ALFIAN NUGROHO
.
Menghela napas pelan, aku menggelengkan kepalaku melihat tingkah dua orang gadis yang sedang terkikik entah karena apa. Tentu saja dia adalah adikku—lebih tepatnya kembaran yaitu Elvira Nugroho dan sahabatnya Lily Wijoyo yang menyebalkan. Entah mengapa mereka tak pernah bosan menggangguku.
"Yes! Akhirnya mereka ketemuan!" Pekik Elvira kegirangan. Aku memutar mata dan merogoh tas ranselku untuk mencari ponsel yang ternyata tidak ada. Sontak saja mataku tertuju pada ponsel yang kini tergenggam di tangan Elvira. Ia dan Lily berpandangan, tapi tak tampak merasa bersalah.
Lily mengembalikan ponsel itu "Ups,"
Baiklah, aku menghargai mereka yang mungkin ingin aku lebih menikmati hidup tanpa harus berambisi untuk menyelesaikan studiku secepat mungkin. Tapi aku bukanlah mereka, begitu banyak tuntutan yang harus kupenuhi dan dikamusku tak ada lagi yang namanya bermain. Tapi entah mengapa mereka berdua begitu ingin aku memiliki pacar. Memang, cerita cinta terakhirku tak berjalan mulus, tapi aku bahkan tak memiliki keinginan untuk menjalin cinta lagi. Yah, setidaknya belum.
Lily adalah temanku dan Elvira sedari kecil, tentu saja ia menjadi sahabat karib Elvira meskipun aku juga cukup dekat dengannya. Lily memiliki kecantikan khas karena memiliki Ibu yang berasal dari Belanda. Rambutnya berwarna brown-blonde dengan mata sewarna badai. Sangat kontras dengan Elvira yang memiliki wajah asli Indonesia. Meskipun Elvira tak kalah cantik dan cukup tinggi untuk ukuran perempuan, tapi Lily dengan penampilan mencoloknya selalu menjadi pusat perhatian dimanapun ia berada. Terdapat cerita yang sedikit rumit antara aku dan Lily. Nanti aku akan menceritakannya pada kalian.
Akhir-akhir ini Elvira dan Lily seringkali membicarakan salah satu gadis yang menurut Elvira cukup tertarik padaku. Marisa namanya, ia adalah salah satu anak dari teman keluarga. Cukup cantik dan pintar, tapi aku belum memiliki ketertarikan padanya. Seringkali aku hanya saling bertegur sapa sopan dan melakukan percakapan kecil. Setahuku ia adalah salah satu mahasiswi psikologi di Gading International University. Aku juga tercatat sebagai mahasiswa disana namun aku seringkali mengambil kelas malam karena pada pagi hari aku akan menghabiskan waktuku di salah satu kampus teknik negeri. Yap, aku memang cukup sibuk.
Sebut aku terlalu ambisius, tapi ada terlalu banyak hal yang ingin kulupakan. Kesibukan adalah salah satu distraksi terbaik.
Aku mengecek ponselku, ternyata Marisa mengajakku bertemu dan Elvira membalasnya dengan persetujuan. Sial, padahal aku harus ke club boxing sore ini. Mungkin ini tidak penting, tapi aku merupakan salah satu anggota club boxing sejak SMA. Aku mengkhususkan pada kick boxing meskipun aku juga mempelajari yang lain.
Sedikit menggeram aku menatap dingin dua orang didepanku "Dan kalian nggak kepikiran kalau gue mungkin punya acara?"
"Ah udahlah Al, lagian lo juga hampir tiap hati latihan. Mau lomba tinju mewakili negara apa gimana si lo? Enggak kan? udah skip aja kali," Jawab Elvira acuh sambil menguncir asal rambut hitam panjangnya.
Disebelahnya Lily hanya tersenyum "Bener, nggak ada salahnya mulai move on Al,"
"Lucu. Kalian tahu darimana gue belum move on" Balasku dingin. Tapi Elvira dan Lily hanya mengangkat bahunya acuh. Sial, apa terlalu kentara jika aku memang tidak berusaha move on?
Bukannya aku tidak mau berusaha atau bagaimana. Aku memang belum ingin untuk melupakannya. Menurutku ada banyak hal yang bisa mengalihkan perhatianku jadi aku berpikir seiring berjalannya waktu mungkin aku akan melupakannya.
Dengan gusar, aku segera meraih kunci mobil tanpa repot-repot memperhatikan penampilanku. Aku hanya mengenakan celana khaki dan kemeja flanel serta running shoes. Setelah mengecek tempat bertemunya aku dan Marisa, aku segera menuju wapo fakultasku yang tak berjarak begitu jauh dari rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEREAFTER
Romance[ROMANCE-FICTION] Beberapa surat ancaman terkutuk itu kembali menerorku Mengungkit masa lalu yang belum usai Menuntut dendam yang belum terbayarkan Memaksaku untuk menyelesaikan segalanya Membuatku kembali pada kehidupan lamaku, Pada akhirnya aku ha...