Chapter 9

4 0 0
                                    

"Wah ramai sekali ya?" Ucap Cedric kagum. Lampu terang menyala di seluruh jalan, ada banyak stall dan toko yang terbuka lebih banyak dari biasanya. Juga musik yang nyaring.

"Untung saja Daphne mengajak kesini, kalau tidak kita akan ketinggalan" Ucap Amy melihat toko-toko yang menarik perhatiannya.

"Siapa Daphne?"

"Kau akan tahu nanti"

Cedric mempoutkan bibirnya, membuat kedua sepupu itu menatapnya jijik. "Aku tidak tahu perbelanjaan disini mengadakan semacam festival"

"Itu karena kita tidak pernah kesini, ingat? ini pusat perbelanjaan kelas menengah. Kurasa kita bangsawan pertama yang kesini" Jawab Edward. Matanya celingak-celinguk mencari seseorang.

"Kamu mencari siapa sih dari tadi?"

"Aku men-" Perkataannya terpotong kala dia melihat pin bunga matahari dikejauhan. "Itu dia, ayo!" Edward berlari.

"Tunggu kau kemana-!" "Ikuti saja dia" Amy memutar mata dan menarik tangan Cedric.

---

Emma dan Daphne berdiri di dekat air mancur. Alunan musik terdengar disetiap sudut perbelanjaan. Banyak orang yang menari menikmati festival.

"Emma!" Seorang lelaki memanggilnya dari kejauhan. Surai platinanya nencolok di tengah keramaian.

"Edward! akhirnya kau datang!" Ucap Emma tersenyum senang. Edward tertawa kecil.

"Apa kamu menunggu lama?" Emma menggeleng lembut. Daphne mendengus memperhatikan interaksi mereka. Seperti kekasih yang lama terpisah saja.

"Daphne! Emma!" Teriak Amy senang. Cedric diseret di belakangnya.

"Amy!" Ucap kedua gadis itu. Amy melepaskan tautannya pada Cedric dan mereka bertiga berpelukan.

Cedric memijat bahunya yang pegal, lelaki bersurai coklat itu meringis "Dia kuat sekali menarikku"

Para gadis melepaskan pelukan mereka. Emma beralih menatap Cedric, dia terlihat familiar. Emma mencoba mengingat dimana dia melihat lelaki itu sebelumnya.

Cedric yang menyadari pandangan penasarannya tersenyum lebar. Dia menurunkan tangannya untuk salam.

"Namaku Cedric Harrington. Pura satu-satunya Duke Harrington" Ucapnya dengan bangga.

Emma menjabat tangannya, Netra coklatnya melebar. "Sang Duke perang Harrington?" Gadis itu menatapnya kagum.

Duke Harrington adalah tangan kanan ratu. Ia berada di sisi ratu selama perang saudara. Dia rela kehilangan satu matanya demi ratu. Dia juga mendukung ratu Vivian untuk menjadi pemimpin Eden dan bersumpah bahwa hanya wanita itu yang layak disaat semua orang meremehkan sang ratu.

"Tepat sekali" Cedric mengangkat dagunya sombong, swnyumannya melebar. "Dan kau?"

"Emma, Aku Emma Florance" Ucap Emma. Cedric melepaskan tautannya dan berkeringat dingin,merasa seseorang dibelakangnya menatapnya tajam. "Dan ini Daphne Catterbell" Mereka berdua bersalaman.

"Baiklah, kalian sudah berkenalankan?. Ayo kita berjalan" Ucap Edward, alisnya menukik kesal dan dia berjalan duluan. Tangannya dimasukkan ke kantong celananya dengan kasar. Emma menatapnya bingung, kenapa tiba-tiba?. Amy tertawa kecil dan menatap Edward dengan tatapan 'aku tau semuanya'. Membuat si empu semakin kesal.

Rombongan mereka menarik begitu banyak perhatian. Bagimana tidak? Ketiga bangsawan itu melakukan penyamaran yang meragukan.

Rambut platina Edward yang paling mencolok mencolok, Cedric yang terlihat gagah, Amy yang cantik serta Emma yang manis dan rambut Daphne yang unik.

Sungguh kawanan yang aneh.

Emma merasa agak risih dengan tatapan mereka tapi dia mencoba tidak peduli. Mereka semua berbelanja dengan senang. Meskipun Edward harus beberapa kali menarik Cedric dari stall perdagingan. Lelaki itu sudah memiliki banyak di tangannya!

Sebuah toko menarik perhatian Emma saat mereka berjalan melewati. Berbagai macam anting-anting tertata rapi di meja. Emma menatapnya penasaran, terutama anting berbentuk rusa betina,agak kekanakan tapi menurutnya imut sekali.

"Kau suka anting itu?" Nafas Edward berhembus dekat telinganya. Emma terkejut dan dengan refleks mundur. Tangannya menutup telinganya yang merah dan hatinya bergetar tak karuan. "Jangan datang tiba-tiba seperti itu!"

Edward mengangkat bahu tidak peduli. Dia menatap anting yang dilihat Emma tadi. Rusa betina ya?. Matanya beralih ke Emma yang pipinya masih merah. Agak mirip. Bibirnya membentuk senyuman.

Edward membeli anting itu dan memberikannya ke Emma. "Untukmu"

"Apa?" Emma bingung dan terkejut.

"Tidak, tidak perlu" Dia menggelengkan kepalanya.

"Sudahlah ambil saja" Lelaki itu memegang tangannya dan meletakkan antingnya disana.

"Anggap saja ini hadiah"

Emma menatap anting itu, kemudia ia memasangnya. "Apakah ini cocok? bukankan ini terlalu kekanakan?"

Edward menyelipkan rambutnya ke telinga agar anting itu terlihat jelas. "Cocok, dan kau memang masih anak-anak"

"8 tahun itu bukan anak-anak lagi..."

Edward memutar mata. "Sudahlah, lebih baik kita menyusul yang lain." Dia menautkan tangannya dengan Emma dan mereka berjalan berpegangan tangan.

Kedua orang itu akhirnya menemukan mereka. Amy dan Daphne sibuk di bagian perhiasan sementara Cedric disebelah menatap kedua perempuan itu bosan sambil memakan daging bakarnya.

"Amy, Daphne. Kalian beli apa?" Tanya Emma penasaran.

Alih-alih kedua gadis itu, malah Cedric yang menjawabnya.
"Mereka sibuk memilih dua gelang yang menurutku sama saja" Amy menampar tasnya ke kepala Cedric membuat lelaki yang lebih tinggi itu mengaduh.

"Tentu saja ini beda Cedric!. Yang satunya ombre dan yang satunya tidak" Daphne mengangguk, mengiyakan perkataannya.

Cedric menatapnya heran sambil menggaruk kepalanya sakit. Apa itu ombre? makanan?. Dia kembali mengunyah dagingnya.

Setelah sekian lama ribut akhirnya kedua gadis itu selesai. Cedric menggelengkan kepalanya tidak percaya. Hampir se jam mereka memilih dan yang dibeli hanya satu.

"Kemana kita pergi setelah ini?" Cedric bertanya dengan mulut penuh makanan. Edward memukul lengannya "Habiskan dulu makananmu!"

"Kemana kita pergi setelah ini?" Cedric mengulang pertanyaannya setelah meneguk, kemudian dia menggigit dagingnya lagi. Daphne menyarankan untuk pergi ke taman. karena hari sudah sore, pemandangan matahari terbenam sangat indah disana. Semuanya menyetujuinya.

Sesampainya mereka ditaman. Mereka semua duduk di bawah pohon besar, bersender menatap danau.

Emma menatap matahari lekat, sudah setengah tertutup danau. Pantulannya ke air yang gelap dan langit yang mulai senja membuat pemandangan yang indah.

Edward menatap matahari dan sekekali menatap gadis disebelahnya. Emma merasa seseorang tengah menatapnyapun menengok. Edward cepat-cepat mengalihkan pandangannya dan berpura-pura terbatuk kecil. Rona merah tersebah di pipinya.

Cedric menepuk-memukul- punggungnya khawatir. Membuat Edward terbatuk-batuk keras. Kali ini tidak di buat-buat.

Tidak ada dari mereka semua yang bicara. Sibuk memerhatikan pemandangan yang indah. Emma melipat kakinya dan memeluknya ke dadanya. Berharap waktu ini tidak akan berakhir.



















Of Flowers and CrownsWhere stories live. Discover now