08-Mimpi yang selalu hadir.

6 2 0
                                    

Tak semua itu bisa di lepas, atau di lupakan dengan mudah. Lantas, bagaimana dengan mereka yang masih terbelenggu oleh masalalu?

****

" ma jangan di pukul ma! Sakit!" Teriak seorang anak kecil laki laki, saat gagang sapu terus mendarat di punggungnya.

" Dasar anak sialan! sudah saya bilang, jangan pernah dekati anak saya! Gara gara kamu! Tama jadi terluka kan! "

" Maa!! Egi nggak sengaja, Tama yang maksa buat di ajarin sepeda!! "

Akhhhhh

****

" Heh, kalian, jangan main sama dia! Ayok main sama aku aja! Dia tuh anak haram! "

" Anak haram itu apa? " Tanya segerombolan anak kecil yang sedang bermain bola, menatap seorang anak gadis berusia sepuluh tahun.

" Kata mama aku, anak haram itu pembawa sial. Nanti kalau kalian main sama dia, kalian bisa kena sial deh! " Ujar gadis kecil itu membuat anak anak kecil usia tujuh sampai sembilan tahun itu berhamburan pergi dari lapangan tempat mereka bermain.

Sementara salah satu dari bocah bocah itu menjatuhkan bola di tangannya saat teman temannya pergi meninggalkan dirinya sendirian.

" Kalian mau kemana! Aku ikut! " Teriak bocah itu berlari kearah teman temannya namun dia malah di dorong hingga jatuh di atas lumpur.

" Jangan ikut, kita nggak mau main sama pembawa sial! HUUU!!"  Seru anak anak itu melemparinya batu, bahkan ada salah satu dari mereka yang memukul punggungnya dengan sebuah ranting pohon yang lumayan besar.

****

" Hei adik manis, jangan takut ya! Kita cuma mau main main dikit kok. " Kekeh seorang gadis SMP mendekati bocah SD yang pulang sendirian di sebuah gang sepi.

" K-kalian mau ngapain? "

" Ja-jangan dekatin Egi! MA! MAMA!! TOLONG!! "

****

Agrhhh!

Dengan jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya, Elegi membuka mata,menatap langit langit kamar dengan perasaan kacau yang tidak bisa ia deskripsikan.

" Gue mimpi itu lagi? " Gumamnya menghela napas dan meraup wajah kasar. Semua mimpi itu terasa nyata, seakan Elegi di ajak berjalan menyusuri album masalalu.

Hingga, sebuah pergerakan kecil menyadarkan Elegi. Dia menoleh ke arah kiri, menatap kucing putih berjenis kelamin laki-laki yang menggeliat Karena pergerakannya.

Entah sejak kapan, kucing peliharaannya sudah tidur bersamanya, seingatnya tadi, dia tidur sendirian. Menoleh kearah pintu, mendapati bahwa pintu berchat coklat itu sudah terbuka sedikit. Rupanya kucing itu bisa membuka pintu kamarnya.

" Gue takut millo. " Ujar Elegi kepada millo–kucingnya, bukan Elegi namanya jika tidak memberi nama hewan peliharaan dengan nama yang aneh.  Lantas dia mengangkat tubuh kucing yang sudah bangun itu, memindahkannya ke pangkuannya.

ELEGI |•| Bintang yang kehilangan cahayanya.Where stories live. Discover now