05|Problematika Cinta

579 112 31
                                    

Jisoo sudah rapi, bersiap untuk segera menuju bengkel. Gadis itu duduk di ruang tamu rumahnya, menunggu kedatangan Taehyung yang katanya akan menjemput. Begitulah, karena Jisoo belum bisa naik motor apalagi mobil, maka ketiga temannya bersedia menjemput Jisoo lebih dulu, baik ke kampus maupun bengkel.

Dari zamannya masih ada Bang Seokjin, Jisoo tidak pernah diizinkan berangkat sendirian. Paling kalau keadaannya benar-bener mepet dan mendesak, barulah gadis itu menggunakan transportasi umum.

Setelah bertukar pesan dengan pemuda itu yang bilang sudah di jalan, maka Jisoo akan bersabar menunggunya. Kala asik bermain ponsel sekadar scroll Instagram, Jisoo dikagetkan dengan bunyi bel. Keningnya mengernyit, masa Taehyung udah sampai?

Bergidik tidak ingin penasaran lebih lama, Jisoo segera berlari membukakan pintu. Wajah riang yang sudah dipersiapkan sebelumnya, berganti masam ketika menemukan presensi manusia yang berdiri di sana. Namun Jisoo kembali (harus) mengulum senyum, guna membalas raut ramah Myungsoo yang kini menyodongkan bucket bunga.

Mau tidak mau Jisoo mengambilnya. "Kok ada di sini, Mas?"

"Saya masih merasa nggak enak sama lunch kita yang gagal kemarin, makanya mampir dan bawain sesuatu buat kamu sebagai permintaan maaf." Ujarnya, yang kemudian kembali mengulurkan paperbag bertulisan Dior.

"Aduh, Mas. Kan aku bilang nggak apa-apa. Ini lagi, ngapain repot-repot segala?"

"Nggak repot kok. Lagian cuma ini. Kamu suka?"

Mau dibilang suka ya suka, karena ini merek favorit Jisoo. Tapi dihadiahi tas bermerek secara cuma-cuma hanya karena lunch yang batal, tidakkah terlalu berlebihan? Bagaimanapun Jisoo merasa tidak nyaman.

"Mas..."

"Masa mau ditolak? Ini hadiah saya buat kamu loh."

Menghembuskan napas dalam-dalam, Jisoo paksakan untuk tersenyum, dan menerimanya. "Makasih ya?"

Menghantarkan senyuman hangat ketika Myungsoo melihatnya. Tangannya tercurah mengusap surai gadis muda itu. "Nanti malam kamu sibuk?"

"Hmm, ada tugas kuliah yang mau aku kerjain, Mas."

"Yaudah, kapan-kapan kalau kamu luang, hubungi saya ya? Kita dinner."

Mohon maaf, Jisoo masih trauma. Yang ada nanti dia ditinggal lagi karena masalah pekerjaan. Tapi tidak mungkin baginya menyampaikan keluhan itu secara terang-terangan. Pun, Myungsoo sudah begitu baik membawakannya hadiah sebanyak ini. "Iya, Mas."

"Kalau gitu saya balik ke kantor dulu."

Jisoo mengangguk, dan matanya sedikit melebar kala laki-laki itu meninggalkan sebuah kecupan di dahinya. Bahkan saking terkejutnya, Jisoo tidak sempat mengucapkan kata perpisahan, saat tahu-tahunya Myungsoo sudah kembali masuk ke dalam mobil, dan memacu pergi.

"Hah?" Barusan dia ngapain?

Tint! Tint!

"Heh, masih lama nggak?"

Dan kesadaran Jisoo baru kembali saat mendengar bunyi klakson motor Taehyung, lengkap dengan teriakan temannya itu. Jisoo mengarahkan isyarat agar Taehyung mau menunggu sebentar, sementara Jisoo kembali berlari ke rumah untuk menyimpan hadiahnya. Huh, repot.

"Sorry ya. Lo udah lama nunggu?"

Taehyung menyodongkan helm untuk Jisoo pakai. "Baru kok."

Setelah memasang helm, Jisoo mengambil tempat untuk duduk di atas jok motor Taehyung. Berpegangan sedikit pada ujung jaket pemuda itu ketika motor mulai dijalankan. Entah mengapa Jisoo merasa sedikit canggung karena tadi Taehyung pasti melihatnya dan Myungsoo. Mana temannya ini cuma diam, yang bikin Jisoo juga tutup mulut.

"Itu, Ji?" Hanya diam sekitar lima menit pasca berjalan dari rumah Jisoo, akhirnya Taehyung buka suara.

"Apaan?"

"Laki-laki yang mau dijodohin sama lo."

Jisoo mendesah, dan mengangguk pelan. "Iya." Katanya dengan wajah tak bersemangat.

Yang dapat Taehyung lihat dari pantulan spion. "Ganteng ya? Terus masih muda juga. Gue pikir lo bakal dijodohin sama modelan Om-Om buncit."

"Iiih, tuh mulut!" Amit-amit Jisoo harus nikah sama yang modelan begitu. Yakali orang tuanya tega?

Taehyung terkekeh, yang membuatnya mendapat sebuah pukulan di pundak. "Udah mulai suka belum?"

Mendengar pertanyaan begitu, Jisoo yang tadinya masih betah memukul pundak Taehyung lantas diam. "Emang penting ya buat saling suka?"

"Ya penting lah. Masa lo mau hidup selamanya sama orang yang nggak lo cinta? Tertekan yang ada."

Jisoo jadi berpikir. "Nggak tahu ya. Lagian dia orangnya baik. Gue yakin kok, nanti abis nikah, pasti bisa cinta dengan sendirinya." Yang Taehyung tidak tahu, Jisoo mengucapkan hal ini lebih berniat meyakinkan dirinya sendiri.

Agak lama waktu yang terjeda, ketika mereka sama-sama diam. Sebelum Jisoo beradu pandang dengan mata Taehyung melalui spion. Entah dari mana ia mendapat keberanian untuk bicara. "Lagipula kayaknya mustahil kalau gue maunya sama orang yang gue suka."

***

Wajah cantik Rose cemberut. Pisang keju—makanan kesukaannya yang ada di piring depan ditusuk-tusuk menggunakan garpu. Dia lagi cemburu! Tolong catat.

Dari tadi Kak Jimin kelihatan asik banget sama cewek baru itu. Mana dari cara ngobrol, mereka kelihatan deket dan akrab gitu. Kan Rose yang melihat jadi merasa terbakar.

Jungkook yang duduk berseberangan meja dengan gadis itu menahan senyum. Ini cewek kalau lagi kesel bisa nggak kesel aja? Lah ini, padahal dia kesel, tapi makan tetap jalan juga. Mau kasihan, tapi lucu.

"Cantik ya Rose, si Jennie?"

Menyibak untaian poninya ke belakang, Rose arahkan tatapan berbinar dan bibir cemberut kepada Jungkook. "Tapi masih cantikan gue kan, Jung?"

Hampir saja Jungkook tersedak melihat ekspresinya, tapi dengan cepat ia membuang wajah. Jangan begitu deh Rose, serem. "Sama-sama cantik kok. Namanya juga cewek. Mana ada yang ganteng. Udah pasti cantik semua." Jawaban Jungkook ketara sedang cari aman.

Membuat Rose berdecak lagi. Tangannya kembali terkepal melihat interaksi Jimin dan Jennie yang lagi bercanda di sana. "Lagian tuh cewek ngapain sih ke sini?! Nggak ada urusan juga! Pasti mau caper doang sama Kak Jimin."

Kalau saja makanan yang dia makan sekarang bukan Rose yang membawakan, mungkin Jungkook akan julid dan bilang; Lo kan juga sama aja Rose. Tapi demi membuat gadis itu senang, ia pun hanya mengangguk. "Sabar, dia kan lagi service mobil. Kemarin belum kelar, makanya balik lagi."

Disuruh sabar terus-terusan sudah pasti Rose akan ter tikung pada akhirnya. Mana itu cewek seksi banget. Udah pasti semua laki-laki pada suka.

Pokoknya Rose nggak boleh kalah saing! Dia harus improvisasi juga biar bisa lebih dari gadis itu. "Jung, hari Minggu temenin gue yuk?"

"Mau kemana?"

"Jalan-jalan di mall sambil cari-cari baju."

Dih, ngapain? Jungkook nemenin mamanya ke supermarket aja males. Apalagi harus nemenin cewek belanja. "Ogah." Pasti ribet.

"Iiiih. Gue bayar deh. Gue bayar penuh kayak gaji lo selama dua hari. Gimana?"

Asik juga tuh dapat duit cuma-cuma karena nemenin belanja doang. Nanti Jungkook nggak akan se sayang itu kalau harus pakai duitnya buat top up game. "Oke deh."

Bibir Rose melengkungkan senyuman. Menyusun skenario sendiri tentang seberapa terpukaunya Jimin melihat penampilan barunya nanti. Kenapa Rose harus mengajak Jungkook? Ya karena Jungkook itu laki-laki! Dan setiap laki-laki pasti punya selera yang sama dalam melihat perempuan.

TBC

Geng Bengkel (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang