Serendipity [36]

917 156 36
                                    

~Happy Reading~

***

"Lo mau langsung pulang?"

Sekala diam sejenak mendapat pertanyaan itu dari Bayu. Sedikit ragu, ia mengangguk tanpa membuka suara.

"Mau ikut gue dulu nggak? Kemarin Bu Rumi ngasih tau kalau hari ini ada acara ulang tahun salah satu anak panti. Rencananya mau syukuran kecil-kecilan." Bayu kembali melontarkan pertanyaan dengan sedikit penjelasan agar Sekala tertarik.

Sekala menggeleng pelan. "Gue masih agak lemes. Mau istirahat aja di rumah. Jadi, gue titip salam aja nggak papa, kan?"

Bayu tak lantas menjawab. Manik matanya menatap lekat kedua manik mata Sekala. Mencoba untuk membaca sesuatu yang mungkin ia temukan dari binar redup mata sahabatnya.

"Mau gue anterin pulang dulu?" tawar Bayu.

"Nggak usah. Gue masih bisa bawa motor, kok. Lagian juga gue nggak sepenyakitan itu kali." Sekala menyelipkan tawa kecil di akhir kalimatnya untuk meyakinkan Bayu dan membuat Bayu tidak semakin mengulur waktu untuk membuatnya goyah.

Bayu menghela napas pelan, kemudian menepuk lengan atas Sekala sebagai tanda ia percaya. "Ya udah, gue duluan kalau gitu. Nanti kalau udah sampai rumah chat gue ya, biar gue makin yakin lo beneran pulang ke rumah."

Sekala hanya menjawabnya dengan anggukan kepala, lalu melambaikan tangan pada Bayu yang mulai melenggang pergi. Helaan napas lega lolos dari bibirnya ketika akhirnya ia bisa lepas dari Bayu. Meskipun, hati kecilnya terus mengumpat dan mengatainya bodoh karena enggan memberitahu Bayu tentang tujuannya yang sebenarnya.

Jemarinya merogoh saku dan membuka kolom pesan dengan nama Janu yang ia terima beberapa menit lalu. Sebuah alamat yang harus ia datangi untuk meminta penjelasan rinci tentang apa yang baru saja ia ketahui.

Benar. Sekala mengakui dirinya bodoh. Dirinya melangkahkan kakinya dengan salah. Namun, ia hanya ingin mengetahui kebenarannya. Sebuah kebenaran tentang mendiang kakaknya yang sudah lama ia cari jawabannya.

Benarkah Janu yang melakukan itu?

Benarkah video itu?

Benarkah seperti itu kejadian yang sebenarnya?

Hanya itu. Sekala yakin tidak akan ada sesuatu yang buruk terjadi padanya selama proses pertemuan dengan Janu, karena Sekala yakin kalau Janu tidak sekriminal itu.

Meskipun, jejak buruk yang pernah terjadi antara dirinya dengan Janu cukup parah.

Motor Sekala melaju membelah jalanan kota. Berbelok menuju jalan yang berlawanan dengan arah rumahnya.

Nekat.

•••

Shaka menempelkan ponsel di telinga kanan sembari berjalan beriringan dengan Kavin selepas kelas beberapa menit lalu. Ia ingin memberikan kabar pada Sekala kalau ia akan pulang sedikit terlambat dan memberitahukan Sekala tentang makanan di kulkas yang bisa adiknya itu makan.

Namun, sampai cukup lama dering itu tersambung, Sekala tidak kunjung menjawab panggilannya dan berakhir dengan suara operator.

Shaka mendial nomor Sekala lagi dan berakhir sama sampai wajahnya kini tampak semakin menegang dengan alis bertaut disertai desah napas cemas.

Kavin yang melihat perubahan Shaka itu mencoba menepuk bahu Shaka. "Kenapa?" tanya Kavin.

"Sekala nggak angkat telepon gue," jawab Shaka. Lalu, kembali mendial nomor Sekala untuk kesekian kalinya.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang