90% isinya Papa Adi dan Sekala👐
~Happy Reading~
***
"Kasus kecelakaan mendiang kakak lo."
Kalimat itu masih terngiang di kepala Sekala, bahkan sampai mengabaikan dua potong sandwich yang kini sudah tersaji di atas piring sesuai dengan permintaannya pagi tadi saat Aya bertanya ingin makan malam dengan menu apa.
Di meja makan ini diisi lengkap anggota keluarga. Adi yang hanya duduk dan memakan saja apa yang dimasak oleh Aya. Dan Shaka yang juga melakukan hal yang sama dengan ayahnya. Tidak ada obrolan berarti, membuat suasana terasa begitu sunyi, sampai akhirnya Aya yang sejak tadi memperhatikan Sekala mulai membuka suara dengan pertanyaan kecil.
"Sekala, kamu oke?" tanya Aya. Tak lupa jemarinya menyentuh surai Sekala guna menarik kembali si bungsu itu dari dasar alam bawah sadarnya.
Pertanyaan itu juga sukses mengundang atensi Adi dan Shaka yang kompak menghentikan gerakannya, lalu menatap serius ke arah Sekala. Membuat Sekala seketika menelan saliva dan menegakkan punggung seraya meraih sepotong sandwich di hadapannya.
"Mama lihat kamu diam aja sejak pulang. Di sekolah nggak ada yang aneh, kan?" Aya mengajukan pertanyaan lagi.
Sekala sengaja memenuhi rongga mulutnya dengan sandwich agar ia tidak perlu gelagapan menjawab pertanyaan sang ibu dan hanya membalasnya dengan gelengan kepala yang sayangnya juga tampak kaku.
"Bener, Dek?" Shaka menatap Sekala lekat. Sengaja mengunci tatap guna menemukan celah kebohongan yang mungkin bisa ia lihat. Namun, Sekala hanya membalasnya dengan anggukan kepala yang berakhir dengan sedikit menunduk agar Shaka tidak bisa melihat sorot matanya.
Adi tidak mengeluarkan sepatah katapun. Hanya menatap Sekala tanpa berkedip dan menyadari kalau memang ada sesuatu yang tengah Sekala sembunyikan. Adi tahu, membuat Sekala berbicara jujur tidak bisa hanya dengan menekannya. Tidak bisa hanya dengan menghujani berbagai pertanyaan.
"Jangan lupa diminum susunya, ya. Habis itu langsung istirahat. Mama liat kamu hari ini agak kecapekan," kata Aya sembari menyodorkan segelas susu dingin kesukaan Sekala.
Shaka memalingkan wajah melihat adegan itu. Kembali fokus pada sisa makanan di piringnya dan tidak mau melihat ibunya memperlakukan Sekala semanis itu.
Bukan. Shaka bukan cemburu. Hanya saja, ia sudah terlalu kecewa dan tidak bisa menerima apapun alasan ibunya. Lagipula, ini masih terlalu tiba-tiba untuk ia cerna dengan logika.
•••
Jarum jam sudah bergulir menyentuh angka sebelas malam. Angin malam yang kian dingin tak mampu membuat Sekala memiliki niat untuk menutup jendela kamarnya dan bergelung di dalam selimut yang hangat. Lalu, mengarungi alam mimpi yang lebih menenangkan.
Ada gundah yang membuatnya resah setelah pertemuan tidak sengajanya dengan Janu yang berakhir dengan Janu menunjukkan sebuah flashdisk.
Benarkah flashdisk itu berisi tentang apa yang selama ini menganggu pikirannya? Tentang apa penyebab utama kakak sulungnya kecelakaan? Tentang siapa yang menyebabkan kakaknya harus kehilangan nyawa malam itu?
Selama beberapa bulan ini memang ia tidak pernah lagi mendengar kabar tentang perkembangan kasus kecelakaan kakaknya. Bahkan, ayahnya pun tidak bisa menjawab dengan pasti ketika ia menyinggung tentang kecelakaan itu.
Kasus kecelakaan Dylan benar-benar lenyap begitu saja tanpa ada sedikitpun kejelasan.
Sekala memejamkan mata kala rungunya mendengar suara pintu dibuka. Dari derap langkahnya ia tahu siapa yang masuk ke kamar dan kini menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
FanfictionSebagai seorang anak, lahir ke dunia dan menjadi berkat untuk orang tuanya adalah kebahagiaan sempurna yang ia damba, bahkan sejak pertama kali dilahirkan. Menjadi harapan serta masa depan orang tua adalah impian setiap anak. Termasuk, dirinya. Lalu...