Tetesan-tetesan air membasahi bumi cukup derasnya, menciptakan suara desiran damai dari dedaunan yang meneteskan air hujan ke atas tanah. Aroma alam yang disukai oleh banyak orang itu berpadu bersama aroma kopi dan makanan manis yang menyegarkan. Para pegawai kafe terduduk pada kursi bar, menunggu pengunjung lain untuk mendatangi kafe mereka meski hanya sekedar untuk berteduh. Terhitung hanya ada lima pengunjung yang sedang terduduk di sana sambil menunggu hujan reda. Para pegawai pun lantas mendapatkan waktu santai mereka.
Tak lain halnya dengan Reyan. Pemuda bersurai hitam itu malah asyik memainkan permainan di ponselnya karena tak adanya pekerjaan yang harus Ia selesaikan. Ia juga tak memiliki teman mengobrol sebab orang-orang yang akrab dengannya, seperti Maalik masih berada di kampusnya, Liviana juga memiliki shift malam hari ini. Reyan jadi merasa canggung meskipun Ia sudah lama bekerja disini. Rasa bosan mulai melingkupi dirinya, Reyan beralih memandangi dedaunan yang dibasahi oleh air hujan, pemandangan itu sungguh menenangkan pikirannya.
Saat sedang fokus mengamati tetesan hujan, pintu kaca kafe terbuka, menimbulkan suara lonceng kecil yang mengalihkan perhatian Reyan. Sang Pelayan kafe itu lantas berdiri dan bersiap menghampiri pengunjung yang baru saja datang. Namun, netranya membola saat pemuda yang menggunakan jaket agak basah itu membuka kupluknya, menampakan wajah yang dihiasi oleh senyuman kecil.
"Hadden!" girang Reyan.
Hadden sedikit mengibaskan rambutnya yang kebasahan akibat hujan. "Sesuai keinginan lo, gue dateng ke tempat kerja lo hujan-hujan begini. Kurang effort apa lagi gue sama lo, Rey?" Hadden sedikit menggoda Reyan yang kini sudah berada dihadapannya. Reyan terkekeh kecil, Ia mempersilakan Hadden untuk duduk pada salah satu kursi kafe yang menghadap langsung ke arah area outdoor kafe yang memanjakan mata.
Reyan menyodorkan beberapa daftar menu kepada Haddem. "Lo mau minum apa, Den?" Reyan bertanya tanpa melunturkan senyumnya. Ia lega sekali bahwa Hadden datang disaat dirinya nyaris kebosanan setengah mati. Setidaknya Reyan bisa mengobrol bersama Hadden sambil menunggu pengunjung lain yang mampir.
Hadden mengambil daftar menu yang disodorkan oleh Reyan, Ia membacanya sesaat kemudian memandang Reyan yang menunggu pesanannya. "Bayar ya?" tanyanya tanpa dosa dan berhasil membuat alis tebal milik Reyan menukik.
"Bayar!!"
"Kirain gratis, 'kan kita sahabat sejati." Mendengar itu, Reyan berlagak layaknya akan muntah, "Hwek."
"Loh?! Kayak bebek."
Keduanya tertawa renyah, menertawakan kelakuan mereka sendiri. Reyan menepuk pelan bahu Hadden. "Gue bercanda kok. Gue kasih gratis buat lo, soalnya gue yang minta lo ke sini. Cepetan mau minum apa? Nanti gue bikinin. Dessert-nya juga sekalian," ujar Reyan.
Hadden memandang Reyan yang juga tengah menatapnya. Pemuda itu mengernyit karena Hadden hanya berdiam diri sambil mengamati wajahnya. Hadden tersenyum kecil, Ia pun berucap, "Kalo gitu pesen Americano dong, tapi yang manis ya, kayak senyum lo." Dicubitnya pipi tembam milik Reyan dengan gemas. Reyan menjatuhkan rahangnya mendengar pesanan diluar nalar dari Hadden. Pukulan ringan lantas mendarat pada punggung pemuda tan dihadapannya.
"Gak ada Americano yang manis ya, bajingan!!" sungut Reyan.
"Galak banget, bocah."
Hadden mengerutkan bibirnya, seraya kembali memperhatikan daftar menu yang dipegangnya sambil melihat-lihat harga yang tertera. Hadden mencari minuman maupun makanan yang lebih murah dari yang lainnya. Hadden masih tahu malu jika Reyan sungguh memberikan minuman dan makanan gratis di kafe besar yang terkenal diseluruh penjuru kota ini. Bagaimanapun, mereka belum terlalu dekat sehingga Hadden tak bisa seenaknya. Bahkan jika Hadden sudah akrab dengan Reyan pun, Ia tak akan pernah memesan makanan yang mahal disaat pemuda manis tersebut yang membayarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savor The Sweetness!
General FictionKrisis ekonomi dalam keluarga membuat Reyan terpaksa bekerja di Cafe Nemoral sejak ia masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Semuanya Reyan lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Adiknya yang masih sekolah dan juga Ibunya yang sudah sakit...