" Bully ya? Terdengar sepele, namun tidak dengan dampaknya. "
-Atma Elegi-
****
Sumpek dengan kelakuan teman temannya, Elegi lebih memilih kabur dari kelas, dan bermain di lapangan basket.
Elegi extrovert, hanya saja jika harus berada di tempat yang terlalu berisik, dia tidak suka.
Dia berjalan jalan di sekeliling lapangan tersebut, dia merasa sangat bosan. " Ck! Yang lain kenapa pada suka jamkos sih? Padahal jamkos kan ngebosenin. " Gumamnya sembari menendang nendang kerikil di depannya.
Elegi ini bukan orang yang suka dengan jamkos, ia lebih suka saat pelajaran. Bahkan dia akan berseru senang saat jam pelarangan di mulai. Aneh memang, di saat anak anak lain menyukai jamkos, Elegi malah sebaliknya. Tapi itu adalah fakta.
Pandangan Elegi beralih, saat melihat bola basket di pojok lapangan, membuatnya berlalu mengambil bola tersebut.
" Udah lumayan lama gue nggak main basket, nyoba lah. " Monolognya lalu mulai bermain basket sendirian. Dia memasukkan bola tersebut ke dalam ring, dan hasilnya tepat sasaran.
" Yess! Masuk!"
Bughhh
Namun, bertepatan dengan itu, ada seseorang yang melemparkan bola basket ke kepalanya membuat Elegi sedikit meringis, lalu menoleh.
" Hey, sendirian aja lo? " Suara seorang cowok urakan masuk, menyapa indera pendengaran Elegi.
" Bukan urusan lo. " Balas Elegi acuh, dia hendak berjalan pergi namun dia kembali di lempari bola basket, dan kali ini mengenai punggungnya.
" Bisa nggak, jangan ganggu gue. " Kesal Elegi, membuat cowok urakan itu tertawa meremehkan.
Dia, Agha Atma Putra Adiswara. Sosok raja bully di SMA Cakrawala, banyak sekali, siswa maupun siwi yang menjadi korban bully cowok itu. Dan di belakangnya, ada empat anteknya, yaitu, Langit, Razzan, Deni, dan Rio.
" Gue boring nih, enaknya ngapain yah? " Ucap Langit tersenyum menyeringai.
" Heh, banci! Gimana kalau kita duel. " Ujar Agha dengan tampang songongnya, dia berjalan mengambil bola basket lalu memantul mantulkannya.
" Ogah. " Tolak Elegi cepat, daripada harus berduel dengan Agha, lebih baik dia membaca buku di perpustakaan.
Dia hendak berlalu pergi, kakinya sudah melangkah, namun harus terhenti saat Agha kembali bersuara.
" Eh banci, mau kemana lo, takut? " Ejek Agha yang mengundang tawa antek anteknya.
" Can you stop calling me banci?!"Ujar Elegi kesal, dia ini cowok tulen, tidak setengah perempuan.
" Kalau lo nggak banci, coba buktikan, terima ajakan Agha. Banci! " Ucap Deni menekankan kata banci di akhir kalimatnya.
" Gila, unfaedah bener, mending gue kencan sama permen permen gue. " Gumam Elegi lalu menggeram kesal saat Agha melemparkan bola basket itu ke wajahnya.
Bughhh
" WOI! " Teriak Elegi tidak terima, lalu meringis kecil, untung saja hidungnya tidak berdarah, ya meski rasanya tetap cenat cenut.
YOU ARE READING
ELEGI |•| Bintang yang kehilangan cahayanya.
Ficción General" tertawa hanya untuk sekedar menutup luka yang selalu menganga. "