第 120-1 章

208 27 0
                                    

Aku sering pergi memeriksa wilayah kekuasaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sering pergi memeriksa wilayah kekuasaan. Melihat secara langsung bahwa penduduk wilayah kekuasaan ini hidup dengan baik tanpa kesulitan apa pun, adalah bagian penting dari tugasku sebagai seorang tuan tanah.

"Ah, bukankah itu tuan tanah!"

"Selamat datang, Viscount!"

"Halo, Viscount."

"Kami telah memanen beberapa ubi jalar yang segar dan lezat dari kebun kami, silakan bawa beberapa untuk anda."

Begitu aku memasuki desa, orang-orang berbondong-bondong menyambutku dengan hangat. Aku lebih suka memerintah dengan tangan yang lembut daripada dengan otoritas, dan mungkin karena itulah, inspeksi yang aku lakukan selalu menciptakan suasana yang positif.

"Melihat semua orang tampak sehat sungguh melegakan. Aku harap tidak ada masalah."

"Oh, bagaimana mungkin? Justru berkat anda, kami hidup dalam damai!"

"Sebelum anda datang, setiap harinya bagaikan berjalan melalui semak berduri..."

Warga Brianne sangat bersyukur memiliki aku, seorang kontraktor roh, sebagai pelindung mereka. Lebih jauh lagi, aku dapat melihat dari mata dan sikap mereka betapa mereka menghargaiku.

Itulah sebabnya, setiap kali bertemu dengan mereka, hatiku terasa tersentuh. Dipercaya dan dicintai oleh banyak orang adalah pengalaman yang sangat mengharukan.

"Oh, benar juga, Viscount! Apakah anda akan membuka aula untuk pesta dansa musim semi lagi tahun ini? Putri saya sudah menantikannya, haha."

"Tentu saja, kami akan melakukannya."

Begitu aku menjawab, putri seorang wanita di sebelahnya bersorak. Namun, saat mata kami bertemu, dia segera bersembunyi di belakang ibunya.

Mengintip dari belakang ibunya dan mencuri pandang ke arahku, dia begitu imut, aku tidak bisa menahan senyum.

"Viscount, sudah waktunya menuju ke desa berikutnya."

Setelah menghabiskan sekitar satu jam mengobrol dengan penduduk desa, Charlotte berbisik pelan di telingaku. 

Mengangguk sebagai jawaban alih-alih berbicara, aku tersenyum kepada penduduk desa.

"Aku harus pergi sekarang. Jaga diri kalian dan tetaplah sehat."

"Anda sudah mau pergi, ya?"

"Jangan khawatirkan kami, Viscount. Silakan lanjutkan perjalanan anda... Tidak baik menahan seseorang sesibuk anda."

"Selamat tinggal, Viscount."

"Hati-hati di jalan!"

"Terima kasih selalu, Viscount."

Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada penduduk desa, aku kembali ke kereta. Harriet yang telah mengajukan diri sebagai kusir, menjalankan kereta, dan kami langsung menuju desa berikutnya.

Brianne adalah kota berbenteng dengan total 27 desa yang berpusat di sekitar Kastil Arendelle sebagai jantungnya.

Mengingat Veronis terdiri dari lebih banyak kota dan desa, Brianne dapat dianggap cukup kecil skalanya.

Namun, memeriksa keseluruhan domain dapat memakan waktu seharian penuh.

"Fuh, hari sudah akan berakhir."

Dalam perjalanan pulang setelah memeriksa desa ke-27, matahari mulai terbenam tepat saat kami memasuki benteng kota. Charlotte, sambil melihat ke luar jendela dan mengusap perutnya, bergumam.

"Saya lapar..."

Aku berusaha keras untuk tetap berwajah serius saat menjawab.

"Mari kita singgah sebentar sebelum kembali. Koki bilang dia akan menyiapkan sesuatu yang istimewa malam ini, jadi tunggulah sebentar lagi."

"Koki selalu menyiapkan sesuatu yang istimewa, semuanya demi makanan bergizi untuk anda. Berkat itu, berat badan saya pun ikut bertambah."

Charlotte menarik kedua pipinya untuk menunjukkannya kepadaku. Di mataku, dia tampak tidak berbeda dari sebelumnya... Mungkin bahkan sedikit lebih menyenangkan? Aku memiringkan kepalaku, menatapnya sebelum berbicara.

"Kau mengingatkanku pada seekor tupai gemuk dan lucu."

"Apa? benarkah... Saya memang kelebihan berat badan, bukan!"

Karena terkejut, Charlotte segera mengeluarkan cermin tangan. 

Maksudku, aku memujinya, tetapi sepertinya kata-kataku tidak sampai padanya seperti yang diinginkannya. Saat dia memutuskan untuk hanya makan salad mulai hari ini, aku memperhatikannya dengan senyum tipis. Begitu sampai di meja makan, dia akan makan dengan baik seperti biasa. Charlotte memang selalu seperti itu.

"Kita sudah sampai~!"

Tak lama kemudian, kami sampai di tujuan akhir hari ini. Begitu pintu kereta terbuka, Harriet muncul entah dari mana dan dengan sopan mengulurkan tangannya. Aku terkekeh dan menyambut tangannya untuk turun.

"Terima kasih."

"Bukan apa-apa, Viscount."

Harriet juga membantu Charlotte turun dari kereta. Mungkin itulah tujuan utamanya hari ini. Harriet, yang sangat berhati-hati dengan reaksi Charlotte, ragu-ragu sebelum berbisik pelan.

"Berat badanmu tidak bertambah sama sekali. Kau hanya, sangat imut."

" Uweck , apa sih yang kau bicarakan?"

Charlotte terkejut dipanggil imut oleh Harriet. Saat dia memarahinya, bertanya apakah dia telah memakan sesuatu yang aneh, Harriet tampak sedikit putus asa.

...Memang benar terserah mereka, tetapi... Haruskah aku membantu? Kekhawatiranku semakin dalam.

"Ah, anda sudah sampai! Silakan masuk, Viscount, dan juga yang lainnya."

Orang yang menyambut kami di pintu masuk rumah kayu berlantai dua itu tak lain adalah putra kedua Nyonya Naillo. Dan tempat ini memang rumah besar Naillo.

"Ibu sudah tidak sabar menunggu anda. Dia selalu menghitung hari sampai kedatangan anda."

Mengikutinya melalui lorong rumah besar menuju ruang dalam, kami tiba di tempat tinggal Nyonya Naillo, di mana, seperti biasanya, ia tengah duduk di tempat tidurnya menanti kunjungan kami.

Meskipun Nyonya Naillo lemah dan menderita penyakit kronis, ia selalu tersenyum cerah. Ketika ia melihatku, ia menyapa kami dengan hangat.

"Viscount sudah datang, Lady Charlotte juga. Lalu siapa orang itu... mungkinkah dia tunangan Lady Charlotte?"

"Apa?! Sama sekali bukan! Kami hanya berteman!"

Terkejut dengan asumsi Nyonya Naillo, Charlotte dengan panik melambaikan tangannya sebagai tanda penolakan. Harriet yang berdiri di samping Charlotte, hanya bisa tersenyum tanpa ekspresi.

"Benarkah? Sayang sekali, padahal dia tampan. Hohoho."



-次-

.

.

Vote Please

.

Thankyou

My Husband Hates Me, But He Lost His Memories (Book II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang