-🦖-
Pukul menunjukkan 08:00 pagi, tepat setengah jam yang lalu gerbang SMA Bakti Pertiwi tertutup rapat.
Di seberang jalan, seorang gadis dengan tubuh mungil berambut kecokelatan terikat rapat memandang pagar dengan cemas. Tubuh mungilnya bukan penghalang, seperti biasa tanpa ragu dia memutuskan untuk memanjat pagar tinggi itu demi bisa masuk sekolah.
"Annastasya Andini Wijaya" Panggil seorang kepada gadis yang tengah memanjat pagar sekolah tersebut, merasa terpanggil tubuhnya seakan membeku panik karena takut, perlahan Anna menolehkan kepalanya ke arah suara. Matanya menangkap sepasang mata elang milik seorang pria tampan berkulit pucat.
"Lo ngapain? Terlambat lagi?" tanyanya pada Anna
"Evan Monyet!" ucap Anna setengah lega setelah mengetahui ternyata orang yang memanggilnya adalah Stevan, ya Stevan atau Stevanus Prayoga sahabat kecil Anna sekaligus ketua OSIS kebanggaan SMA Bakti Pertiwi yang dikenal karena sifat tegasnya dalam menjalankan tugas, tak pandang bulu termasuk kepada Anna sahabatnya sendiri.
"jam 08:05, berarti lo telat 35 menit, ada peningkatan 10 menit lebih awal dari kemaren" ucap Stevan dengan wajah datar sembari mentap jam di pergelangannya.
"Hehe iya dong, ke...keren kan? Jadi...gue bisa langsung ke kelas kan?" tanya Anna gugup dengan wajah polos sedikit nyengir memohon ampun karena sudah paham betul dengan kesalahan yang dia perbuat.
"Ini udah yang kesekian kalinya lo terlambat An. Gada pengecualian, hukuman tetap berjalan."
Bagi Stevan peraturan tetap peraturan yang melanggar wajib mendapat sanksi, meskipun itu sahabatnya sendiri tetap harus melewati hukuman seperti yang lain, bukan karena Stevan tidak peduli, tetapi karena dia sangat menjujung tinggi tanggung jawabnya.
Anna hanya bisa pasrah menurutin hukuman hormat didepan bendera dan dijemur lagi. Intinya, Anna tetep ngikutin aturan, walaupun kadang-kadang dia tetap mengeluh juga.
Tapi bukan berarti Stevan kejam, meskipun dia selelu bersikap tegas begitu hati Stevan tetap sosok pria perasa yang tidak bisa melihat Anna terluka sedikit pun kalau bukan karena tugas ia mungkin akan membiarkan Anna, baginya gada yang bisa bikin Anna nangis, kesel selain gue. Lagi pula sifat tegasnya hanya berlaku saat di sekolah.
"nih pake" dengan senyuman Pria itu tetap memberikan sebuah topi untuk Anna.
***
Jam istirahat tiba, Anna melewati satu mata pelajaran hari itu. Kali ini ia menjalankan hukuman lebih lama dari biasanya, sekujur tubuhnya pegal, betis dan lengannya keram. Dia memutuskan menuju kantin mengisi energinya terlebih dulu sebelum menuju ke kelas.Seperti kantin pada umumnya pasti akan selalu ramai disaat jam istirahat tiba, seorang gadis dan dua orang pria di salah satu sudut kantin tengah menikmati bakso dan es jeruk manis dihadapannya. Siapa lagi kalau bukan Trio konyol teman akrab Anna sejak masuk di SMA Bakti Pertiwi.
Alda Maleakheza Charolina atau Alda gadis manis, pendek, dengan pipi cubby. Jangan salah manusia seimut itu memiliki sifat bertolak belakang dengan wajahnya. Sama halnya seperti Anna dan Stevan, dia merupakan salah satu Atlet Taekwondo.
Jhostine Ruben Otniel bisa juga dipanggil Ruben, cowok paling aktif dengan seribu kekonyolannya, ya bisa dibilang dia ini gong di circle nya, karena selalu memecah suasana. Walaupun begitu dia salah satu siswa berprestasi kebanggan SMA Bakti Pertiwi. Lanjut?
Terakhir, Royandi Yosua Rawung akrab disapa Roy cowok tinggi, berbadan kurus dengan kulit putih bersih khas orang Manado, walaupun sering diledek ceking Roy termasuk salah satu cowok populer dan drummer Phoenix Force, Band populer di SMA Bakti Pertiwi.
"BUSET...LO DARI MANA NDORO RATU"teriak Alda saat melihat Anna berjalan ke arah mereka bertiga. Hal itu menarik perhatian siswa siswi yang juga berada di kantin
"sepuh kita baru datang kawan-kawan"sahut Ruben sembari menepuk bahu Roy.
Sedangkan Anna mengambil posisi duduk tepat disamping Roy, ia hanya fokus menggerutu karena kelelahan setelah menerima hukuman.
Roy yang sudah paham langsung menyodorkan segelas es jeruk manis ke hadapan Anna. Dalam sekejap satu gelas es jeruk manis itu habis."Anjir gue laper banget, Bu Ijah, baksonya satu ya, yang komplit!" teriak Anna.
"Oke, langsung disiapkan Na" sahut Bu Ijah, satu-satunya pedagang bakso favorit di sekolah itu.
"Ada apa gerangan sih kawan" tanya Ruben.
"Biasa, paling beliau kena hukum karena telat lagi kan?" sahut Alda. Roy mengangguk mengiyakan ucapan Alda.
"ga dong..." jawab Anna.
"ga salah lagi kan maksud lo?" sahut Alda
"kebiasaan emang Na, Na, kapan lo berubah jangan gini mulu, bentar lagi ujian semester, Ayo dong berubah dikit dikit Na" ucap Ruben
"Gaya bener lo ben, sejak kapan seorang ruben seserius ini, Syok aing" Sahut Roy.
"wahh lo ga tau? ,
Gue mah simpel aja orangnya, ga ngerugiin kalian kan?, ga nyusahin anda kan?, salam sehat untuk kalian semuanya, jangan lupa bahagia, wish you all" tutur Ruben dengan suara serak dibuat mengikuti nada bicara seorang om yang viral dimedia sosial."gue tampol lo ya ben, gue jijik anjir" ucap Alda. Tak kuasa menahan tawa, Anna hanya bisa tertawa geli melihat tingkah kawan kawannya.
"mulai besok lo barangkat sekolah bareng gue" sahut Stevan dari belakang Anna yang sedari tadi sudah memperhatikan tingkah keempat manusia konyol dengan mulut toanya yang tidak bisa dikontrol ditengah keramaian kantin.
Mendengar suara seseorang dari belakang Anna membuat mereka menoleh.
Suara yang tak asing lagi bagi Anna, ia membalikkan kepala dan mengangguk.
"Oke, siap kapten" ucapnya.Setiap kali melihat Anna begitu ceria, Stevan tidak bisa menahan senyumnya. Ia merasa bahagia melihat energi Anna yang tiada habisnya. Sudut bibirnya terangkat ia senyum kecil merekah saat melihat Anna seperti itu.
-🦖-
Gimana mungggs? Awal yang baik bukan?Ada pantun nih mungggs
Kenalpot kesumbat kedondong
Vote dulu Donggg😆✨
Dan silahkan comentSee you di chapter selanjutnya, jangan bosan-bosan ya mungggs kita ikutin aja perjalanan Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANNA Best Destiny
Teen FictionAnna, Gadis dengan senyumnya yang menghangatkan hati, sering menatap Stevan dengan pandangan penuh harapan. Sedangkan Stevan, dengan bahunya yang kokoh, sering melindungi Anna tanpa sepatah kata pun. Ini tentang perasaan keduanya yang lebih dari sek...