13

88 6 0
                                    

Author Pov

🍂🍂🍂

Hazel tidak tau misinya kali ini berhasil atau tidak.

Disatu sisi, Hazel merasa penyamarannya sudah terbongkar. Namun disisi lain, ia berhasil menaruh camera tersembunyi di beberapa lukisan.

Tinggal menunggu hasil dari Tim tersembunyinya, untuk memastikan apa memang benar ada narkoba disana. Dengan begitu dia bisa menangkap seorang Elkan Baggot.

Kini Fia, Hazel dan beberapa Timnya tengah bersiap menangkap ikan.

Fia dan Hazel sudah berganti pakaian dan berada di beberapa titik tersembunyi, dengan beberapa senjata.

'Tunggu, sepertinya ada yang tidak beres..' ucap salah seorang rekan setimnya di jauh sana, yang bertugas menangani camera tersembunyi tadi.

"Ada apa?" Tanya Hazel.

'Camera nomor 12, hilang gambar. Tunggu... Yang lainnya juga ikut menghilang.'

"Apa mereka tau kita naruh camera tersembunyi?" Kini giliran Fia yang bertanya.

'Bukan, bukan itu. Bukan cameranya yang hilang. Tapi ada yang memblokir saluran, hingga cameranya tidak berfungsi.'

"Apa??"

Mereka sepertinya bukan pengedar biasa. Ada seorang hacker juga yang membantu mereka agar aksinya menjadi sangat bersih.

"Semuanya dengarkan aku. Mundur sementara, karna---- Hallo?"

Belum selesai memberikan perintah, tiba-tiba earphone Hazel mengalami gangguan.

Tidak ada suara apapun yang terdengar, namun tak lama, suara seseorang terdengar dari jauh sana.

'Hallo Blue Bird? Blacky disini.' ini adalah saluran earphone Fia, namun kali ini seorang laki-laki yang bersuara.

"Tunggu.. siapa ini? Dimana Blacky?"

Terdengar teriakan Fia dengan sangat jelas dari jauh sana.

'Tentunya kamu tau suara siapa itu.'

Jika di dengar lebih lama, Hazel mengenal suara ini.

"Elkan?" Tebaknya asal.

"Benar sekali."

"Dimana temanku? Lepaskan dia sekarang juga!"

"Datanglah kemari, aku akan melepaskan temanmu dengan senang hati."

'Enggak! Jangan datang--- Akkh!!'

"Oke! Kemana aku harus pergi? Jangan lukai temanku!"

'Pergi ke arah utara. Disana akan ada mobil yang mengantarmu. Dan tentunya, kemarilah seorang diri!'

"Baik. Aku kesana sekarang."

Tanpa pikir panjang, Hazel langsung mengikuti perkataan Elkan.

Sebelum masuk ke sebuah Van, beberapa senjata yang Hazel bawa, berhasil di ambil mereka. Mata Hazel di tutup, tangan di ikat, dan entah kemana mereka akan membawanya.

Hazel hanya berdiam dengan tenang. Mengukur seberapa jauh perjalanan ini. Mendengarkan beberapa suara yang ia lewati dalam perjalanan.

Sekitar hampir satu jam, akhirnya Hazel turun dari mobil dan dibawa berjalan kaki cukup jauh.

Langkahnya cukup bergema, itu menandakan dia sedang berada di sebuah gedung kosong yang lumayan besar.

Setelah sampai, Hazel disuruh berlutut. Tutup mata dan ikatannya di buka. Namun betapa kagetnya dia melihat Fia dengan keadaan yang sudah berlumuran darah.

Dia di ikat di kursi kayu, dan ada beberapa luka di wajah dan tangannya.

"Aku tidak percaya wanita secantik kalian bisa menjadi Spy untuk menangkapku." Ucap Elkan mendekati Fia dengan pistol di tangannya.

"Apa mau mu?" Hazel to the poin.

"Wahhh Hazel.. kau memang wanita yang sangat menarik." Kini Elkan mendekati Hazel. "Apa aku bisa memegang janjimu?"

"Ya. Katakan!"

"Baiklah. Kalau begitu... Bubarkan Timmu. Dan berhenti mengejarku."

Fia menggelengkan kepala tanda tak setuju, namun Elkan yang melihat itu merasa tidak senang, lalu melepaskan peluru tepat di kaki Fia.

'Doorr!'

Fia berteriak kesakitan, Hazel mencoba mendekati Fia namun beberapa orang juga menahan Hazel dari belakang.

"Baik! Hentikan!!!" Teriaknya.
"Akan ku lakukan keinginanmu. Tapi lepaskan temanku!!"

Elkan memberi kode pada orangnya untuk melepaskan Fia.

"Ini peringatan pertama dan terakhirku. Jika kita kembali bertemu, tolong lupakan kejadian ini. Oke?"

Dengan terpaksa Hazel mengiyakan ucapan Elkan. Yang terpenting baginya sekarang, adalah keselamatan Fia.

🍂🍂🍂

Sekarang Hazel tengah berada di ruang tunggu operasi. Menunggu Fia yang sedang menjalani operasi darurat.

Hazel hanya terdiam melihat kedua tangannya yang sudah berlumuran darah. Sedetik setelah, ia menangis sejadi jadinya.

Ia benar-benar ketakutan saat ini. Ia takut kejadian dulu kembali menimpanya. Penyesalan itu masih ada hingga sekarang. Jangan sampai ia menanggung penyesalan itu kembali.

"Blue bird." Seseorang yang ia kenal tiba-tiba datang dari arah sana. Namun yang heran, kenapa dia bisa tau dengan nama itu.

"Bagaimana Blacky?"

"Darimana kamu tau nama itu?" Tanyanya heran.

"Bukankah sudah jelas? Aku mengenalmu lebih dulu daripada Jay."

Ya, dia adalah Nathan Tjoe A On. Seorang atlit sepakbola, yang ternyata adalah salah satu bagian dari Tim yang Hazel pimpin.

"Kamu..." Nathan mengangguk, seolah tau apa yang akan Hazel katakan.

Hazel kembali menangis sejadi-jadinya, namun kali ini di pelukan seorang Nathan.

"Maaf. Aku terlambat." Ucap Nathan lirih.

Setelah kurang lebih sejam, Dokter pun keluar dengan raut wajah yang tak mau Hazel tafsirkan.

"Pelurunya berhasil kami angkat. Namun pasien belum melewati masa kritisnya. Berdoalah, agar semua baik baik saja."

Ucapan itu, sungguh kata yang tidak ingin Hazel dengar.

Hazel tak bisa menangis sekarang. Pandangan matanya kosong. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri untuk saat ini.

.....

To be continue...

Not Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang