第 117-1 章

354 44 0
                                    

Aku telah mengulangi kata-kata ini berkali-kali di dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku telah mengulangi kata-kata ini berkali-kali di dalam hati.

Dulu ketika hatiku dipenuhi kebencian terhadapnya, kata-kata ini bisa dengan mudah diucapkan. Namun, setelah dia meninggal satu kali, kata-kata ini menjadi sulit diucapkan.

Aku tahu alasannya.

'Ya, ada perubahan dalam perasaanku.'

Kematiannya merupakan peristiwa penting.

Namun hal itu pun tidak dapat menggoyahkan tekadku.

Saat keadaan terjadi, kami hanya akan terus menyakiti satu sama lain.

Seseorang tidak bisa lari dari masa lalu.

Karena kita tidak bisa lari, pada akhirnya kita harus menghadapinya.

Hanya ketika kita bisa menatap langsung ke mata dan menerimanya, barulah kita bisa benar-benar...

Bergerak maju lagi.

Jadi...

"Yang kita butuhkan adalah waktu."

"....."

"Waktu perpisahan satu sama lain..."

Keputusasaan membayangi wajah Theodore. Aku menghadapi keputusasaannya dengan tenang. Aku tidak boleh goyah, kalau aku ingin membuat pilihan terbaik bagi kami berdua.

"Seperti yang kita janjikan sebelumnya, ayo... bercerai, Theodore."

Kau dan aku sama-sama membutuhkan waktu untuk berpikir.

Aku tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan.

Yang pasti luka yang kau buat padaku masih ada.

Dan hanya waktu yang bisa menyembuhkan luka ini...

Karena jika ini terus berlanjut, setiap kali aku melihatmu, aku hanya akan terus mengenang masa lalu dan terluka.

Dan kemudian, aku akan membalasnya dengan menyakitimu.

Aku tidak ingin kita menjalin hubungan di mana.... kita hanya menyakiti satu sama lain.

"Lily..."

Theodore dengan putus asa memanggil namaku dan berlutut sambil menangis. Ia tak peduli pakaiannya menjadi kotor karena tanah lembab sehabis hujan.

"Lily, tolong pikirkanlah sekali lagi. Aku akan... melakukan apa saja. Apapun yang kau mau..."

Dia memohon sambil menangis. Mata biru yang menatapku dipenuhi air mata.

Bagaimana mungkin aku tidak mengerti.... tatapan putus asa di matanya, emosi yang tercurah...

Dulunya, itu adalah perasaanku juga.

"Tolong... Kau boleh membenciku, menyalahkanku, memarahiku, memperlakukanku dengan kasar... asal jangan tinggalkan aku..."

Bodoh.

Tidak memahami betapa sakitnya orang lain dibenci, disalahkan, diperlakukan kasar.

"Seperti yang kau katakan, kau melakukan hal yang sama padaku di masa lalu."

".....!"

Air mata mengalir di pipi Theodore ketika dia tiba-tiba menatapku. Aku menatapnya dengan senyum pahit.

Apa kau sadar.... betapa sakitnya hatiku saat ini? sama seperti hatimu.

"Membenci, menyalahkan, bersikap kasar... betapa menyakitkannya hal itu bagi orang lain..."

"....."

"Tidak ada yang mengetahui hal itu lebih baik daripada aku."

"Aku..."

"Aku tidak meminta alasan atau permintaan maaf darimu, hanya—"

"....."

"Aku hanya ingin mengatakan... aku tidak ingin melakukan itu."

Dulu aku ingin menyakitimu dengan cara yang sama seperti kau menyakitiku.

Tapi saat aku mengalahkan musuhku yang sebenarnya satu demi satu, perlahan-lahan aku menyadari.

Aku sungguh... tidak mau kau menderita.

Kau masih terlalu istimewa bagiku.

Jadi, hanya dirimulah yang bisa menyakitiku sedalam ini, dan hanya dirimulah... yang bisa membuatku mempertimbangkan untuk memaafkan.

Walaupun aku adalah seseorang yang tidak pernah bisa memaafkan dan harus membalas dendam agar bisa merasa puas.

"Lily... apa yang harus aku lakukan..."

"Jangan lakukan ini. Jangan memohon padaku, Theodore."

Aku membantunya berdiri dan memegang bahunya. Theodore berdiri, wajahnya basah oleh air mata saat dia terhuyung.

Saat aku menyeka air matanya dengan sapu tangan, aku berbicara dengan tenang. Dengan suara tanpa emosi apa pun.

"Perpisahan kita..."

"....."

"Seperti berlalunya waktu dan pergantian musim."

Untuk menyambut musim panas yang baru, musim semi harus berlalu.

Dan musim semi tiba setelah musim dingin.

Tidak ada sesuatu pun yang muncul begitu saja tanpa sebab atau proses.

Segala sesuatu ada alasannya. Agar kehidupan ada, harus ada kematian, dan agar sesuatu dapat dimulai, sesuatu yang lain harus diakhiri.

Itu semua berputar.

"Untuk mekar, tanah harus mencair."

"....."

"Saat ini duniaku sedang musim dingin."

Suatu hari nanti, tanah ini akan mencair, musim semi akan datang, tunas akan bertunas...

Hingga kuncup bunga  mekar kembali.

"Mari kita luangkan waktu untuk berpisah."

"....."

"Bukan sebagai pasangan, tapi sebagai orang asing... Mari kita hidup seperti itu."

Kesedihan di mata birunya seakan menodai sapu tangan putih itu.

Tidak peduli seberapa banyak aku menyekanya, air mata Theodore tidak mau berhenti.

Seperti hujan yang tak berujung.

"...Saat jantungmu berhenti setelah menyelamatkanku..."

Seperti biasa, di hadapannya aku tidak menipu diri sendiri maupun dirinya.

Jadi aku langsung saja menceritakan semuanya.

"Aku menyadarinya. Bahwa aku masih mencintaimu."

".....!"

Kekacauan besar muncul di matanya karena kata-kataku. Bulu mata hitamnya bergetar, air mata berkilau transparan. Bibirnya yang memerah karena digigit, bergerak sedikit.

Aku menangkup wajahnya dengan kedua tangan.



-次-

.

.

Vote Please

.

Thankyou

My Husband Hates Me, But He Lost His Memories (Book II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang