Chapter 3

5 0 0
                                    


Melihat Pitha duduk sendiri di bangku pinggir lapangan, membuat seorang perempuan cantik merasa iba. Sebut saja dia Gloria.

"Kamu kenapa?" tanya Gloria

"Gapapa, cuma capek aja" ucap Pitha sambil tersenyum tipis.

"Beneran nih, kamu gapapa?!" ucap Gloria memastikan sekali lagi, Pitha diam saja.

Dia hanya menunduk seolah sedang berbicara dengan lantai.

"Kamu keinget sama Syabda ya?" tanya Gloria.

Pitha hanya mengangguk dan mendongak menatap wajah Gloria, satu bulir air mengalir dari sudut mata kirinya.

"Gapapa, gausah nangis. Doain aja dia setiap hari, kalau kamu rindu, kamu sholat aja. Doain dia, supaya dia bahagia di atas sana" ucap Gloria sambil mengusap air mata Pitha menggunakan ibu jarinya.

"Dia bakalan sedih kalau kamu menangisi kepergiannya terus, sampai kapan kamu mau begini terus? Ini sudah satu tahun Pitha! Satu tahun bukan waktu yang singkat." lanjutnya.

"Kamu harus bisa berdamai, tapi tidak melupakan! Ini sudah mendekati Olimpiade, kamu tau kan perjuanganmu untuk mendapat satu tiket ke Olimpiade ini. Kamu harus fokus, jangan kecewain pelatih dan partnermu" ucap Gloria.

Gloria kemudian bangkit dan menepuk pundak Pitha dan berkata.

"Kamu bisa! Kamu pasti bisa" ucapnya.

Pitha langsung terdiam dan merenungi ucapan seniornya tadi, lantas mengusap air matanya dan langsung bergumam.

"Aku bisa!" ucap Pitha mantab. Dia langsung bangkit dan menghampiri Rinov dan berkata.

"Yuk lanjut latihannya!" ajak Pitha.

"Kamu habis nangis ya?" tanya Rinov curiga.

"Enggak, cuma kelilipan. Ayo ih, cepetan" ucap Pitha, hanya di balas anggukan singkat oleh Rinov.

Dan benar saja, setelah di nasehati oleh Gloria tadi Pitha menjadi lebih fokus saat latihan.

🏸🏸🏸

Di lapangan sebelah ada dua laki-laki yang sedang berlatih. Sebut saja Bagas dan Fikri, mereka adalah pasangan ganda putra. Terlihat Bagas sedang marah-marah ke Fikri.

"Kamu itu bisa main ga sih!" ucap Bagas kesal.

"Kalau ga bisa main, ya aku nggak di sini dong" ucap Fikri sembarang. Bagas pun langsung memukul pantat Fikri dengan raket saking jengkelnya pada Fikri.

"Ihhhhh, gelut wae to, rukun kek!" ucap seorang perempuan cantik yang sedang duduk di bangku pinggir lapangan, panggil saja Ribka.

"Meneng wae to, cah wedok rasah melu-melu urusane cah lanang!" sahut Bagas.

"Rasah nyeneni pacarku!!" seorang laki-laki berteriak dari kejauhan, sebut saja Rian.

Ribka lantas menyeringai ke arah Bagas lalu bangkit dari duduknya dan beranjak pergi meninggalkan lapangan latihan. Bagas menggeram marah, lalu dia melemparkan botol air mineral kearah Ribka sekuat tenaga.

Dan, meleset. Malah salah sasaran dan mengenai seorang pria yang sedang berlatih, panggil saja dia Babah Ahsan.

"Astagfirullah! Siapa yang lempar!" ucap Babah Ahsan. Semua terdiam.


                       Bersambung

Cerita Atlet BadmintonWhere stories live. Discover now