Chapter 6

4 0 0
                                    

Yere pun kembali ke kamarnya dengan perasaan bahagia. Chico meringis melihat Yere tertawa sendiri.

"Kenapa Yer? Kok ketawa-ketawa sendiri? Serem tau!" ucap Chico.

"Tanya aja sama Ginting" ucap Yere sambil tertawa, lalu merebahkan tubuhnya ke kasur sambil terus senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Chico pun bertanya pada Ginting

"Tuh anak kenapa?" ucapnya.

"Oh, jadi gini ceritanya..." jawab Ginting.

Ginting pun menceritakan kejadian dari awal sampai akhir, tapi Ginting tidak tau jika Pram di undang ke kamarnya untuk makan malam.

"Ohhhh begitu, gitu aja seneng banget ni anak" cibir Chico, Ginting hanya tertawa kecil.

Tiba-tiba dia ingat sesuatu.

"Oh iya Chico, nanti kamu nggak usah makan malam di kantin ya. Soalnya Yere mau bagi-bagi makanan, Sarah bawa makanan banyak soalnya" ucap Ginting menjelaskan.

"Cuma ber-4?" tanya Chico. Ginting pun mengangguk.

"Tapi makannya nanti, nunggu Cea pulang. Biar bareng" ucap Ginting. Chico pun mengangguk mengerti.

Tak lama setelahnya, Cea pun pulang, langsung di sambut oleh teman-temannya.

"Halo Ce, nggak usah makan di kantin ya. Aku punya banyak makanan nih, dari adikku" ucap Yere.

"Yuk mulai makan!" ajak Chico, "Eh, nanti dulu. Tunggu satu orang lagi!" ucap Yere sambil tersenyum.

Yang lain pun bertanya-tanya dan menebak siapa yang akan ikut makan bersama ini.

'Tok tok tok'

"Nah itu dia, udah datang orangnya!" pekik Yere senang.

Lalu bergegas membukakan pintu.

"Coba liat siapa yang datang" ucap Yere, ketika Pram mulai memasuki kamar.

Seketika wajah Ginting dan Chico yang tadinya tersenyum lebar, berubah menjadi wajah datar dan tatapan sinis. Berbeda dengan Cea, dia malah berteriak histeris ketika melihat Pram datang.

"MAS PRAM!!!!!" jerit Cea sambil berlari memeluk Pram.

"Apa kabar?" tanya Cea ramah, Pram hanya mengangguk sambil berkata.

"Baik, aku baik-baik aja" ucap Pram sambil tersenyum.

"Yuk makan!" ajak Yere.

"Nggak usah, makasih Yer. Aku baru aja di telpon Ester, dia minta aku buat nemenin makan di kantin. Aku juga makan di sana aja, makasih ya udah nawarin" ucap Chico yang nampaknya hanya mencari alasan agar tidak makan bersama Pram.

Yere hanya terperangah mendengar ucapan Chico barusan.

'Hah? Seorang Chico nolak makan gratis!? Tiba-tiba lagi. Wah, ga bener nih!' ucap Yere di dalam hati.

"Ayo Ginting, makan" tawar Yere.

"Aduhh, tiba-tiba sakit perut nih Yer. Lain kali aja ya, aku mau ke ruang dokter dulu. Mau minta obat" ucap Ginting sambil pura-pura memegang perutnya.

Yere pun menatap kedua temannya itu dengan tatapan tak biasa, seolah sedang meneliti kejujuran mereka berdua.

"TUNGGU DULU!" cegah Yere sebelum Chico dan Ginting pergi.

Mereka berdua pun menghentikan langkahnya dan menoleh.

"Sini dulu" ucap Yere, Chico dan Ginting pun mendekat pada Yere dan langsung duduk di hadapannya.

"Kalian bohong ya?" tanya Yere dengan tatapan menyelidik, sontak kedua temannya itu pun menggeleng cepat.

"Bener ga bohong? Aku cek ini ya" ucap Yere sambil tersenyum miring, alias menyeringai. Muka Chico dan Ginting pun langsung berubah menjadi panik. Yere pun mengambil ponselnya dan menelepon Ester.

"Halo"
'Halo, iya Ko Yer kenapa'
"Kamu ngajak Chico ke kantin nggak?" 'Enggak tuh, aku tadi makan di kamar sama Mbak Pitha'
"Oh, oke Ester. Makasih ya"
'Iya, sama-sama'.

Yere pun menatap Chico yang kini menunduk.

"Kamu bohong!" ucap Yere kepada Chico.

"Kamu sakit perut kan?" tanya Yere pada Ginting, dia hanya diam saja.

"Cea, tolong panggilin dokter" ucap Yere.

Cea yang tadinya hanya bisa menyimak bersama Pram, kaget. Lalu langsung berlari memanggil dokter dan kembali ke kamar sambil membawa seorang dokter.

"Pak, ini tolong di cek keadaan Ginting. Soalnya tadi katanya sakit perut" ucap Yere, dokter pun mengangguk dan mengecek perut Ginting.

"Ini baik-baik saja kok, nggak ada yang salah. Semua baik" dokter pun menjelaskan.

"Makasih pak" ucap Yere, dokter pun keluar dari kamar Yere.

"Kamu juga bohong!" ucap Yere dengan nada agak tinggi.

"Kalian ini kenapa sih! Gausah pilih-pilih teman, nggak usah benci satu sama lain. Biarkan semua orang memilih jalan hidupnya sendiri. Kita nggak tau apa yang terjadi kedepannya, biarlah orang memilih yang menurutnya adalah jalan terbaik, termasuk Pram! Kalian pasti benci karena Pram pindah negara kan? Itu bukan berarti Pram nggak cinta Indonesia, bukan karena tidak berjiwa Nasionalisme, bukan itu. Itu karena dia memilih yang terbaik bagi kehidupannya di masa depan!" ucap Yere menggebu-gebu.

"Kalau misalnya Pram nggak terikat kontrak, dia juga nggak mau jadi WN Australia! Kalian bisa ngertiin sedikit nggak sih?! Coba kalau kalian berdua yang ada di posisi Pram, kalian di benci, di ghibahin, tak di anggap sebagai teman. Gimana? Sakit kan hatinya!" lanjutnya.

Matanya berkaca-kaca, dan Yere pun langsung merangkul Pram. Dan mengajaknya keluar kamar.

"Yaudah Pram yuk ikut aku, Cea juga ikut" ucap Yere, mereka pun meninggalkan Ginting dan Chico di kamar.

🏸🏸🏸

Yere, Cea, dan Pram ternyata menuju kantin Mess. Mereka pun makan hanya bertiga, makan malam mereka pun di selingi obrolan yang seru.

"Wih, masakan Sarah paling best deh" puji Cea.

"Iya dong, adikku gitu lhoo" ucap Yere bangga.

Pram pun tertawa mendengar obrolan kedua temannya itu.

"Oh iya Pram, kamu di Australia betah nggak?" tanya Yere.

"Ya harus di betah-betahin lah, mau gimana lagi. Aku terikat kontrak di sana" ucap Pram.

"Tapi di Aussie ceweknya cantik-cantik" ucap Pram sambil cengar-cengir.

"Wah iya kah? Hemmmm, lumayan nih" ucap Cea sembarang.

Dia tak sadar, bahwa pacar kesayangannya sudah di belakangnya. Stephanny namanya, panggil saja Stephy.

"Ohhhh, jadi aku udah nggak cantik nih!" ucap Stephy dengan nada merajuk dan langsung pergi meninggalkan Cea.

Cea yang masih terkejut pun langsung bangkit mengejar wanita kesayangannya itu.

"Stephy, jangan marah dong. Aku cuma bercanda" ucap Cea sambil berlari mengejar pacarnya itu.

Pram dan Yere hanya bisa melongo melihat adegan barusan, lantas tertawa terbahak-bahak.

"Oh iya, Shida kabarnya gimana ya?" ucap Pram.

"Samperin aja napa sih?!" ucap Yere gemas.

"Ga berani aku" ucap Pram tak yakin.

"Ih, jadi laki-laki jangan cemen dong! Samperin lah, semenjak kamu putusin dia kamu udah nggak komunikasi lagi kan?" ucap Yere.

Pram pun mengangguk dan membulatkan tekad untuk menemui mantan kekasihnya itu untuk pertama kalinya setelah sekian lama tidak bertemu.

                      Bersambung

Cerita Atlet BadmintonWhere stories live. Discover now