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri."

"....."

Meskipun gelang koral dari Arendelle telah membantu menyembuhkan luka-lukanya, dan ramuan penyembuh yang diberikan Zen telah mengobati luka internalnya, efek setelah jantungnya tertusuk bukanlah hal yang sepele. Theodore terbaring di tempat tidur beberapa hari terakhir ini.

Menurut dokter, ia sering mengalami aritmia dan sesak napas. Dia disarankan untuk berhati-hati sampai dia pulih sepenuhnya.

'Mengingat ketahanannya yang luar biasa, dia mungkin tidak akan menderita penyakit kronis selama sisa hidupnya...'

Tetap saja, melihatnya lemah dan terbaring di tempat tidur seperti ini setiap hari sangat membebani hatiku. Setelah dengan santai menyibakkan rambut hitamnya yang acak-acakan, aku bertanya dengan santai.

"Apa ada yang ingin kau makan? Aku bisa memberi tahu koki."

"Aku baik-baik saja. Apapun yang kau pilih..."

"Sudah lima kali kau memberikan jawaban begini."

Setiap kali aku menanyakan pertanyaan yang sama, dia menjawab dengan cara yang sama, tanpa merasa bosan. Aku menggelengkan kepalaku dan menghela nafas, lalu merapikan gaunku dan bangkit.

Theodore tersentak dan mengulurkan tangan padaku, lalu menggerakkan bibirnya.

"Kau mau pergi?"

"....."

Aku terperangkap dalam suasana hati yang tak terlukiskan, jadi aku menanggapi dengan nada tenang yang disengaja.

"Aku tidak akan jauh. Hanya akan membalas surat Raja Radel."

Saat aku menunjuk ke arah meja dengan mataku, Theodore akhirnya menarik tangannya dengan lega.

Aku mendekati meja, merasakan sesak yang aneh di dadaku. Saat aku duduk untuk menulis surat, tatapan Theodore tetap tertuju padaku.



-次-

.

.

Vote Please

.

Thankyou

My Husband Hates Me, But He Lost His Memories (Book II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang