06|Rasa Khawatir

543 111 20
                                    

"Pokoknya awas aja kalau sampai cucu Mama kenapa-napa. Ceroboh banget jadi perempuan! Kesel deh Mama."

Jisoo yang sejak tadi sabar mendengarkan dengusan sang mama akhirnya menghela napas jengah. Kakak iparnya lagi berjuang di dalam, tapi bukannya mengharap kebaikan apalagi mendoakan Sowon, mamanya malah sibuk berkicau.

"Ma! Mama denger sendiri apa kata dokter tadi, kan? Kehamilan Kak Sowon itu beresiko, dan dari awal kehamilan udah gitu. Kak Sowon juga udah tahu kalau dia mempertahankan anak itu bisa membahayakan nyawanya, tapi apa? Dia tetap perjuangin anak mereka. Mama kalau nggak bisa ngomong baik, mending diem."

Agak ngaruh juga setelah Jisoo bicara, karena benar-benar ampuh membuat sang mama tutup mulut. Soalnya selama ini dia benar-benar tipe anak penurut dan nggak banyak protes, tapi sekalinya nyahut malah on poin banget. Lagipula dari tadi ia sudah berupaya menahan emosi akibat omongan mamanya yang tidak pernah berhenti menjelek-jelekkan Sowon. Jisoo tahu mamanya tidak menyukai istri kakaknya tersebut, tapi bukan sekarang waktunya.

Tiba-tiba saja tadi Jisoo mendapat telpon dari Sowon, yang mengatakan dia pendarahan. Jisoo yang siap-siap berangkat kuliah langsung membatalkan keinginannya, dan bergegas menuju kediaman perempuan itu. Karena tadi mamanya juga ada di rumah, keduanya memutuskan untuk berangkat bersama.

Tiga puluh menit sudah Sowon dimasukkan ke dalam ruangan operasi, dan Jisoo menunggu dengan cemas. Ia begitu khawatir dengan kondisi kakak ipar dan juga keponakannya. Meski baru tujuh bulan, dokter bilang mereka harus melakukan tindakan operasi, akibat pendarahan yang Sowon alami cukup parah.

"Jisoo, Mama!"

Kakak laki-lakinya; Seokjin berlari dengan tergesa. Wajah laki-laki itu tampak pucat dan panik. Bersama Seokjin, ada Papa mereka yang ikut juga.

Seokjin sampai dengan senggakan napas yang masih memburu. "Gimana? Gimana keadaan Sowon?"

Menyusul sang kakak untuk berdiri, Jisoo mengelus bahunya. "Kak Sowon lagi ditangani dokter, Bang. Kita berdoa semoga Kak Sowon sama anak kalian baik-baik aja."

Seokjin tertunduk. Menatap pintu ruangan yang tertutup rapat. Dalam hatinya hanya mampu menggumamkan harapan semoga istri dan anaknya selamat. "Seandainya aja tadi Abang nggak berangkat ke kantor, dan nemenin Sowon ke rumah sakit buat periksa, pasti nggak akan begini." Sejak semalam istrinya itu memang mengeluh sakit perut. Tadi pagi Seokjin juga menawarkan untuk mereka ke dokter, namun Sowon bilang ia bisa menahannya. Andai Seokjin memaksa lebih keras lagi. Pasti istrinya tidak akan pendarahan.

"Bang, jangan salahin diri sendiri. Aku yakin Kak Sowon pasti bisa kok. Abang harus kuat demi dia dan anak kalian."

Mengangguk berupaya tegar, Seokjin mendudukkan diri di kursi ketika Jisoo menuntunnya. Tak henti-hentinya Seokjin berharap yang terbaik untuk istri dan anak mereka. Hatinya begitu sakit bila harus membayangkan hal buruk dapat terjadi.

***

Anaknya perempuan, dan kata dokter cantik persis ibunya. Syukurlah operasi Sowon berjalan lancar. Meski belum sadarkan diri pasca melahirkan, kondisi Sowon sudah stabil, dan akan segera dipindahkan ke ruang rawat.

Jisoo berdiri di depan ruangan operasi kakak iparnya, sementara Seokjin dan kedua orang tuanya mengurus kepentingan bayi mereka. Karena lahir tidak cukup bulan, maka anak kakaknya harus ditempatkan di inkubator terlebih dahulu.

"Jisoo!"

Wajah Jisoo tersenyum saat menoleh dan mendapati kehadiran teman-temannya. Ia melambaikan tangan, menyambut Jungkook, Jimin, dan Taehyung.

"Sorry ya telat, tadi kita ada kelas." Jimin mewakili dua temannya yang lain untuk minta maaf.

"Nggak apa-apa kok. Makasih ya udah datang?" Ungkapnya masih haru melihat presensi ketiganya, serta Jisoo baru juga selesai menangis karena merasa lega.

Geng Bengkel (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang