Selama lima tahun terakhir, Theodore dan aku tidak melakukan kontak dan hidup sepenuhnya sebagai orang asing.
Berada di Brienne, dekat Veronis, aku terkadang melihatnya dari kejauhan selama pertemuan bangsawan daerah, tetapi kami tidak pernah bertukar salam pribadi.
Sekitar setahun yang lalu, Theodore berhenti muncul di depan publik, sehingga semakin sulit untuk melihatnya walau hanya sekilas.
Bertanya-tanya apakah sesuatu telah terjadi atau apakah dia sakit, aku mengambil penaku beberapa kali untuk menulis surat, tetapi kemudian meletakkannya lagi.
Pada akhirnya aku tidak mengirim satu surat pun, dan satu-satunya berita tentang Theodore datang dari Raja Radel.
"Bukan masalah kesehatan. Dia hanya tidak suka tempat ramai. Dia kan memang tidak pernah bisa bergaul. Jangan terlalu khawatir. Tapi kalau kau benar-benar khawatir, kenapa tidak mengirim surat saja? Sudah berapa tahun kalian berdua tidak pernah berkomunikasi?"
'......'
Apakah percakapan itu sekitar delapan bulan yang lalu?
Aku menatap koin di tanganku dengan saksama. Theodore biasa melempar undi dengan koin ini.
"......"
Setelah ragu sejenak, aku melempar koin itu tinggi-tinggi di atas kepalaku. Koin itu jatuh kembali ke tanganku secara vertikal. Aku memeriksa koin itu... Koin itu memperlihatkan kepala.
Sebagai jawaban atas pertanyaanku, kepala yang berarti 'ya.'
Itu berarti aku akan segera bertemu Theodore lagi.
* * *
Setelah tertidur larut dengan berbagai pikiran di benakku, aku bermimpi tentang Theodore untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
Walau aku pernah memimpikannya sesekali sebelumnya, anehnya, dia hanya menatapku dari jauh.
Sama seperti sekarang.
"Theodore."
Bahkan saat aku memanggilnya, dia tidak menjawab. Pandangannya tertuju padaku, namun dia tidak berekspresi dan tidak berkedip.
Setiap kali aku bermimpi seperti ini, aku diliputi oleh perasaan gelisah yang aneh. Ketika aku ragu-ragu, lalu mencoba mendekatinya, Theodore akan menghilang seperti asap, tanpa meninggalkan jejak.
"......Theodore, apa itu benar-benar kamu?"
Kali ini juga, aku mengulurkan tanganku kepadanya. Namun, saat tanganku hendak menyentuhnya, sosoknya menghilang seperti biasa.
"......"
Berdiri sendirian di mana tidak ada yang tersisa, aku merasakan kehilangan yang aneh, mengetahui bahwa aku akan segera terbangun dari mimpi ini, seperti yang selalu aku alami.
Namun kali ini, kejadiannya berbeda.
'Mimpi...'
Seolah-olah satu lukisan ditumpangkan di atas lukisan lain, pemandangan alam mimpi itu berubah. Aku mendapati diriku berdiri diam, mengamati sekelilingku. Pemandangan yang familier sekaligus asing. Itu adalah taman kastil Valentino.
'...Mimpi yang begitu nyata. Hampir seperti kenyataan.'
Sambil menimbang-nimbang apakah akan memanggil Somnia untuk menanyakan tentang mimpi ini, sebuah desahan sampai ke telingaku.
Berbalik ke arah sumber suara, aku melihat seorang anak laki-laki, tidak, setelah diamati lebih dekat, seorang pemuda yang tampak lebih tua.... Aku samar-samar mengingat wajah itu dalam ingatanku. Rambut cokelat hangat dan mata biru muda, persis seperti potret yang pernah kulihat. Kakak laki-laki Theodore, Camillus Valentino.
"Apa, apa yang anda lakukan di sini? Bagaimana anda bisa tiba-tiba muncul di tengah taman?"
"....."
Dia tampak tidak menyadari bahwa ini adalah mimpi. Sambil menghadapinya dengan sikap tenang, aku memperkenalkan diriku.
"Saya Lily, Viscount Arendelle. Senang bertemu dengan anda."
"Viscount Arendelle...? Keluarga itu... Tidak, nama itu..."
Kecurigaan semakin dalam di mata Camillus. Aku jadi penasaran apakah dia hanya khayalanku atau sesuatu yang nyata. Jika dia benar-benar Camillus, ini berarti aku sedang berada dalam mimpi masa lalu.
Dengan kata lain... Aku telah memasuki mimpi Camillus Valentino dari masa lalu.
'Mimpi dapat melampaui waktu, seperti yang pernah dikatakan Somnia.'
Namun aku tidak pernah menduga akan melintasi waktu secara tiba-tiba.
'Mungkinkah karena koin Camillus?'
Lalu, suara logam bergesekan dengan logam bergema.
Wush―
"Identifikasikan dirimu. Arendelle adalah nama mantan penasihat. Tidak ada keluarga yang menyandang nama itu."
Akhirnya, Camillus menghunus pedangnya ke arahku. Ini bukan pertanda baik.
Aku mengangkat tanganku di atas kepalaku dan berkata,
"Tenanglah. Ini hanya mimpi."
"Apa yang kau bicarakan..."
Untuk menunjukkannya, aku sengaja membuat keajaiban di kakiku. Itu hanya mungkin terjadi dalam mimpi. Tiba-tiba, bunga-bunga liar bermekaran di sekelilingku, membuat Camillus tertegun dan bingung sejenak.
Setelah beberapa saat, dia menurunkan pedangnya dan bertanya kepadaku dengan nada bingung.
"Apa kau... sejenis peri?"
"......"
Tak bisa berkata apa-apa lagi atas kesalahpahamannya, aku segera menurunkan tanganku dan menggelengkan kepala.
"Ini mimpi anda dan saya datang dari masa depan."
"Apa? Ini... tidak mungkin."
"Tidakkah akan lebih aneh jika saya adalah peri?"
Camillus berkedip cepat, tampak malu dengan ucapannya sebelumnya. Ia menggaruk kepalanya dengan sedikit rona merah di pipinya. Aku berjalan ke bangku terdekat dan duduk sambil melanjutkan.
"Saya adalah istri saudara anda. Meskipun sekarang kami sudah bercerai."
Mendengar itu, mata Camillus membelalak kaget. Karena dia akan melupakan mimpi ini, aku berbicara dengan bebas tanpa ragu.
"Saya yakin, saya bisa bertemu anda di masa lalu melalui mimpi ini karena koin anda. Koin aneh itu... Dari mana tepatnya, asalnya?"
"....Kau memiliki koin itu?"
"Entah bagaimana itu berakhir ada di saya."
-次-
.
.
Vote Please
.
Thankyou
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Hates Me, But He Lost His Memories (Book II)
Romance✾ Novel Terjemahan Korea ✾ BOOK II Author(s) : Sisse 시세 # sebagian terjemahan diedit dengan kata-kata sendiri # terjemahan ini tidak 100% akurat #