Segila apapun sahabat. Mereka tetap yang mengisi hari harimu. Dan kelakuan gila merekalah yang akan kamu rindukan nantinya.****
" Nggak kerasa njir, udah pagi lagi aja. Padahal gue masih kangen sama kasur gue." Ujar Ervani saat berjalan di lapangan utama SMA Cakrawala bersama kelima sahabat cowoknya.
" Yeee. Lu mah tukang ngebo Er. " Cibir Algan membuat Ervani menatap sinis Cowok buaya cap kadal itu.
" Sama sama tukang ngebo nggak usah ngatain yang lain. Ngaca lo! Apa perlu gue beliin! " Ketus Ervani.
" Kata siapa lo Kalau gue suka ngebo?!" Balas Algan tak kalah ketus.
" Elegi. " Balas Ervani membuat sang empu yang merasa namanya di sebut menatap bertanya Ervani.
" Jir lo Gi. Berani beraninya lo nyebar aib gue!" Seru Algan." Nggak lagi lagi gue nampung lo di rumah gue buat bermalam. " Lanjutnya. Elegi memang pernah menginap di rumahnya karena cowok itu malas pulang, jadi dia tidak heran jika Elegi mengetahui sisi minusnya. Sebut saja jika Elegi ini tidak betah berada di rumahnya sendiri. Buktinya, jika pulang sekolah dia lebih suka keluar lalu pulang agak malam.
" Lah gue kan memberitahukan fakta. " Balas Elegi santai membuat Ervani tersenyum mengejek ke arah Algan. Tentunya membuat sang empu tidak terima.
" Awas lo Er! " Tuding Algan kearah Ervani.
" Apa! Gue bunuh lo! " Balas Ervani nyolot
" Heran aku rek, karo wong loro kuwe. Opo yo mbesuk bakale jodho?" Gumam Riki dengan bahasa jawanya saat melihat perdebatan antara Ervani dan Algan. Pasalnya dua manusia itu tidak pernah akur jika di satukan.
Mereka semua berjalan dengan santai di lapangan utama SMA Cakrawala diiringi dengan perdebatan Algan dan Ervani. Namun di sela sela langkah mereka, terdengar suara Elegi yang meringis Yang berhasil menyita perhatian kelima remaja tersebut.
" Gi, kenapa? " Tanya Riki namun tidak ada balasan dari cowok itu. Refleks Riki menoleh ke arah Utara saat mendengar suara tawa beberapa orang.
" Langit? " Zavian menaikan sebelah alisnya. Ya, orang yang membuat Elegi meringis adalah Langit, cowok itu melempari kepala Elegi dengan batu seukuran kepalan tangan orang dewasa.
" Pagi pagi nggak usah buat dosa lo!" Sarkas Riki membuat langit yang bersandar di pohon palem yang menjadi ciri khas dari lapangan utama SMA Cakrawala tersenyum mengejek.
Disamping kanan dan kiri cowok itu juga ada Deni, Razzan, dan Rio.
" Banci lo, kek gitu aja sakit. " Maki Langit yang di susul tawa dari tiga temannya.
" Lo sih Ngit, tau dia letoy, ngapain lu lempar pake batu, nanti nangis sembunyi di ketek emaknya. " Ejek Razzan menatap rendah Elegi.
" ANJING! LO YANG LETOY! BANCI! BANGSAT LO! "
bughhh
Bukan, itu bukan Elegi, melainkan Zavian yang merasa tidak terima sahabatnya di hina sebegitunya oleh para biang onar itu.
Dia memukul mulut langit dan Razzan yang berani mengeluarkan kata kata hinaan kepada sahabatnya secara bergantian.
Hal yang membuat kedua cowok itu meringis dan mundur beberapa langkah kebelakang.
" Anjing lo! " Seru Deni hendak melayangkan pukulan kearah Zavian, namun dengan cepat cowok itu malah menendang perut Deni, lalu beralih menendang tulang kering Rio.
YOU ARE READING
ELEGI |•| Bintang yang kehilangan cahayanya.
General Fiction" tertawa hanya untuk sekedar menutup luka yang selalu menganga. "