Setelah kejadian di ruang istirahat tadi, tak ada yang berani mengusik Pitha yang sedang duduk di dekat jendela sambil memainkan ponselnya. Mukanya murung, tak seceria biasanya.
"Mbak, makan dulu yuk. Dari tadi siang kan belum makan" ajak Ester.
Pitha pun menoleh dengan muka seram, "Jangan ganggu dulu, bisa?" ucap Pitha dengan suara serak, jelas sekali kalau dia habis menangis.
Ester pun mengangguk pelan, lalu pergi menuju kantin. Meninggalkan Pitha sendiri di kamar, "Serem juga ya Mbak Pitha kalau lagi bad mood" gumam Ester.
"Loh, kok sendirian. Pitha-nya mana?" ucap Gloria saat melihat Ester memasuki kantin.
"Gak mau di ganggu, lebih baik jangan di usik deh. Nanti tambah ngamuk" ucap Ester sambil menyisipkan saran pada Gloria.
Gloria pun mengangguk-angguk mengerti, "Yaudah lah, yuk kita duduk. Udah laper banget aku" ucap Gloria.
"Mbak Glo duduk dulu aja, aku mau pesan makanan dulu. Mau ku pesanin apa?" ucap Ester.
"Kayak biasanya aja ya" ucap Gloria. Ester pun mengangkat tangannya membetuk simbol 'oke'.
Gloria pun bertopang dagu, menunggu Ester kembali membawa pesanan makanannya. Ia sepertinya juga mengkhawatirkan kondisi Pitha, dari tadi siang perutnya belum diisi apapun, bahkan sepotong roti pun tidak.
"Apa aku bungkusin makanan aja ya, biar dia makan. Kasian juga kalau nanti dia jatuh sakit" ucap Gloria, ngomong sendiri.
Dari kejauhan, nampak Ester yang membawa nampan berisi makanan yang mereka pesan. "Nih pesanan Mbak Glo" ucap Ester sambil tersenyum.
Gloria pun mengambil makanannya dan langsung menyantap makanannya. Dalam waktu singkat, makanan yang mereka pesan sudah habis tak tersisa.
"Yaudah kamu tunggu di pintu keluar dulu ya, aku mau bayar dulu. Sekalian mau beliin Pitha makanan, oh iya hari ini aku traktir ya" ucap Gloria.
Ester pun mengangguk senang, "Makasih ya, Mbak Glo" ucap Ester.
Suasana di kamar......
Ketika Gloria dan Ester masuk kamar, Pitha masih duduk di dekat jendela. Kali ini dia tidak sambil memainkan ponsel, melainkan sambil memeluk boneka Stitch berukuran sedang pemberian mendiang pacar tersayangnya.
"Pith, makan dulu yuk. Kasian perutmu dari tadi siang nggak diisi" ucap Gloria.
Pitha pun menoleh dengan wajah lesu, "Nggak ah, nanti aja. Nggak nafsu makan aku" tolak Pitha.
"Ayolah dikit aja" bujuk Gloria lagi.
"Nggak mau Mbak! Aku nggak laper" ucap Pitha tegas, emosinya sedikit tersulut.
Ester pun menepuk bahu Gloria, lalu menggeleng pelan. Seolah memberi kode untuk meninggalkan Pitha sendiri. Gloria pun dengan berat hati meninggalkan Pitha, ia pun meletakkan makanan yang dibelinya diatas meja.
"Jangan lupa dimakan, nanti sakit" ucap Gloria lagi. Dia pun pergi bersama Ester keluar kamar, meninggalkan Pitha termenung sendirian 'lagi'.
"Hah, capek banget deh ngurusin Pitha. Keras kepala banget sih dia, cuma disuruh makan juga. Susah amat" ucap Gloria saat pintu kamar telah di tutup oleh Ester.
"Jangan gitu ah Mbak, dia lagi di posisi yang sulit. Sulit untuk mengikhlaskan" ucap Ester prihatin.
"Tapi mau sampai kapan, Ester Nurumiii" ucap Gloria gemas.
"Dia akan tetap mencari pasangan hidup lagi, tapi dengan pemahaman dan pengertian cinta yang berbeda" ucap Ester sambil tersenyum, kemudian pergi meninggalkan Gloria.
YOU ARE READING
Cerita Atlet Badminton
RandomKegiatan sehari-hari atlet badminton Indonesia dan dunia.