5

164 12 0
                                    

Hazel Pov

🍂🍂🍂

Entah apa yang kulakukan sekarang, kurasa aku telah merusak rencanaku kali ini.

Tidak. Aku harus memperbaikinya.

Setelah acara peragaan selesai. Aku pergi ke belakang untuk mengambil beberapa poto dengan orang yang bisa dibilang adalah, beberapa orang berpengaruh di bidangku saat ini.

Aku di kontrak oleh salah satu Brand pakaian terkenal di jakarta. Jadi untuk menaikkan penjualan, aku harus punya banyak poto yang akan ku ulas di sosial media ku.

"Terimakasih.." ucapku.

Awalnya aku merasa canggung ketika harus berada di tengah orang yang tidak ku kenal sama sekali, tapi lambat laun, aku mulai terbiasa.

"Maksud lo apa hah?"

Entah apa yang terjadi, aku melihat ada pertengkaran antara dua wanita tepat di depanku.

"Elo kan yang nyuruh semua brand buat berhenti gaet gue? Iya kan, elu kan yang udah ngehasut mereka dengan gosip murahan di luar sana?"

Orang yang di caci, hanya terdiam tak peduli.

"Liat aja nanti. Gue gak akan hancur sendirian!"

Entah apa yang terjadi, tapi aku tau siapa dua orang yang beradu argumen barusan.

Dia adalah Intan dan Dian. Dulunya mereka satu grup, tapi entah ada masalah apa, mereka akhirnya berpisah dan, lumayan sering aku melihat mereka bertengkar di depan umum seperti tadi.

"Maaf atas ketidaknyamanannya. Tapi tolong jangan ada yang menyebarkan video barusan ke sosial media manapun. Karena kalian tau kan apa akibatnya?" Kata salah satu staf.

Yaps. Di banned. Di semua sosial media.

Bagiku dan kebanyakan orang disini, itu sangat berpengaruh sekali untuk kelangsungan hidup kami para vloger.

"Hazel.." aku menoleh ke asal suara yang memanggilku.

"Saya?" Aku menunjuk diri sendiri.

"Iya kamu. Siapa Lagi." Entah darimana Intan bisa mengenalku. Yang pasti aku sedikit senang sekaligus was-was.

Karna Intan dan Dian ini adalah orang yang lumayan berbahaya menurutku, di dunia seperti kami.

"Saya fans kamu loh. Ya ampun. Gak nyangka banget bisa ketemu disini. Cantik banget ya aslinya kamu."

"Kakak bisa aja. Kakak lebih cantik tau. Kakak juga senior aku."

"Emang gak boleh senior ngefans sama junior?"

"Ya boleh sih."

"Oiyah, kapan kapan mampir ke podcast aku donk."

"Aku sih siap kalau di undang."

"Serius?" Aku mengangguk.

Akhirnya kita bertukan nomor telepon. Dan saling follow.

"Nanti aku kasih undangannya yah. Jangan nolak."

"Siap kak. Aku tunggu."

Setelah acara selesai, sesuai permintaan Fia, akhirnya aku mendapatkan martabak spesial. Walaupun jaraknya lumayan jauh dari tempat tadi, tapi syukur deh, akhirnya nemu.

Sembari berjalan, aku menyuruh pak Asep, supirku untuk menungguku di halte bus. Karna kalau ikut beli martabak, mobilnya gak akan bisa masuk.

Gak ada angin gak ada hujan, tiba tiba layar papan iklan yang tepat di sampingku, jatuh begitu saja tepat di depanku.

Aku berteriak dan reflek terjatuh ke aspal. Melihat aliran listriknya, sangat mengerikan jika sampai mengenaiku. Nasib baik masih berpihak padaku.

Aku masih diam dalam keterkejutanku, namun bersamaan, ponselku berdering, yang entah siapapun itu, aku langsung mengangkatnya.

"Ha-halo.."

'Hallo Hazel? What happen? Kamu terdengar gugup.'

"Ti-tidak. Aku baik-baik saja."

Gak lama Pak Asep datang dan langsung membantuku bangun.

"Neng Hazel, Astaghfirullah.. Ada apa neng? Ini kenapa? Kok bisa kayak gini."

"Gak tau Pak. Tiba-tiba jatoh." Aku melihat sekeliling, siapa tau ada orang lain disini.

"Tapi Neng Hazel gak papa kan? Ada yang sakit? Apa perlu ke rumah sakit?"

"Gak papa pak gak usah. Kita pulang aja."

"Iya Neng ayok."

Setelah sampai di rumah, aku baru sadar ternyata ponselku kehabisan baterai.

Entah sampai mana Jay mendengarku, aku lumayan kaget dan tidak bisa berbicara panjang lebar.

Aku langsung tidur dan menaruh martabak pesanan Fia di meja.

Dia akan mengambilnya saat lapar tengah malam.

.....

To be continued...

Not Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang