03- Itulah Dia

11 2 0
                                    

" Berbuat baiklah, meski kamu tidak pernah di perlakuan baik. Yakinlah, tuhan akan membalas dengan yang lebih baik lagi. "

-Atma Elegi-

****

Sore itu, lebih tepatnya di jam jam pulang sekolah. Jalanan terlihat ramai dan padat.

Di trotoar jalan banyak anak anak sekolah yang berjalan kaki untuk kembali ke rumah mereka.

Rata-rata dari anak sekolah itu adalah anak SMP yang sepertinya mengikuti ekskul, sehingga pulang telat. Terlihat Elegi juga menjadi salah satunya

Elegi membiarkan anak anak itu mendahului dirinya, sementara dia memelankan laju jalannya saat melihat sosok kakek tua yang badannya sudah agak bungkuk berjalan di depannya. Dia tidak menyela jalan kakek tersebut.

Sampai akhirnya dia dan kakek itu berhenti di lampu lalu lintas untuk menyebrang. Saat lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Elegi langsung menyebrang, namun saat dia melihat kakek tua tersebut kesusahan berjalan karena pinggang yang sakit, membuat Elegi kembali mundur.

" Ayo kek, gandeng tangan saya." Ujarnya mengulurkan tangan sambil tersenyum hangat membuat kakek itu menerima uluran tangannya. Ia menuntun kakek tersebut untuk menyebrang.

Cukup lama menyebrangi jalan raya yang ramai tersebut, karena kakek tua yang ia tolong berjalan pelan. Bahkan saat lampu sudah berubah menjadi hijau pun, mereka baru sampai di tepi jalan.

" Terimakasih anak muda, karena telah membantu saya menyebrang. Semoga harimu selalu beruntung dan menyenangkan. " Ucap kakek itu menarik lengan elegi agar membungkuk.

Lantas, kakek itu mencubit pipinya dengan senyum yang ia tampilkan di wajah keriputnya.

Elegi sedikit meringis, karena pipinya yang di cubit itu masih sakit akibat pukulan dari Agha dan Rio. Tapi dia tetap tersenyum, takut jika menyinggung perasaan si kakek.

" Sama sama kek. " Balas Elegi tertawa kecil. Setelahnya kakek itu berlalu pergi meninggalkan Elegi.

Dia berbalik arah yang berlawanan, melanjutkan perjalanannya kembali ke rumah. Rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolahnya berada, mungkin sekitar satu kilometer. Makanya Elegi lebih memilih berjalan kaki daripada naik kendaraan.

Sekalian olahraga katanya.

Elegi merogoh saku celana abu abunya, mengambil sebuah permen hot hot berbentuk kaki yang menjadi makanan favoritnya.

Lantas Elegi membuka bungkus permen tersebut dan memasukannya kembali ke saku, dia tidak suka buang sampah sembarangan. Dan setelahnya barulah ia memasukan permennya ke dalam mulut.

" Asal hidup gue ada permen, gue tetap happy. "Gumam Elegi menatap langit yang mulai kedatangan awan kelabu.


****

" WOI! "

Langkah Elegi terhenti saat seseorang meneriaki dirinya. Dia menghela napas lalu menoleh kebelakang.

" Mau lewat lo?" Tanya seorang preman yang terlihat masih lumayan muda kepada Elegi.

" Kalau iya, memang kenapa? " Jawab Elegi. Dia menatap preman itu yang membawa dua teman.

" Kasih kita duit dulu, baru lo boleh lewat. " Kata preman bernama Joko itu.

" Apaan dah, dari gue pertama kali melek, sampai kemarin nggak ada tuh yang namanya harus bayar kalau lewat sini. Ini kan jalan umum. " Balas Elegi membuat Joko berdecak kesal.

ELEGI |•| Bintang yang kehilangan cahayanya.Where stories live. Discover now