07- maaf ma

7 2 0
                                    

Di kata munafik? Padahal, semua manusia di bumi ini memang munafik, terutama orang yang mengatakan tidak apa apa padahal sebaliknya.

****

Bell berbunyi, menandakan waktu pulang sekolah tiba. Sekolah sudah mulai melenggang sepi hanya menyisakan anak anak yang mengikuti ekstrakurikuler atau anak anak ambis yang menghabiskan waktu mereka di perpustakaan.

Begitu pula Elegi, cowok itu menolak untuk pulang bersama dengan teman temannya, karena dia ingin menghabiskan waktunya di perpustakaan.

" Sumpah! Kesel sendiri gue, 13 tahun sekolah nggak pernah jago matematika. Meleset mulu hitungannya. " Gerutu Elegi menahan teriakan kesal karena ini di perpustakaan.

Dia memijat pangkal hidungnya saat kepalanya terasa pening. Elegi ini anak beasiswa. Tapi dia menobatkan matematika sebagai musuh bebuyutannya karena sejak SMP, dia pasti selalu meleset dalam menghitung. Entah itu kelebihan lima, kurang dua, meleset angka belakangnya. Intinya yang pasti, hasilnya tidak pernah tepat, dan selalu melenceng tak jauh dari hasil sebenarnya.

Melihat jam di tangannya sudah menunjukan pukul setengah lima, Elegi segera mengemasi barangnya.

Cowok itu berjalan keluar dari perpustakaan, melewati gedung kelas IPA dan IPS yang saling berhadapan dan ada lapangan utama di tengah tengahnya.

Jadi, jika kalian masuk ke SMA Cakrawala dan menginjakkan kaki di lapangan utama yang di penuhi pohon palm, kalian akan langsung di suguhkan dengan bangunan kelas.

Bughhh

" Monyet! Ini sakit bege! " Seru Elegi saat jidatnya terkena lemparan bola voli, lalu di susul dengan iringan gelak tawa.

" Ck! Kalau kata si Algan sama Japri. Ini nih, definisi setan sesungguhnya. " Sungut Elegi memandang sebal Agha dan kawan kawan yang sepertinya baru selesai mengikuti kegiatan ekstrakurikuler voli. Posisinya ada di dekat parkiran sekarang. Yang berada tepat di dekat gerbang.

" Hai bro, sendirian aja? " Tanya Agha dengan lagak songongnya. Elegi tidak memperdulikan berandalan sekolah itu. Dia tetap berjalan tenang.

" Eh, banci! Urusan gue sama lo yang tadi pagi belum kelar woi! " Teriak Langit membuat Elegi memutar bola mata malas.

" Kuker amat dah, emang yang nyari perkara dulu tadi pagi siapa? Orsin kali dia. " Gumam Elegi tidak menghiraukan teriakan teriakan dari makhluk tak kasat mata di belakangnya. Cowok itu langsung menyebrang jalan untuk menuju ke halte bus di depan sekolahnya, kebetulan bus sudah datang.

" Gha, lo lepasin mangsa kita gitu aja? " Tanya Razzan membuat Agha mengedikan bahu acuh tak acuh.

" Lo pikir? Gue selalu ngelepasin mangsa gue? " Balas Agha balik bertanya membuat Razzan menggaruk dagunya.

" Nggak sih. "


****

" BANG ELEGI!! " seru serombongan anak anak berlari kearahnya.

" Kalau minta di gendong satu satu woi! Berat cil! " Teriaknya karena tubuhnya ambruk tak kuat menahan beban karena anak anak yang mengeroyok dirinya.

" Bang Egi bawa apa? "

" Bang Egi kenapa baru kesini sih? Kangen tahu! "

ELEGI |•| Bintang yang kehilangan cahayanya.Where stories live. Discover now