Dekaéxi

1.8K 302 24
                                    

Hari sudah semakin siang, sinar mentari begitu terasa menyengat bagi siapapun yang berdiri di luar ruangan. Walau seperti itu, rasanya semangat tiap manusia yang berseragam putih abu-abu sama panasnya seperti cuaca kali ini. Suara riuh dan suara candaan terdengar begitu menyatu dengan angin yang berhembus, contohnya seperti sekelompok gadis-gadis yang seragamnya sudah tidak pada tempatnya itu sedang berkumpul hanya untuk melepas dahaga mereka setelah berjuang melawan rasa mengantuk saat guru sejarah menjelaskannya materi.

"Kepala gua rasanya mau meledak, bunyinya duwaw"

"Ko duwaw dul?"

"Iya soalnya kagetnya sumbing"

"Bangsat, kepikiran gitu lu dul" Olla tertawa terbahak-bahak sambil memegang plastik berisikan minuman teh.

"Abis nih pelajaran olahraga ya?" Tanya Lulu yang duduk di sebelah Chika.

Chika menoleh sambil mengunyah permen karet yang Flora berikan, jika tidak mengunyah permen karet gadis itu akan terus berbicara mengenai pelajaran yang baru saja usai.

"Iya kenapa lu?" Jawab Oniel yang malah salah fokus dengan Chika yang menganggukkan kepalanya berulang kali.

"Bocah dzikiran apa gimana itu?" Batinnya sedikit heran namun ia tertawa melihatnya.

"Gurunya ga ada kan ya? Tadi ngasih soal doang ke ketua kelas"

"Gimana kalau kit-"

"Mancing dong, a- gua mau coba mancing!" Kata Chika memotong ucapan Flora.

"Wah boleh tuh boleh, ayok ptpt buat beli pancingan" Seru Adel menarik dasi panitia kiamat untuk meminta uang mereka.

Dirasa sudah cukup jumlah uang mereka untuk membeli sebuah pancingan, panitia kiamat pun langsung pergi ke belakang sekolah yang kebetulan ada empang yang cukup besar, mereka membagi tugas, ada yang mencari cacing ada yang sedang mencari spot dan ada yang tengah merakit kail pancing.

"Chik cacingnya jangan yang terlalu gede chik, kailnya kecil soalnya" Kata Oniel yang tengah mengorek tanah untuk mencari cacing. "Oke niel, cari yang banyak biar bisa dapet banyak ikannya" Sahut Chika terlihat begitu bersemangat.

Di lain sisi, Adel dengan seriusnya tengah mengutak-atik pancingan yang baru saja di beli, rambutnya yang sedikit panjang ia ikat menggunakan karet gelang bekas nasi kuning yang tadi pagi ia makan.

"Udah mantep tuh dul, gas lah ayok"

"Woy Adel Olla sini nih, adem di bawah pohon" Lulu melambai-lambaikan tangannya agar teman-temannya bisa melihat spot yang ia temukan.

Ke-enam gadis itu kini tengah duduk beralaskan daun pisang yang tadi Flora ambil sewaktu mencari spot mancing, mata mereka benar-benar fokus untuk melihat apakah cacing yang mereka gunakan sebagai umpan di makan ikan atau tidak.

"Dul dul tarik dul!"

"YAH LEPAS, ADEL BEGO!" Umpat Olla saat melihat bahwa ikan yang seharusnya tadi bisa didapatkan malah kembali masuk ke dalam air.

"Ya maap dah bang"

Hening, tidak ada percakapan lainnya selain suara gesekan daun-daun, karena saking heningnya gadis berdarah batak mulai menyanyi secara asal.

lihatlah dan bukalah mata hatimu
melihatnya lemah terluka
namun semangatnya takkan pernah pudar
hingga Tuhan kan berikan jalan

alis Chika sedikit terangkat karena mendengar apa yang Olla nyanyikan, sepertinya ia pernah mendegar lagu itu.

kala manusia tak lagi kuasa
bagai sebutir debu yang tak beradaya
lihatlah kini kita begitu rapuh

Semua Aku DirayakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang