TUJUHBELAS

102 2 5
                                    

Welcome......

-Happy reading-

°
°
°

"

DAREN!!!"

"Ngapain lo disini?"

"MALA, APA BENAR TEMEN KAMUBYANG SERING NGANTERIN KAMU KE SEKOLAH ITU DANIS?", pertanyaan grananda membuat mala membuat kan matanya, ia benar-benar terkejut.

Di sana mala hanya diam tak berkutik, ia masih tidak mempercayai itu.

"JAWAB MALA!!"

"Mala gak tau pa, tapi... Papi tau dari mana, terus daren ngapain di sini?"

"Gua dateng buat ngasih tau yang sebenarnya" sahut daren

"Lo tau dari mana daren!!" mala bingung harus senang atau sedih, karna sejujurnya ia memiliki rasa rindu terhadap danis.

"Hah, itu gak penting" -daren

"Emang lo gak sadar apa, sama wajah dia" lanjutnya, memang mala akui rakha benar-benar sedikit mirip sama danis nya dulu, dari segi sifat perhatianya maupun wajah.

Tangisan mala benar-benar pecahan, ia tidak tau harus melakukan apa selain bingung,"SEBAIKNYA KAMU JAUHI DIA, PAPI TIDAK MAU MELIHAT KELUARGA ITU LAGI"

"Tapi mala gak bisa pi, mala sayang sama danis, mala kangen sama danis, mala pengen ketemu danis, dari kecil mala selalu sama dia terus pi, tapi karna masalah itu papi minta mala buat lupain dia, tapi gak segampang itu" ujarnya dengan isakan tangis.

"PAPI GAK MAU TAU, MAU ITU GAMPANG, SULIT, PAPI TETAP KEKEUH NGEJAUHIN KAMU DARI KELUARGA ITU"

"mala gak bisa pi, mala mohon papi maafin papa reza ya, papi juga Gak ada bukti tentang kasus pembunuhan itu, jadi papi gak boleh asal tuduh"

"Gak ada bukti gimana?, orang jelas-jelas tante kamu ngomong sama papi"

"Udah-udah CUKUP, Sekarang mala masuk kamar ya, dan kamu daren, PULANG" pinta linda

Dan daren hanya bisa tersenyum smirk dan keluar dari rumah itu.

Pagi menjelang siang, siang menjelang malam, dan malam menjelang pagi, bulan berganti matahari. Dan sekarang hari selasa telah tiba, di tetap kan camping sekolah hari rabu besok.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu berasal dari pintu kamar gadis cantik yang sedang berias di meja rias tentunya, lalu ia beranjak membuka pintu.

Cklek

"Mala..... Kok kamu gak turun untuk sarapan?" mala hanya terdiam, dia takut jika sang papi berada di meja makan, dan menyuruh nya untuk melupakan sahabat kecilnya itu.

Linda menghela nafas pendek. Ia tau apa yang ada di pikiran anak gadis nya itu."papi udah berangkat ke kantor" ucapnya dengan lembut

"Mau sampai kapan?,kamu begini sama papi kamu?"lanjutnya

Mala hanya Bisa diam,"mami tau kamu tidak bisa merupakan sahabat kecil mu itu. Tapi gak seharusnya diam-diaman sama papi kamu?. Cobalah!!! Bicara waktu mood papi lagi bagus, siapa tau papi bisa luluh hatinya"

Mala kembali tersenyum"iya, mala akan coba"

"Baguslah Kalo gitu, yuk sarapan"

Mala hanya mengganggu sebagai tanda mau, setelah itu mereka ke ruang makan untuk sarapan, hanya keheningan Dan menyisakan suara garpu, sendok dan piring yang bertabrakan.

Teman kecil ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang