Chapter 16

619 86 3
                                    

Cerita ini hanya sebuah fiksi penggemar jadi jangan dibawa terlalu serius.

.....

Tiga tahun berlalu, itu menandakan jika perikahan mereka sudah terjalin lama. Seulgi benar-benar definisi laki-laki yang siap. Siap sebagai suami dan seorang ayah.

"Halo, bibi...kali ini Jenna makan siang apa?" Tanya usai telpon yang dia hubungkan diangkat dari seberang sana. Enam bulan terakhir Irene kembali kedunia hiburan, maka untuk urusan rumah kini tak jarang dipegang bibi han, yang merupakan asisten rumah tangga yang dicari Seulgi saat setelah Irene melahirkan putri mereka.

Seulgi segera mematikan ponselnya, dia tak ada waktu untuk menelpon istrinya saat ini. Dengan kecepatan penuh, Seulgi sampai disekolah itu. Benar, Jenna kecilnya meminta sekolah meski umurnya baru tiga tahun.

Hati Seulgi terluka melihat putrinya duduk sembari menundukkan kepala, di kala terik matahari menerpa.

"Baby...

"Papiii..

Seulgi lantas mengendong putrinya itu, sebelah tangannya mengusap bulir keringat di dahi putri kecilnya.

"Maaf sayang, maafkan papi..Jenna kepanasan, kenapa tidak berteduh baby"

"Kalau sama mami, Jenna suruh tunggu disana...kenapa papi yang jemput??" Seulgi hanya tersenyum, dia hanya mengesekkan hidungnya dengan sang anak yang membuat Jenna tertawa kecil.

.....

Menghabiskan waktu bersama putrinya tanpa kembali ke kantor, kini sudah pukul delapan malam. Kelelahan karena banyak bermain, Jenna akhirnya tertidur lelap sekarang.

Tepat saat Seulgi menutup pintu, Irene berjalan kecil melaluinya. Dia hanya tersenyum miris menyadari Irene sama sekali tak bertanya atau sekedar memberikan alasan soal Jenna hari ini.

Seulgi mendapati punggung istrinya itu, tak mau berdebat malam ini. Dia memilih untuk mengambil laptopnya dan mengerjakan pekerjaan yang dia tunda tadi hanya untuk Jenna-nya.

.....

Irene tersentak dari tidurnya, dia menyentuh kasur dibelakangnya dan tak menemukan tubuh suaminya hingga dia perlahan membalikkan badan dan berusaha membuka matanya.

"Seulgihh..kemana diaa..

Irene beranjak turun dengan langkah tak stabil, hingga tangannya meraih sebuah knop pintu dan mendorongnya pelan.

"Sayang...kenapa tidur disinih" ujarnya menepuk pelan lengan sang suami, yang tertidur dengan kepala yang ditopang meja kerjanya.

Seulgi membuka matanya, dia merasakan badannya benar-benar sakit ketika diluruskan.

"Ayo ke kamar" Seulgi patuh, dan segera menutup laptopnya. Irene beringsut masuk kedalam pelukkannya ketika tubuh keduanya sudah terbaring diatas ranjang.

....

"Mau kemana? Bukannya kita ada janji untuk kepantai bersama" Irene menghela nafasnya memasang raut wajah bersalah, dia membalik badannya untuk menatap Seulgi yang menyender didepan pintu.

"Maaf..sayang, aku ada jadwal..

"Bukankah aku sudah bilang untuk mengosongkannya dihari libur, kau lagi-lagi memakai waktu libur untuk pekerjaan" Irene menghempas botol yang isinya baru saja dia gunakan,

"Please Seulgi, kita tak akan membahas ini dipagi hari. Dan bisakah kau mengerti sedikit saja"

"Apakah menghabiskan waktu bersama kelurga begitu membosankan, hingga kau lebih memilih mengambil pekerjaan"

You My StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang