Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Daphne Isabella Catterbell
---
Keesokan harinya, di siang hari selesai Emma menjual bunga. Dia pergi lagi ke perbelanjaan, kali ini dengan temannya.
"Santai saja Emma" Ucap temannya lelah saat dia terus menariknya ke segala toko.
"Tidak bisa Daphne! kau harus melihat semua toko disini! semuanya sangat bagus!" Ucap Emma bersemangat. Kedua gadis itu berlarian senang disepanjang jalan.
Emma berhenti untuk membeli permen di sebuah stall. Daphne memutar bola matanya seraya memainkan tas rajutnya. Tentu saja Emma akan membuang semua uangnya untuk manisan.
Daphne meminta berhenti disebuah stall aksesori kecil. Gadis bernetra hijau daun itu memilih-milih kalung dan anting kecil yang cocok dengannya. Beberapa orang yang melewatinya menatapnya aneh.
Bagaimana tidak? teman Emma yang satu ini memang agak berbeda. Surainya yang berwana keunguan terang membuatnya mencolok diantara yang lainnya.
Emma tersenyum lembut dan mengaitkan lengan mereka. Daphne membalas senyumnya. Meskipun dia terbiasa bukan berarti ia suka dengan perhatian tersebut.
Emma berbalik untuk pergi ke stall lain, kemudian, dia tertabrak sseorang.
"Woah, kau tak apa?" Ucap seseorang disebelahnya. Orang yang dia tabrak refleks menahan kedua lengannya. Suara yan familiar. Emma membuka matanya.
Edward dan Amy berada di depannya. Keduanya memakai pakaian seperti rakyat biasa. Tidak seperti kemarin dimana mereka memakai pakaian mewah.
"Kau tak apa?" Edward mengulang pertanyaan Amy, menatapnya khawatir.
"I-iya, tak apa" Emma mengusap hidungnya ngilu, tertekan keras dengan dada Edward tadi.
"Emma?" Suara temannya disebelahnya memanggilnya. Daphne menatap kedua orang didepannya penuh pertanyaan. Emma segera memperkenalkan mereka.
"Daphne, ini-"Sang pangeran langsung menutup mulutnya sementara Amy menatapnya panik.
"Edrick" Ucap lelaki itu.
"Aku Maya" Ucap Amy memperkenalkan dirinya. "Tapi aku menduga kamu sudah mengenal kami, Catterbell?" Lanjutnya. Mereka berdua ingin menyamar sebagai orang biasa. Meskipun itu percuma karena hanya darah kerajaan yang memiliki mata biru.
"Ya, salam" Ucap Daphne sopan. Emma teringat. Catterbell, keluarga Daphne, keluarga Baron kecil kerajaan tetangga yang berpindah kekuasaan ke kerajaan Eden. Posisinya hampir setara dengam rakyat jelata, hanya saja mereka lebih kaya. Daphne pasti sudah mengenal kedua orang ini karena bertemu di setiap pertemuan kerajaan.
"Apa yang kalian beli?" Tanya Amy or Maya.
"Hanya aksesoris kecil" Ucap Emma. Daphne memperlihatkan barang belanjaannya.
Mata Amy bersinar terang "Wah sangat indah! kau punya selera yang bagus" Mata Daphne yang biasanya cukup kalem bersinat atas pujiannya.
"Ya kan?! desainnya cantik dan lucu serta-..."
Kedua perempuan itu asyik mengobrol tentang perhiasan make up dan hal feminim lainnya seraya melihat-lihat aksesoris di stall selama berjam-jam.
Sementara itu, Edward dan Emma menatap mereka bosan. Edward tidak terlalu mengerti soal perhiasan sementara Emma sibuk memakan permennya.
Manik coklat itu beralih ke lelaki disebelahnya. Saat itu lah dia sadar dengan pin bunga melati yang dijepitnya di pakaian bagian dada lelaki itu. Itu mirip jepit rambut yang diberikan Emma.
Edward menyadari pandangannya dan berdehem. "Ku pikir jepit rambut terlalu feminim untuk dipakai kemana-mana. Jadi kujadikan pin saja." Ucapnya canggung.
Emma tertawa lucu, "Yah, terlihat bagus padamu" Edward tersenyum menatapnya.
Mereka berjalan jalan sekeliling perbelanjaan dengan Edward dibelakang sebagai pemegang tas. Sepanjang hidupnya Edward tidak pernah diperlakukan seperti ini.
"Ayo Ed! kau lambat sekali!" Teriak Amy. Edward menegakkan punggungnya dan lanjut berjalan.
Para gadis itu berbelanja sepanjang hari. Sesaat langit menunjukkan warna keorenan mereka semua berpelukan sedih. Berjanji bahwa mereka akan bertemu selalu. Lebaysekali pikir Edward sambil memijat bahunya yang pegal.
"Ada festifal yang diadakan setiap tahun besok disini, apa kalian akan datang?" Tanya Daphne.
"Tentu saja kami akan datang!" Ucap Amy senang. Alis Edward menukik kesal. Siapa saja 'kami' yangdimaksud?. Amy mencubit lengannya keras membuat lelaki bersurai platina itu merintih.